ibliss666Avatar border
TS
ibliss666
Tradisi di Sini Mulai dari Perang Nasi sampai Nikah sama Peri pun Ada Gan!



Indonesia... Salah satu negara dengan beragam isinya.
Banyak sekali yang bisa diceritakan dari negara majemuk ini.. tak perlu ane cerita dari Sabang sampai Merauke, karena pasti takkan ada habisnya, dan tradisi adalah salah satu hal yang sangat melekat pada diri kita.. banyak sekali tradisi-tradisi yang mungkin akan membuat kita takjub, membuat kita melongo sampai keheranan saking bedanya dengan budaya di daerah masing-masing.

Daerah ane yang biasa digunakan oleh orang-orang yang memasuki masa pensiun ini pun juga memiliki tradisi lho.. berikut tradisi di Ngawi Jawa Timur yang membuat Indonesia semakin dicintai emoticon-I Love Indonesia

1. JAMASAN PUSAKA



Jamasan Pusaka dilakukan saat menyambut Hari Jadi Ngawi yang jatuh pada 7 Juli, berarti sudah lewat bulan kemarin ya emoticon-Big GrinJamasan Pusaka ini merupakan adat turun temurun dari pendiri Ngawi dan dilakukan oleh Bupati serta Unspinda ( Unsur Pimpinan Daerah ) serta para staf di lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi dengan memakai baju adat tradisional. Jamasan Pusaka meliputi 2 (dua) buah Tombak yaitu; Kyai Singkir dan Kyai Songgolangit serta 2 (dua) buah Payung yaitu ; Tunggul Wulung dan Tunggul Warono.



Kemarin saat dilaksanakan Jamasan Pusaka juga ada tumpengan/gunungan raksasa yang berisi berbagai macam hasil bumi dan untuk diperebutkan oleh warga yang melihatnya emoticon-Big Grin Oh ya proses pelaksanaannya di Pendopo Kabupaten Ngawi dan keliling disekitar Alun-alun untuk gunungannya ya..



2. GANTI LANGSE




Upacara adat ini dilaksanakan di Alas Ketonggo yang berada di bawah lereng gunung Lawu. Langse itu adalah kain putih yang berada di sana.. jadi tiap tahun tepatnya pada malam purnama atau tanggal 15 bulan Suro dalam kalender Jawa dilakukan penggantian kain putih tersebut.

Penggantian Langse ini diawali Kirab Langse Enggal dan beberapa Gunungan serta arak-arakan. Gunungan berisi hasil bumi dan makanan khas Ngawi. Sesampai di depan Palenggahan Agung yang menjadi titik utama, Bupati Ngawi menyerahkan Langse Enggal ke Kepala Desa kemudian diserahkan ke Juru Kunci.




Selain mengganti Langse di sana juga bersamaan dengan melakukan ruwatan massal yang diikuti ratusan peserta dari Kabupaten Ngawi serta daerah lain. Ruwatan dipimpin oleh Ki Dalang Salam dari Karangjati Ngawi.

Sambil menunggu ganti langse, juga ada Pagelaran wayang kulit dan tarian tradisional Bedoyo Srigati dibawakan oleh penari yang masih suci (perawan) dan berjumlah ganjil. Seru kan yah emoticon-Smilie (diambil dari sumber)

3. KEDUK BEJI





Dilakukan di desa Tawun satu lokasi dengan pemandian kolam renang Tawun, Kec.Kasreman, Ngawi. Tahun 2019 dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2019 nih karena emang pas hari Selasa Kliwon.



Menurut Mbah Wo Supomo, inti dari upacara Keduk Beji adalah penyilepan dan penggantian kendi yang disimpan di pusat sumber air Beji. Pria yang akrab disapa Mbah Pomo ini juga mengatakan bahwa pusat sumber tersebut ada di dalam gua. Hal ini bertujuan agar sumber airnya tetap bersih karena air ini juga sebagai sumber air minum, pengairan sawah, dan sumber air di taman Tawun sendiri. Karena itu, kebersihan sumbernya harus terus dijaga agar tidak mati. Terlebih saat musim kemarau seperti ini, keberlangsungan air di sumber Beji sangatlah penting.

Tradisi Keduk Beji diawali dengan membersihkan kotoran yang ada di sumber air, para prialah yang akan membersihkannya dengan mengambil sampah-sampah yang ada, selama membersihkan para pria ini saling pukul menggunakan ranting dan diiringi dengan pukulan gendang membuat acara semakin meriah (kisruhemoticon-Ngakak (S)



Karena banyaknya lumpur yang ada di sendang Tawun ini entah bagaimana tercipta juga tradisi mandi lumpur bagi para pria/wanita, mereka menggelar mandi dan keramas menggunakan lumpur putih yang ada di sana.

Karena kurang tahu detailnya, ini ane ambil dari Okezone yah..

Upacara dilanjutkan dengan penyilepan dan penggantian kendi di dalam pusat sumber. Orang yang berhak menyelam dan mengganti kendi di sumber air adalah keturunan dari Eyang Ludro Joyo yakni tokoh sesepuh desa yang dulunya dipercaya jasadnya menghilang di sumber Beji saat bertapa.

Lalu upacara dilanjutkan dengan penyiraman air legen ke dalam sumber Beji, dan penyeberangan sesaji dari arah timur ke barat sumber. Kemudian, ditutup dengan selamatan dan makan bersama berkat dari Gunungan Lanang dan Gunungan Wadon yang telah disediakan bagi warga untuk mendapatkan berkah.



Selain ada upacara adat juga ada dangdutan nih buat hiburan warga yang dateng... emoticon-Big Grin yukk ramaikan

4. PERANG NASI



Tradisi yang nyleneh ini berasal dari desa Pelanglor Kedunggalar, Ngawi. Awalnya tradisi ini seperti yang lainnya yaitu Nyadran yang biasa dilakukan di desa-desa lain dengan membagikan nasi yang sudah terkumpul dari warga, namun kian lama banyak warga berebut nasi dengan tidak tertib, mungkin karena emosi maka jadilah nasi-nasi itu dilemparkan dan tradisi itu bertahan hingga sekarang.



Nasi yang dilemparkan dibungkus dalam daun lengkap dengan lauknya seperti sayur tahu, sayur kentang, mi, serta kerupuk atau rempeyek pun ikut disertakan. Terkadang ada juga warga yang merasa sayang nasi akan dilemparkan, mereka dengan sigap mengumpulkan nasi yang masih bersih lalu dibawa pulang untuk dimakan atau diolah kembali menjadi krupuk.


5. UPACARA KEBO KETAN



Ada yang tahu berita pernikahan antar manusia dan jin yang viral tahun 2014? itu terjadi di Ngawi loh emoticon-EEK!
Jadi itu sebenarnya adalah karya seni budaya yang mengambil lakon bernama Dewi Setyowati penjaga sendang di Alas Begal dan seniman Kodok Ibnu Sukodok sebagai pengantinnya.

Berawal dari LSM Kraton Ngiyom, Alas Begal sejak tahun 2012 mulai berikhtiar untuk menyelamatkan mata air dan mengembalikan fungsi hutan di sini. Di tahun 2014 diselenggarakan suatu karya seni kejadian berdampak guna memfokuskan perhatian kepada hutan dan mata air itu. Karya itu berjudul “Mbah Kodok Rabi Peri”, dan itu berhasil menyita perhatian publik.




Karya itu bertahan hingga sekarang karena cerita masih berlanjut, dari pernikahan lalu memiliki anak ..

Setyowati dan Kodok memiliki anak kembar dampit yang oleh ayahnya diberi nama Jaka Samudra dan Sri Parwati. Kedua anak ini tinggal di alam gaib, dan telah beranjak dewasa. Ratu Kidul memerintahkan mereka berdua untuk ngenger, hidup bersama mengabdi dan belajar, pada Bagindo Milir, danyang Bengawan Solo, untuk belajar bagaimana caranya memerbaiki Bengawan Solo sehingga menjadi nadi budaya, sosial, ekonomi dan ekosistem yang indah, sesuai nama purbanya Wuluayu yang bermakna sungai yang indah. Untuk menghayati pentingnya pengorbanan dalam proses belajar, dan untuk menyiapkan kami semua membuat kejadian berdampak pada peningkatan kwalitas Bengawan Solo, maka Ratu Kidul memerintahkan untuk membuat Upacara Kebo Ketan.

Jadi kita tunggu lagi upacara yang akan berlangsung ditahun-tahun kedepan emoticon-Big Grin





Sebenarnya masih ada semacam Festival Tradisi Sarwo Kuno yang mewadahi berbagai macam kegiatan jaman dulu seperti tradisi mengolah gabah menjadi beras, dengan lesung yang telah diubah menjadi musik lesung sehingga menghibur, pameran beragam koleksi peralatan rumah tangga kuno, sehingga dijadikan latar belakang, untuk berfoto para pengunjung, permainan, egrang, gamen, gobak sodor, dan engklek hingga makanan tradisional seperti madu mongso dan tempe keripik dan Pasar Jadoel Ngawi yang dilaksanakan tiap Minggu Legi untuk melestarikan budaya Nusantara ini..






Jadi berbanggalah pada Negerimu mulai dari daerahmu emoticon-Kiss

Spoiler for sumber:
Diubah oleh ibliss666 08-08-2019 07:10
kolollolokAvatar border
screamo37Avatar border
mulivwAvatar border
mulivw dan 6 lainnya memberi reputasi
7
6.6K
64
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan