darmawati040Avatar border
TS
darmawati040 
Jika Pembeli Adalah Raja, Lalu Penjual Disebut Apa?

Sumber Gambar: Screnshoot Google

Hallo, Agan and Sista. Boleh curhat? Boleh, kan, ya? Siang ini suasana hati Ara sedang tidak baik. Rasanya pengen menghilang dari kota tempat Ara tinggal. Bukan hilang dari bumi, loh, ya. Ara belum mau mati. Masih banyak dosa dan amal baik belum jelas ada yang diterima atau tidak.

Pukul 12:53 tadi. Kesabaran Ara diuji. Padahal, baru saja selesai sholat dzuhur.

Quote:


Kenapa di Arab mengibaratkan tamu adalah raja? Karena mungkin, siapa pun tamunya, harus dilayani dengan baik. Di sini, berlaku adab yang baik. Jangan sampai tamu merasa diri sebagai pengganggu atau menjadi orang yang merepotkan. Begitulah islam mengajarkan kebaikan.

Berbeda dengan Indonesia. Indonesia mengibaratkan, Pembeli adalah raja. Kenapa? Karena mungkin pembeli membawa uang. Padahal, pembeli tidak memberi uang itu secara cuma-cuma kepada pemilik barang. Melainkan menukarkannya degan apa yang mereka butuhkan. Pembeli dan penjual sebenarnya sama-sama membutuhkan. Tapi hanya pembeli yang berhak menobatkan diri sebagai raja. Sangat tidak adil menurut Ara.

Walau memang banyak tempat lain yang menjual sesuatu yag pembeli butuhkan. Tapi tetap saja, pembeli tidak bisa seenak jidatnya berbuat sesuatu yang tidak baik. Jual beli merupakan sebuah transaksi yang sama-sama harus disepakati. Jika tidak sesuai harga, tidak akan dijual. Jika tidak cukup uang untuk membeli. Pembeli pun tidak boleh memaksa penjual untuk memberikan barang jualannya di bawah harga yang ditentukan.

Kembali lagi pada kalimat, Pembeli adalah rajaSo, mereka ini sesuka hati berbicara. Kenapa? Apa karena merasa diri sebagai raja? Raja itu apa? Penguasa? Penguasa itu apa? Tuhan? Bukan, kan? Lalu kenapa seorang raja tidak boleh disalahkan ketika berlaku salah? Kenapa raja tidak bisa ditegur ketika ia keliru? Raja ini siapa? Baik, kita lupakan soal raja. Mari simak kisah di bawah ini.

Seorang ibu berseragam keki terlihat mencoba slop warna keemasan sambil menawar-nawar. Ibu ini bukan coustamer baru. Beliau sering ke tempat Ara bekerja. Berbelanja tentunya. Tapi tidak selalu membeli, sih. Terkadang hanya melihat-lihat, karena mungkin belum ada yang cocok atau memang barang yang dicari kehabisan stok.

Quote:


Perbincangan menjadi lebih panjang. Si ibu mulai naik pitam. Padahal, keruwetan pikiran sendiri yang membuatnya merasa kesal. Sudah tahu tidak bisa ditawar-tawar. Eh, masih tetap nawar.


Quote:


Untuk di ingat. Siapa pun kita. Apa pun pangkatnya. Jangan mudah merendahkan profesi orang lain. Sekalipun dia seorang pemulung. Tidak ada yang tahu, siapa yang paling tinggi di mata Tuhan. Sifat sombong hanya melahirkan kebencian antar sesama.

NB: Setiap tempat. Punya peraturan dan kebijakan msing-masing. Tidak semua tempat perbelanjaan bisa tawar menawar. Jadi, tolong jangan berlaku norak. Mengaku pegawai tapi tidak paham aturan. Oh ya, norak dan tidak tahu berbeda, ya, GanSis. Norak itu, sudah jelas-jelas tahu, tapi masih melakukan yang tidak seharusnya dilakukan. Sementara tidak tahu, ialah seseorang yang melakukan sesuatu yang salah karena belum tahu apakah itu salah atau tidak.

Sekian uneg-uneg dari lubuk terdalam Ara. Mohon maaf apabila ada kaya atau kalimat yang tidak berkenan di hati Agan and Sista. Selamat sig, dan selamat istirahat emoticon-Kiss


anasabilaAvatar border
indriketarenAvatar border
swiitdebbyAvatar border
swiitdebby dan 52 lainnya memberi reputasi
51
17.4K
398
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan