Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalaamu’alaykum, Gaes. Selagi masih bulan syawal, saya ucapkan selamat hari raya Idul fitri 1440H, ya. Taqabbalallahu minna wa minkum, taqabbal ya kariim. Mohon maaf lahir dan bathin. Semoga keberkahan dan kebahagiaan selalu membersamai kita, dan yang paling penting, semoga kita bisa bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan. Allahumma aamiin.

Lebaran tahun ini, kami sekeluarga tidak ada yang mudik, berhubung kampung saya yang sangat jauh di Sumatera Utara. Biaya tiket minta ampuun, deh kebangetan mahalnya. Sementara menuju kampung suami, jalan terputus karena ada desa yang terkena banjir. Jadi di lebaran ke dua, kami mengantar keponakan ke rumah mertuanya sekalian bersilaturahim ke rumah besan. Bisa disebut jalan-jalan jugalah, Gaes.

Tempatnya terletak di Kabupaten Pasang Kayu provinsi Sulawesi Barat. Jarak tempuh yang harus kami lalui dari kota Palu sekitar tiga jam perjalanan. Lumayan dekat ya ... padahal kabupatennya sudah berbeda provinsi dari kota Palu. Tau kenapa?

Karena Kabupaten ini terletak di ujung provinsi Sulawesi Barat bertetangga dengan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Di mana jarak kota Palu dengan Donggala hanya memakan waktu satu hingga dua jam perjalanan.

Bagi saya, ini adalah pengalaman pertama menginjakkan kaki di sini. Sebelumnya saya membayangkan perjalanan ini akan sangat membosankan, ternyata saya salah, selama di perjalanan saya sangat menikmati. Pemandangan indah menyambut kehadiran kami. Gunung-gunung yang indah serta pepohonan yang rindang membuat perjalanan begitu sejuk.

Sekitar satu jam perjalanan, kami melewati jembatan yang di bawahnya mengalir air sungai dan air laut yang bertemu, kita kenal dengan air muara. Sayang saya tidak sempat mengambil gambarnya, karena berencana akan mengambil ketika pulang, ternyata kami hanya bisa berencana, Allah yang menentukan.

Setelah dua jam perjalanan, kami disambut dengan hujan deras. Menurut orang tua istri keponakan, Pasang Kayu memang daerah dengan curah hujan yang sangat tinggi. Hampir tiap hari kota ini diguyur hujan. Kami mengurangi laju kecepatan, menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

 

Oia, ada penampakan lucu yang sempat saya abadikan.



doc. Pribadi.

Tiga bocah ini sangat menghibur kami selama di perjalanan.. Dua orang yang tertindih itu anak saya, dan yang paling kecil anak keponakan, berarti cucu, ya. Ya ampun udah tua ternyata. Hehehe.

Mereka bermain dan bernyanyi selama perjalanan, kadang terdengar sangat bising, tetapi juga menghibur, dan ketika kami sadar sudah senyap, di situlah saya melihat pemandangan yang ada di bangku belakang. Sehingga momen digambar itu bisa saya abadikan.

Setelah tiga jam perjalanan. Kami sampai di Pasang Kayu.

Ini nih penampakan ketika kita memasuki kabupaten Pasang Kayu.



 Doc. Pribadi

Di belakang gambar itu terletak kantor bupatinya, Gaes, tetapi saya lupa mengabadikannya di smarthphone.

Sesampainya di rumah mertua keponakan, kami dihidangkan dengan makanan yang hangat. Penasaran apa? Ini dia, Gaes.



sumber; google

Itu sop saudara, Gaes. Saya Cuma ambil dari mbah Gugel. Soalnya begitu sampai, gak ingat lagi mau jeprat jepret, perut sudah lapar dan cuaca sangat mendukung untuk isi perut duluan, jadinya lupa deh dipoto dulu.

Setelah asyik berbincang-bincang, selesai sholat ashar kami berpamitan. Karena ingin jalan-jalan berkeliling dan mengejar waktu magrib di kota Palu. Ini dia hasil jeprat jepret saya.







Asyik keliling kota Pasang Kayu, kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 WITA. Kami menunaikan sholat Magrib, dengan singgah di salah satu mesjid yang kami lewatidi perjalanan. Setelah tiga jam, kami sampai di kota Palu pukul sembilan malam.

Begitulah perjalanan lebaran kami yang rasanya sama dengan mudik. Perjalanan ini membuat cerita lebaran tahun ini menjadi berwarna.

 

Sekian.

 

Aqmalia S Manik

 

Palu, 13 Juni 2019