Menurut Sheila dia telah berhenti mencukur rambut ketiak sejak umur lima tahun yang lalu, dan rambut kepala terakhir saya potong empat tahun lalu, saya terlalu resah kalau harus memotong rambut ketiak saya. "Proses mencukur bulu ketiak menurut saya sesuatu yang menyakitkan, padahal dia di takdirkan untuk tumbuh", katanya.
"Saya sangat nyaman dengan keadaan sekarang ini, saya mencintai tubuh saya, merasa nyaman dengan kulit saya sendiri, tapi saya tidak memaksakan seseorang dengan keputusan seperti saya ini", katanya menutup percakapan.

"Saya keturunan dari ras campuran, ini membuat kulit saya jadi sensitif dan memiliki rambut yang hitam dan tebal", kata Maya membuka percakapan.

"Karena inilah proses mencukur rambut bagi saya sangat menyakitkan, bahkan setelah bersusah payah dalam dua puluh empat jam rambut akan tumbuh kembali".

"Sejujurnya saya tidak nyaman karena tidak bisa berpakaian tanpa lengan, akhirnya saya harus melakukan waxing secara teratur, saya ingin seperti teman yang lain, bahkan ketika usia 15 tahun saya meminta di laser saja tapi orang tua saya tidak mengizinkan".

"Sejak saya di kecewakan oleh pacar saya saya mulai tidak memikirkan penampilan saya, meski terkadang saya tahu ada orang berbisik-bisik di belakang saya".

"Hingga disuatu saat saya bertemu dengan Ben dan mendapatkan tawaran foto ini, saya kembali percaya diri, dan di luar dugaan di akun Facebook banyak mendapat pujian dan tidak peduli dengan keputusan saya ini".

"Saya berhenti mencukur bulu ketiak ketika saya mulai menyadari bahwa sikap demikian adalah pilihan, buka pemberian, tidak adil rasanya jika saya harus membuang waktu dan menghabiskan uang banyak hanya untuk mencabut rambut ketiak", ujarnya.

"Sikap saya ini mendapat pujian karena dianggap saya berani karena antimainstream. Bahkan kekasih saya mengatakan bahwa semakin cantik dengan keadaan sekarang, sebagai simbol kebebasan, dan saya mulai terbiasa dengan keadaan sekarang"..

Aurelia Gantner keturunan Eropa Selatan, mulai merasa tidak nyaman dengan kulit sensitif nya sejak usia dua belas tahun. "Rambut ketiak yang mulai tumbuh waktu itu menjadi mimpi buruk bagi saya".

"Hingga suatu saat saya begitu bosan dengan ritual mencukur ini. Beberapa teman meremehkan saya, tapi saya merasa lebih nyaman dengan keputusan itu". "Saya menyadari kecantikan tidak selalu dari luarnya tapi bagaimana mereka melihat inner beautyseseorang, bahkan di Polandia rambut ketiak panjang bukan hal yang tabu kecuali di lakukan terutama bagi wanita tua disana".

Alexis terbiasa mencukur rambut ketiaknya sejak usia remaja tepatnya di usia lima belas tahun. "Tapi saya mulai benar-benar berhenti mencukur rambut ketiak sejak membaca sebuah tulisan karya Judith Butler."

"Tidak bercukur adalah suatu kebebasan sikap, sebuah pengalaman yang cukup unik dan terpenting saya menyukainya", ucap Alexis.

"Rambut ketiak ditakdirkan tumbuh alami, kenapa harus diperdebatkan hingga sampai urusan yang amat serius".

"Ketiak yang bersih bagi saya itu untuk mereka yang berkelas, tapi ketika saya hanya berpakaian thisrt dan bercelanakan jeans mereka merasa nyaman saja dan di terima secara sosial".

"Bahkan terkadang saya mewarnai rambut ketiak saya dengan warna biru, merah muda, dan putih karena saya fikir itu indah", ujar Emilia menutup percakapan.

"Saya mulai berheti mencukur rambut ketiak karena dua alasan, pertama karena saya merasa bosan dengan semua perawatan yang harus saya lakukan, ke dua saat itu saya ingin segera pergi berlibur, tapi ritual mencukur rambut ketiak cukup banyak menghabiskan waktu saya", ujarnya.

"Pada akhirnya saya membiarkan saja tumbuh karena saya mengangap ini hal yang alamiah, saya merasa lega karena berkurang pe-er saya harus membersihkan ketiak", "Orang-orang menghormati keputusan saya sebagai pernyataan politik yang feminis dan berani", ucapnya menutup percakapan.

"Aku membiarkan bagian rambut ketiak tumbuh lebat, awalnya karena mengikuti program kecantikan alami. Ini membuat saya jadi penasaran seperti apa saya tumbuh secara alami dengan rambut ketiak yang memanjang".

"Saya ingin tahu juga bagaimana sikap orang lain menilai dan melihat saya, awalnya saya jujur memang tidak nyaman, namun akhirnya saya mulai terbiasa dan membuat saya semakin percaya diri".

"Jika saya harus mencukurnya justeru saya seperti 'telanjang', saya menyukai keadaan sekarang ini, bebas dan nyaman".

"Saya mulai berhenti mencukur karena saya dengan cepat menyadari ini adalah perilaku feminitas, saya tidak terlalu suka itu".

"Saya ingat waktu pertama kali mencukur adalah dengan mencuri pisau cukur kakak perempuan saya dan meninggalkan bekas luka yang menyebabkan pendarahan yang sangat banyak. Saya masih ingat waktu itu ke sekolah dengan ketiak masih di perban dan saya mengaku baru jatuh dari atas pohon".

"Semakin dewasa saya mulai mantap untuk berhenti mencukur, saya memilih agar tidak menyakiti diri sendiri, karena tidaklah menyenangkan.