Kelakuan Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan semakin radikal saja. Hal itu terlihat dari seringnya mereka mengundang tokoh agama yang berpaham keras untuk mengisi ceramah di Masjid Fatahillah di lingkungan Pemprov DKI Jakarta.

Setelah mengundang Felix Siauw, seorang tokoh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Anies Baswedan kemudian mengundang Haikal Hasan melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Prov. DKI Jakarta untuk mengisi Kajiab Ba’da Dzuhur di Masjid Al Khidmah.

Padahal kita tahu, Haikal Hassan lebih layak disebut provokator daripada Ustadz. Kata-katanya pun banyak yang kontroversial di media.

Haikal Hassan tidak pernah menyampaikan ceramah yang menyejukkan hati, yang membuat setiap pendengarnya menyadarai kesalahannya dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.

Yang terjadi justru sebaliknya, dalam setiap dakwahya, ia berusaha keras menggiring opini setiap pendengarnya, sesuai dengan keinginannya, dengan senantiasa menyebarkan hoax dan ujaran kebencian, serta ucapan-ucapan rasis yang menyerang kelompok agama, suku, ras, atau golongan tertentu.

Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan memang terlihat lebih suka mengundang ustadz rasis dan radikal, seolah-olah tidak ada penceramah lain yang lebih baik dari segi ajaran, sikap dan keimanannya.

Sikap Pemprov DKI Jakarta ini tentu saja sangat disesalkan. Mereka harus bisa menjawab mengapa mereka mengundang ustad-ustad radikal tersebut.

Karena bagaimanapun, diundangnya Felix Siauw dan Haikal Hasan bisa menimbulkan asumsi publik bahwa rasisme sedang tumbuh subur di Pemprov DKI Jakarta.

Atau, memang jangan-jangan itu disengaja karena Pemprov DKI Jakarta ingin benar-benar ingin memfasilitasi penceramah radikal? Entahlah, tetapi publik pasti bisa menilai sendiri.