Malang adalah kota bunga julukan masa lalu saat semua masih asri, belum banyak gedung pencakar langit, penduduknya masih lugu-lugu. Julukan itu masih terap melekat kawan hingga saat ini untuk Malang raya, selain kota pendidikan, karena banyak sekolah dan universitas nya.

Beberapa tahun ini Malang menjadi kita kuliner, jangan kan di pinggir jalan, di gang-gang di desa tidak kesulitan untuk mencari tempat jajanan. Siapa orang Malang? pasti tahu kan?
Apa yang terkenal di kota Malang? bakso ya? he he kawan-kawan bisa menemui jajanan satu ini di mana-mana.

Eh tapi saya sedang tidak mau bercerita tentang bakso.
Saya mau bercerita tentang tempat nongkrong sejenak saat haus dan lapar melanda di jalan.

Minggu lalu saya ingin jalan-jalan berdua saja dengan ayahnya kiddos, eh belum jauh dari rumah sudah ngajak sarapan, aku bilang yang penting ada es teler nya dah atau es buah. (Isshhh masih lagi nge es, mana daerah karlos (karang ploso) dingin loh). Kami pilih lah sebuah kedai, melihat gambar menu dan harga aduhai gak mahal lah untuk ukuran desa.



Sambil menanti menu kita cekrak cekrek, kirim ke status sosmed ha ha. Yang lihat banyak, yang komen tidak ada, biasa dah.

Pramusajipun datang membawa pesanan kami, soto dan es teler.
Oh my God, wajahku yang berseri pun menekuk tak karuan melihat tampilan es telernya, hikz. Gak bakal bikin lidahku meleleh. Ayahnya kiddos enak saja menikmati soto pesanannya.
Otomatis hanya ku aduk aduk saja dan mencicipi sedikit, hmmm. Ayah kiddos biar menghabiskan.



Melihat wajahku yang asem kayak cukak, dia ngrayu, "Ayo kemana wes, enak echo apa di mana?"
Aku sudah hilang mood, ilfil, dalam hati memplaning, ntar hunting sama kiddos saja, kemana gitu yang murmer dan memuaskan. Eh kita orang pinggiran jarang kulinerisasi, karena hematisasi, hihihiii
Kalaupun makan di luar pas ada yang ultah saja dari anggota keluarga. Karena dilarang sering jajanisasi bagi yang dompet nya tak tebalisasi xixixixiiii.

Ok, janji hati harus ditepati, kalau mau jajan syeggerr lagi, besok tanggal 28 Juli 2019, ada acara jalan-jalan kader posyandu sekelurahan, mumpung gratisisasi akupun ngikut (ntar aku ceritain ya di kamar travel). Nah biar kiddos tidak merengek karena emaknya kiya-kiya, hari ini pulang sekolah aku ajak makan burger yang aduhaiiy. Dekat rumah kog gak jauh, jalan kaki cuma sepuluh menit. Sekalian bayar hutang janji hati.







Ssttt burger gede murmer isi daging cuma lima ribu cuyyy ih lahap kiddos makannya, saya cuma pesan es teler, nah ini baru es teler yang bikin meleleh lidahku, enam ribu saja yang biasa. Syeggerr tenan breeewww.
Nah ada bulet-bulet jelly, terus irisan nangka dan alpukat, kelapa muda, cincau terus krim, endeezzz. Ini yang namaya es teler.
Kapan-kapan mau nyoba yang es teler keju, gimana ya rasanya?





Kita menikmati es dan burger di tempat, biasanya dibungkus bawa pulang, tapi hari ini lain, biar kerasa kulinerisasinya.
Sampai kiddos yang satu bilang, "Kenyang nya, coba tiap hari makan seperti ini," uw la laaa. Puasss

"Besok ke sini lagi ya buk."
Eh belum habis yang dimakan, kiddos sudah berencana mau beli lagi.
"Eh hem, uang saku ditabung yak, kalian bawa bekal nasi kalau sekolah."
So, uang saku tiga hari bisa buat beli burger he he heee, (US mereka dua ribu kawan sehari, eh curcol).

Terus terang kawan saat makan yang lezat itu pasti hati kecil berkata, kasihan yang tidak bisa menikmati seperti itu.

Ok kawan itulah kisah kulinerisasi syegeerrr saya yaa, yang murah meriah tapi amboy rasanya.
Ingat! Apapun yang kita konsumsi, tetap jaga kesehatan ya.

===========================
Eh kog bau sedep-sedep gosong? Eh saya manggang cake kawan, buat cemilan kiddos, sudah dulu ya ceritanya. Sampai jumpa di nostalgia mainan jaman kecil dulu ya.


By alizazet