zhaa550
TS
zhaa550
Mendidik Anak Berbasis Neuro Science
Tulisan ini penting dibaca untuk ibu mapun calon ibu juga bapak maupun calon bapak. Sering sekali, kita sebagai orangtua, tanpa disadari salah bertindak dalam mendidik anak. Hal yang sepertinya remeh, sekedar memanjakan anak yang manangis ketika jatuh di lantai, dan malah menyalahkan si lantai, memukulnya sembari bilang, “Nakal nih lantai!” atau menuruti kemauan anak yang menangis gidro-gidro hanya agar anaknya diam. Tapi ternyata hal-hal yang kita anggap remeh itu bisa berakibat fatal lho.

Jadi, Bunda. Seluruh pikiran, perilaku, perasaan pabriknya ada di otak kita. Begitupun anak-anak kita. Itulah kenapa kita perlu mengetahui perkembangan otak anak serta penangan yang sesuai. Mari kita mulai dengan sebuah kisah nyata, ada seorang anak yang sangat cerdas, usia tiga tahun sudah bisa membaca, SD hanya 4 tahun, SMP-SMA 4 tahun, kuliah jurusan kedokteran. Orangtua mana yang tak bangga anaknya cerdas? Tapi di balik kecerdasan anak ini ia punya satu kekurangan, yaitu tidak bisa mengontrol emosi. Jika ia bersedih maka ia akan sangat bersedih. Jika senang ia akan jadi sangat senang, dan jika sedang gelisah ia akan jadi sangat gelisah. Anak itu tidak mengerti bahwa yang ia rasakan itu sedih, senang, gelisah atau marah. Bisa dikatakan buta emosi. “Beruntung anak ini tidak sampe kena narkoba.” Begitu kata orangtuanya.

Kira-kira kenapa bisa begitu ya? Jadwabannya karena ada proses yang terlewat, ada perlakuan yang tidak sesuai dengan perkembangan otaknya. Jadi Bunda, ketika anak berusia 3-6/7 tahun, otak yang sedang berkembang adalah di bagian emosinya. Ketika proses ini dilewati, sejak kecil anak sudah dijejali dengan pelajaran, angka, huruf, hitung-hitungan dan melupakan pendidikan emosinya, maka bagian emosi ini akan kosong. Benar. Usia 3 tahun ia sudah bisa membaca, usia 5 tahun sudah jago matematika, tapi ia tidak bisa mengontrol emosinya. Sayang sekali kan, Bunda.

Nah Neuroparenting ini penting diketahui agar tidak salah dalam mendidik anak-anak kita. Neuroparenting adalah pengasuhan yang berbasis Neuroscience. Neuroscience sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang sel saraf. Gampangnya (sepemahaman saya) pengasuhan dengan menyesuaikan perkembangan otak anak.

Pengasuhan yang salah akan membuat anak berantakan. Otak anak berkembang tahap demi tahap, dan setiap tahap harus sesuai penangannya. Tujuan utama dari pendidikan berbasis otak ini yaitu membuat anak bisa mengambil keputusan, bahasa kerennya “Kepemimpinan Anak” Nah ciri-ciri utama menurut Dr. Amir Zuhdi anak berjiwa pemimpin yaitu Tannguh, cerdas, dan berakhlak mulia. Indikator dari anak tangguh yaitu anak memiliki self control. Mampu mengontrol dirinya sendiri. Jadi, Bunda ketika anak menginginkan sesuatu, mainan misalnya, dan tidak dituruti oleh orangtuanya dan ia menangis. Berarti anak tersebut belum mempunyai Self Control. Nah... bisa jadi anak yang punya sifat seperti ini adalah akibat kesalahan kita. Ketika anak menangis, tidak dituruti malah menangis semakin keras, dan akhirnya kita menurutinya, “Iya, ini belikan. Sudah diam!” Nah... ini akan terekam di otak anak. “O... kalau aku minta sesuatu biar dituruti harus nangis begini.

Indikator yang kedua yaitu adanya Ketrampilan komunikasi. Jadi Bunda, ketika anak terus menerus ngomong, tanya berulang-ulang, cerita ngeciwis, jangan bosan-bosan ayah dan bunda untuk mendengar. Karena ketika anak diam, otaknya tidak akan berkembang. Justeru berkomunikasi dan berimajinasi itulah yang akan menguatkan mental anak.
Indikator yang ketiga adalah ketrampilan memilih dan memutuskan (4 tahun). Biarkan anak memilih. Misalnya ketika akan berganti pakaian setelah mandi, si anak memilih bajunya sendiri, sementara si bunda memaksa si anak memakai baju yang lain yang bunda anggap bagus. Hal semacam itu tidak baik untuk perkembangan otak anak, jadi biarkan anak memilih.

Indikator selanjutnya yaitu, ketrampilan kalkulasi, berpikir analitik dan kreatif, juga ketrampilan fisik.
Selain itu Ayah, Bunda berlemah lembutlah dalam mendidik anak. Apalagi saat anak berusia 3-7 tahun. Anak usia tersebut yang sudah bekerja dengan baik adalah bagian emosinya. Ketika usia 7-12 tahun barulah yang berkembang adalah bagian rasionalnya. Maka ketika ayah atau bunda menasehati kesalahan anak, sudah panjang lebar, dijelaskan macam-macam, tetapi menasehatinya menggunakan intonasi yang tinggi, tatapan mata marah. Maka yang ditangkap anak adalah emosinya tersebut. Yang ditangkap hanya ancaman. Dalam Al Quran juga telah dijelaskan, “Maka berkat rahmat Allah engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah ...” Jadi jika bisa lemah lembut kenapa harus dengan teriak dan marah? Karena ketika terancam maka yang bekerja adalah otak limbik (kadal) dan (kuda) lupa nama ilmiahnya. Jadi bunda, manusia mempunyai otak binatang juga otak manusia, ada otak limbik, dsb. Yang tidak hewan punya adalah otak bagian depan atau yang sering disebut ubun-ubun. Al Quran juga telah banyak sekali menyebutkan ubun-ubun, seperti dalam Q.S Al-Alaq ayat 15-16, “Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang berdusta lagi durhaka.”

Jadi Bunda, jika kita ingin membangun anak yang baik hal-hal yang harus dipenuhi adalah merangsang saraf motorik, emosi juga rasionya. Terkadang anak suka memukul temannya, adiknya atau bahkan bundanya, sebenarnya itu adalah rangsangan dari otak, karena motoriknya butuh bergerak. Maka yang harus dilakukan siapkan saja drum, kentungan, galon atau apapun yang bisa dipukul dan bisa didengarkan.

Dirangkum dan ditulis ulang dari seminar Brain-Based Lerning & Teaching. Dr. Amir Zuhdi.
Diubah oleh zhaa550 13-07-2019 09:38
tata604cheria021trifatoyah
trifatoyah dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.9K
8
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan