mbakendutAvatar border
TS
mbakendut
Perspektif Sederhana Untuk Tidak Golput


*

Sebelum punya hak untuk memilih, saya udah tau duluan istilah 'golput'. Yap, golongan putih dalam versi saya pada saat masih polos itu sesuai dengan makna 'golongan putih' versi Wiro Sableng--tokoh superhero Indonesia favorit saya sejak kecil.

Menurut saya dan juga menurut Wiro, golongan putih itu golongan baik, golongan yang menegakkan kebenaran. Mereka rival sejatinya golongan hitam--golongab yang selalu melakukan kejahatan.

Namun, untuk politik Indonesia, golput adalah istilah yang umum dikaitkan dengan angka partisipasi penggunaan hak pilih dalam pemilu. Sederhananya, golput adalah hak pilih yang tak terpakai.

Menilik sejarah, istilah golput di Indonesia muncul menjelang pemilu 1971 yang diadakan pada 5 Juli 1971 yang merupakan pemilu pertama di masa orde baru. Peserta pemilu pada waktu itu mengerut dibandingkan peserta demokrasi sebelumnya pada 1955 (masa orde lama).

Golput pada masa itu adalah bentuk protes baik terhadap sistem ataupun alternatif pilihan yang dipandang tidak ada yang kredibel untuk dipilih. Bahasa kasarnya, para calon legislatif dan eksekutif itu tidak ada yang layak dipilih.

Berdasarkan pengamatan saya sendiri, rekan-rekan sejawat saya tidak sedikit yang memilih golput, padahal mereka adalah mahasiswa, golongan yang mampu berpikir cerdas, generasi penerus yang harusnya memberikan kontribusi lebih pada negara.

Jika melihat data, dana yang dialokasikan pemerintah pada pemilu 2019 tidak main-main, yakni Rp. 27,4 Triliun. Dana itu bukanlah berasal dari pemerintah semata, melainkan dari pajak-pajak atau pendapatan negara yang tentunya berasal rakyat sendiri.

Jika memilih golput? Anda rugi sekali, negara juga, dan Anda adalah bagian dari negara.

Jika alasan Anda golput karena merasa tidak ada yang layak, Anda keliru, karena pada dasarnya memang tidak ada yang sempurna di antara semua calon. Mereka memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Tapi, saya sekali lagi selalu berpikiran positif. Saya menggunakan premis politik "memilih yang terbaik di antara yang terburuk". Dalam perspektif premis tersebut artinya memang tak ada satu pun calon yang sempurna. Karena itu, seolah memilih terbaik dari yang terburuk lebih utama ketimbang golput, memilih adalah bagian mengurangi risiko terburuk.

Saya pun juga bukan pendukung berat semua calon, saya netral saja, tapi memilih untuk golput alias tidak memilih itu rugi banget.

Berpartisipasi dalam pemilu ini adalah salah satu wujud kecintaan kita pada negara. Kita ingin yang terbaik untuk Indonesia, kita ingin agar Indonesia menjadi lebih baik, bersih dari korupsi.

Anda golput karena tak tau siapa yang mau dipilih? Naudzubillah min dzalik.

Jikalaupun begitu, mulai hari ini Anda harus meng-update semua informasi tentang calon, masih tersisa beberapa hari bagi Anda untuk menentukan pilihan, dan jangan pernah berpikir untuk golput.

Jikalaupun lagi Anda masih ngotot untuk golput, maka dengan senyum manis, saya akan memberikan Anda sebuah kutipan paling terkenal dari John F. Kennedy --presiden Amerika Serikat ke-35.


"Jangan tanyakan apa yang negara berikan padamu, tapi apa yang kamu berikan pada negara"


Nah, setelah melakukan proses perenungan dan semedi selama beberapa menit, masih ngotot juga untuk golput? Rugi banget Anda.


*

Referensi:

Wikipedia.com
Kompas.com
Diubah oleh mbakendut 08-04-2019 02:52
swiitdebbyAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan swiitdebby memberi reputasi
12
1.7K
54
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan