CahayahalimahAvatar border
TS
Cahayahalimah
Memori Persami yang Berujung Tragedi
Praja Muda Karana

Ketika aku sedang melakukan pekerjaan yang membuat hati geram, karena Ibu begitu lama belanja keperluan dapur.


Aku tersadar ada sesosok netra sedang mengarah kepadaku. Seseorang yang sedang melatih pramuka anak Madrasah Ibtidaiyah/SD.


Dokumen Ella grup seterah


Andai Si Pembina Pramuka itu bisa kutemui setiap hari, mungkin menunggu berubah menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan.


Tatapan matanya telah memesona hati ini, aku ikut memperhatikan dia yang sedang melatih anak-anak dengan bendera di tangannya. Dia memperlihatkan sedikit gigi putihnya ketika mengetahui netraku pun mengarah padanya.


"Sudah Mah? Ada yang kelupaan tidak?" Ucapku kepada Ibu yang sudah selesai berbelanja.


"Tumben, biasanya langsung marah-marah kalau kelamaan," jawab Ibu.


Aku hanya tersenyum, berat hati meninggalkan pria yang telah meninggalkan sedikit rasa di hati ini.


Tidak setiap hari aku mengantar Ibu berbelanja, kadang Ibu kesal, karena aku selalu marah-marah, kalau kelamaan menunggu.


Aku menandai setiap hari Rabu adalah jadwal pramuka di sekolah tersebut. Biasanya aku yang enggan menemani Ibu ke pasar dan telepon genggam selalu tertinggal, kini berubah sebaliknya.


Ternyata tidak setiap jadwal pramuka harus keluar kelas, niat hati ingin mengabadikan wajah sendu ditambah paras yang membuat netra tidak ingin berpaling darinya. Aku bersabar menunggu Rabu depannya, begitu seterusnya, karena aku tidak tahu jadwal pastinya.


***


"Maaf Mba."


Aku terperanjat, ada tangan yang menyentuh bahuku.


"Aada apa Mas."


Seketika darah mengalir ke otak, jantung berirama sangat keras, peluh pun ikut keluar. Ternyata pembina pramuka yang tak pernah kukenal namanya, telah tepat berada di depanku.


Aku yang sempat kecewa tidak bisa bertemu dengannya, berubah 180 derajat. Dengan basa basi, dia menawarkan pekerjaan sebagai pembina pramuka, sebagai asistennya.


Tanpa ragu aku langsung mengiyakan, kami saling bertukar nomor ponsel, untuk mengabarkan kapan aku mulai mengajar.


Akhirnya aku tahu siapa namanya, setelah dua bulan menjadi pengagum rahasianya.


"Siapa tadi? Lumayan tampan" Tanya Ibuku sedikit meledek.


"Ya ampun Mah, segitu gantengnya dibilang lumayan, seneng banget deh Mah, dia nawarin pekerjaan jadi guru Pramuka."


"Kamu terima?"


"Iya Mah, kapan lagi biss …." Lidahku langsung kelu, biar aku simpan rasa ini sendiri.


"Jadi ini toh yang membuat kamu semangat mengantar Mamah belanja." Dengan mencubit pipiku yang sedikit memerah. Namanya orang tua, serapat mungkin aku tutupi rasa ini, tetap ketahuan juga.


Setelah lulus kuliah, aku hanya kursus, lamaran pekerjaan pun belum ada yang lolos, meski aku tidak mengerti apa pun tentang ilmu pramuka, dua bulan memperhatikan dia mengajar, sudah cukup buatku.


Meski kutahu, gaji seorang guru jauh dari UMR, bahkan aku mengenal pembina pramuka, yang kadang upahnya tidak diberikan oleh pihak sekolah. Namun niat hati ingin mengambil keberkahan dan ada seseorang yang membuat hati ini terpincut.


Tidak perlu waktu lama aku menunggu untuk menjadi asistennya, kini setiap hari Rabu adalah hari yang begitu kutunggu, hanya sekadar ingin bersua dengannya.


***

"Bulan depan persami di Cibubur ya Ay," lirih manjanya terdengar di telingaku.


"Iya Kak Fatur, saya belum menguasai semua tentang pramuka Kak, mohon bimbingannya."


"Ok, tenang aja, aku akan terus membimbingmu sampai bisa, bahkan, kalau perlu seumur hidupmu."


Warna stroberi tidak lebih merah dari wajahku. Entah apa dia memiliki rasa yang sama? Atau aku yang mengalami erotomania


"Nanti kamu yang melatih semaphore ke anak-anak ya?"


"Semaphore? Smartphone maksud kakak?" Tanyaku begitu lugu.


"Bukannya kamu sering memperhatikan aku ketika mengajar?"


Seketika blush onberada di pipiku.


"Sandi yang menggunakan bendera itu loh."


"Oh, yang itu, yang kakak sering ajarin ke anak-anak, ok, ok, sedikit paham kalau yang menggunakan bendera ka, kalau morse dan rumput, belum begitu memahami," jawabku.


"Memang sandi morse dan rumput rada rumit, tapi ada beberapa anak yang langsung bisa," Kak Fatur menjelaskan dengan celongan di pipinya.


Sandi-sandi yang ada di pramuka begitu sukar, seperti kisah asmaraku, yang tak pernah berujung menjalin ikatan.


Sumber di sini


Kak Fatur dengan serius menuliskan sandi-sandi untukku. Dia hanya menjawab seperlunya, mungkin dia berpikir terlalu keras. Aku berhenti bertanya, biarkan dia menyelesaikan tulisannya.


"Ini tugas buat kamu," dengan senyum manisnya Kak Fatur memberikan secarik kertas bertuliskan sandi rumput.


"Hanya 15 huruf? Banyakan yang belum kak, A-Z, ini baru A sampai O."


"Pokoknya kamu harus cari kode ini, jangan sampai lupa!"


"Ok, siap kak."



***

Hari persami telah tiba, tiga mobil diberangkatkan. Kami memandu anak kelas 4-6 dengan dibantu kakak pembina dari sekolah lain, guru-guru pun ikut bersama kami.


Ini hari pertama aku akan bermalam bersama seseorang yang membuat hidupku tidak hanya monokrom.


Ka Fatur tersenyum kepadaku dan langsung bertanya, "Sudah dikerjakan sandi yang kakak kasih?"


"Sandi? Ya ampun Kak, maaf lupa, tapi tenang aku udah download kok, semua sandinya."


Kekecewaan terlihat di wajahnya.


"Ayo anak-anak, baris yang rapi, 15 menit lagi kita berangkat," instruksi Ka Fatur.


Para pembina dari sekolah lain pun sudah pada berkumpul, aku berusaha agar bisa menjadi asisten Kak Fatur yang smart.


Anak-anak penuh semangat, dengan seragam coklatnya, bernyanyi dengan yel-yel pramuka. Aku sibuk mencari kertas yang diberikan Kak Fatur, meski sudah lecek, tetapi tulisannya masih jelas, segera aku kerjakan, agar muka masam yang ditunjukkan kepadaku berubah.


Seketika burung bernyanyi, daun-daun tersenyum, dan langit pun menurunkan hujan bunga di tubuhku. Aku tidak bisa menutupi kegembiraan hati ini, setelah menyelesaikan sandi darinya.


Aku dan Kak Fatur berlainan mobil, ketika mobil kami berdekatan, segera kutunjukkan kertas berisikan kode rumput darinya, akhirnya Kak Fatur bisa melepaskan plester dari bibirnya, terlihat tulang pipi yang merona.


Kesibukan membuat tenda, mengatur anak-anak, persiapan untuk api unggun, dan lain-lain, membuat kami tidak ada kesempatan untuk membahas isi dari sandi rumput tersebut.


Acara yang mendidik anak untuk mandiri sejak dini, melatih ketangkasan, dan jurit malam yang sangat melatih mental mereka. Aku begitu senang berada di dalamnya dan sebagai pembina adalah pengalaman sangat baru untukku.


Dalam acara api unggun, Kak Fatur tidak luput untuk segera mengambil kesempatan, dia memegang erat tanganku, dan berkata, "Apakah kamu memiliki rasa yang sama denganku?"


Aku tidak bisa memberi tabir akan rasa ini, hanya isyarat tundukkan kepala dua kali, jawaban dari pertanyaan. Rasanya Inginku menjerit, "Aku sudah tidak jomlo."

***

Sedang menikmati kesyahduan malam, serupa candle lightdengan api unggun yang masih menyala sedikit redup, anak-anak pun telah beristirahat setelah melakukan jurit malam, tiba-tiba terdengar kegaduhan dari salah satu tenda putri.


"Kenapa? Ada yang kesurupan kah?" tanyaku dengan lugu, mindset di otakku, setiap perkemahan di tengah malam yang terjadi adalah kerasukan.


"Dia terkena hipotermia," jawab Sari pembina pramuka dari sekolah tetangga.


Kak Fatur langsung bergegas meninggalkan kami untuk kembali, "Tolong selimuti dengan ini."


"Apa ini kak?" Aku sangat panik, pembina yang lain sudah terbiasa menangani kondisi seperti ini.


"Selimut alumunium foil, ini sangat ampuh menstabilkan suhu tubuh, selain diberikan yang hangat-hangat, apabila baju basah segera diganti," lirih Kak Fatur kepadaku.


***

Keadaan semuanya kembali normal, meski ketegangan membuat jantungku berdebar dengan keras, energi habis terkuras.


"Kamu tidak apa-apa Cahaya?" Tanya Kak Fatur.


"Lemes kak, aku baru tumben mengalami kondisi seperti ini, kenapa bisa Dea mengalami hipotermia?"


"Nanti kamu akan terbiasa, hipotermia bisa saja terjadi, apalagi dalam cuaca dingin seperti ini, mungkin, tadi dia tidak ganti baju sehabis jurit malam, di cuaca dingin, terlalu lama memakai pakaian basah, ditambah kelelahan, sehingga kondisi suhu tubuh Dea turun 35°c, btw kapan-kapan ikut aku naik gunung ya, Sari juga ikut loh."


Hati ini teriris ketika dia sudah memakai kata "aku" tetapi membicarakan wanita lain.


"Kamu cemburu?" Goda Kak Fatur.


"Ugh … sakit." Teriak Kak Fatur.


"Sudah ah Kak, jangan membuat aku malu."


"Tunggu Kak, maaf, ada apa di kerah baju Kakak? sebentar jangan bergerak." Aku segera mengambil binatang itu, tetapi berhasil terbang, ada rasa sakit tertinggal di jari ini.


***

Kebahagiaan yang tidak pernah aku lupakan, sandi rumput yang dia berikan masih tersimpan rapi, meski agak kusut, tetap terbingkai rapi di kamarku. Sandi yang bertuliskan "Aku Cinta Kamu Aya" bukti saksi cinta kita.


Meski hanya satu hari kisah asmara kita, memori persami menjadi kenangan yang abadi, karena aku dan kamu sudah bahagia di alam-Nya.


Cahaya dan Fatur, mengalami gigitan serangga yang mematikan, hanya butuh waktu sembilan jam, nyawa mereka melayang.


The End.


Kisah ini hanya fiktif belaka, apabila ada nama, tempat, dan kejadian yang sama, tidak ada unsur kesengajaan.


Terimakasih yang sudah membaca


emoticon-terimakasihemoticon-terimakasihemoticon-terimakasih


Keep smile and istiqamah.


Saran dan kritik dengan cara baik.
emoticon-Kissemoticon-Kissemoticon-Kiss


Jakarta, 11 Agustus 2019

Minggu, 09:15
Diubah oleh Cahayahalimah 29-08-2019 09:48
darmawati040Avatar border
hvzalfAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 26 lainnya memberi reputasi
27
4.5K
65
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan