Daftar bandar udara yang selesai direvitalisasi terus bertambah. Bulan lalu, Presiden Joko Widodo meresmikan Bandar Udara Wiriadinata di Tasikmalaya Jawa Barat. Sejak 2017, bandara yang sebelumnya adalah pangkalan udara milik TNI AU ini dipermak dan ditingkatkan kapasitasnya dengan pembangunan terminal baru dan penambahan panjang Iandas pacu dari 1.400 meter menjadi 1.600 meter.

Sebelum diresmikan, bandara ini hanya melayani dua rute penerbangan, yakni Tasikmalaya-jakarta dan Tasikmalaya-Solo. Keterbatasan panjang landas pacu membuat opsi pelayanan Wiriadinata terbatas. Hanya pesawat sekelas ATR 72-500/600 yang bisa mendarat.



Setelah revitalisasi dan dapat rnenampung pesawat dengan bodi lebih besar, Presiden berharap ada tambahan satu penerbangan dari Garuda dan Citilink pada Maret 2019, karena keliatannya pasar menghendaki itu. Pengembangan dan revitalisasi Bandara Wiriadinata akan semakin memacu pertumbuhan industri kecil dan pariwisata di TasikmaIaya  dan sekitarnya. SebeIum ini, pesawat ATR yang singgah di Wiriadinata selalu penuh oleh para pelancong. Diharapkan ini menjadi stimulus bagi pariwisata.

Tidak Iama setelah peresmian Wiriadinata, Angkasa Pura II melaporkan terminal baru Bandar Udara Tjilik Riwut di Palangkaraya Kalimantan Tengah, sudah dapat dioperasikan secara minimal. Proyek pengerjaan terminal baru yang besar bergaya akuatik itu dimulai pada 2014. Luas terminal baru itu sekitar 20.000 meter persegi, yang disiapkan untuk menampung 1.000 penumpang.

Presiden Jokowi rencananya akan meresmikan pengoperasian terminal baru Tjilik Riwut bersamaan dengan peresmian pengoperasian sejurnlah bandara lain di Indonesia yang selesai tahun laIu. Seperti diketahui, pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 2019 menargetkan pembangunan 15 bandara baru. Hingga 2018 pembangunan 10 bandara telah selesai. Dari Bandara Miangas (di kawasan terluar Sulawesi Utara dengan panjang landasan pacu 1.400 meter) hingga Bandar Udara Internasional Kertajati Majalengka, jawa Barat (dengan panjang landas pacu 2.500 meter) yang mulai beroperasi pada Mei tahun lalu. Bandara Kertajati tercatat sebagai bandara internasional terbesar kedua di Indonesia.



Salah satu bandara yang paling cepat rampung pembangunannya adalah Bandara Letung di Kepulauan Anambas Riau. Bandara ini mulai dibangun  pada 2014 dan mulai beroperasi secara komersial pada Agustus 2018. Dengan kehadiran Bandara Letung, waktu tempuh untuk menjangkau Kepulauan Anambas dari Tanjung Pinang hanya satu jam. Sebelumnya, dengan kapal laut, biasanya dibutuhkan waktu 6-7 jam. Anambas banyak digandrung wisatawan domestik dan mancanegara karena memiliki banyak pantai dan spot panorama bawahlaut yang indah.



Peresmian dan pengoperasian bandara-bandara ini diharapkan dapat membuka akses transportasi bagi masyarakat di daerah untuk mewujudkan target konektivitas antarwilayah. Selain membuka isolasi daerah-daerah, konektivitas diharapkan akan membuka akses untuk pengembangan usaha kecil dan pariwisata.

Pada 2019 ini, Kementerian Perhubungan menargetkan penyelesaian lima bandara baru. Bandara bandara itu terentang dari Toraja, Sulawesi Selatan hingga Alor, Nusa Tenggara Timur. Di Anambas, misalnya, pembangunan Bandara Buntu Kunik di Toraja Sulawesi Selatan, diharapkan akan mempermudah akses pariwisata menuju Tana Toraja yang terkenal itu dan daerah-daerah sekitarnya. Bandara ini murai dibangun pada 2012, namun karena alasan pembiayaan dan sulitnya struktur alam lokasi bandara, pembangunannya terhenti pada 2015. Tiga tahun kemudian, pembangunan dilanjutkan clengan gelontoran dana pemerintah sebesar Rp500 miliar. Akhir tahun 2019 ini, pesawat jenis ATR ditargetkan sudah dapat mendarat di Buntu Kunik.