BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Fogging tak signifikan atasi DBD

Petugas Dinas Kesehatan melakukan pengasapan atau fogging di permukiman warga desa Jambanan, Sidoharjo, Sragen, Jawa Tengah, Kamis (17/1/2019). Kementerian Kesehatan menyatakan fogging tak efektif untuk mengatasi jentik nyamuk demam berdarah.
Wabah demam berdarah dengue (DBD) sudah masuk kategori kejadian luar biasa (KLB). Padahal aktivitas pengasapan atau fogging sudah digalakkan dan berarti tak berguna.

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sejumlah wilayah sudah menetapkan status KLB DBD pada awal 2019 ini. Antara lain Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Kapuas di Kalimantan Tengah, dan kota Kupang di Nusa Tenggara Timur.

Total, menurut Kemenkes, ada 372 kabupaten atau kota yang telah melapor mendeteksi kasus DBD. Seluruhnya tersebar di 33 provinsi.

Namun begitu, cara mengatasi DBD ini tidak disarankan menggunakan fogging. Laman resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng), menyatakan fogging tidak efektif karena hanya membunuh nyamuk dewasa dan bukan jentik.

"Bukan saja karena cara itu hanya membunuh nyamuk dewasa, namun salah dosis insektisida yang digunakan juga mengakibatkan nyamuk menjadi kebal. Asap dan insektisida yang dipakai pun dapat membahayakan kesehatan," tulis laman tersebut, Rabu (23/1/2019).

Betapa fogging tidak efektif bisa dilihat di Kotamobagu, Sulawesi Utara. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotamobagu menerima laporan kasus DBD tiada henti meski kegiatan fogging sudah dilakukam di 12 titik.

Koordinator Fogging, Erniwati Sianturi, Senin (28/1), mengatakan bahwa sudah banyak laporan yang masuk. Tapi Pemkab Kotamobagu belum bisa menentukan apakah itu semua adalah DBD atau tidak karena masih menunggu hasil tes laboratorium.

Erniwati mengatakan pihaknya masih melakukan fogging di sejumlah wilayah yang sudah positif ada pasien DBD. Lebih lanjut Erniwati mengatakan bahwa fogging tak bisa membunuh jentik nyamuk DBD dan hanya ampuh untuk nyamuk dewasa.

"Jadi walaupun sudah dilakukan fogging dan di tempat tersebut masih terdapat jentik nyamuk, keesokan harinya pasti sudah ada nyamuk lagi," tutur Ernawati.

Pendapat itu sebenarnya pernah disampaikan Menteri Kesehatan Nila Moeloek pada 2016. Nila mengatakan bahwa fogging bukan strategi utama dalam mencegah DBD, apalagi jika tidak dilakukan secara rutin atau hanya ketika sudah ada kejadian.

Pencegahan, menurut Nila, seharusnya dengan menjaga kebersihan (lingkungan) dan menghilangkan jentik nyamuk. "Fogging ini kan memakai insektisida, sehingga kita khawatir ada resistensi, ujar Nila (10/2/2016).

Nila pun tetap menyarankan 3M Plus: Menguras membersihkan tempat penampungan air atau membersihkan apapun yang digenangi air (hujan), Menutup rapat tempat penampungan air, dan Memanfaatkan kembali barang bekas yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk pembawa DBD.

Adapun Plus adalah segala bentuk pencegahan. Misalnya menaburkan bubuk abate (larvasida) ke tempat penampungan air, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk; mengenakan kelambu saat tidur; dan memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk.

Seluruh kegiatan itu disebut sebagai pemberantasan sarang nyamuk atau PSN. Kemenkes pun menyarankan setiap rumah dibentuk seorang juru pemantau jentik (jumantik). Jadi si jumantik akan memantau secara berkala ketika ada jentik nyamuk, termasuk memberantasnya.

Soal tidak efektifnya fogging disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinkes Kota Bekasi, Dezi Syukrawati. Menurutnya, dalam Kompas.com, Senin (28/1), fogging harus memperhatikan dosis sesuai standar operasi.

Pertama, bahan dasar insektisidanya harus dibuat bervariasi alias tidak satu macam. Kemudian, volumenya pun harus sesuai jika tak ingin penyemprotan hanya sia-sia.

"Jika bahan dasar insektisida untuk fogging itu sama terus menerus, nyamuk akan resisten atau membuat kekebalan tubuh sendiri," katanya. Dezi pun menegaskan fogging bakal lebih efektif jika rumah atau lingkungan dalam keadaan bersih, bukan saat kotor.
Status KLB diralat
Kemenkes sudah meminta seluruh pemerintah daerah untuk memasang kewaspadaan tinggi karena kasus DBD diperkirakan menyebar hingga ke seluruh Indonesia. Sedangkan masyarakat diminta melakukan kegiatan 3M Plus.

Kemenkes menyebutkan kasus KLB DBD terjadi di Kabupaten Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah; Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur; dan Sulawesi Utara. Sedangkan hingga minggu pertama 2019, Kemenkes mencatat suspek DBD tertinggi ada di Jawa Timur (700 orang), Jateng (512), dan Jawa Barat (401).

Suspek DBD artinya belum tentu DBD, tapi pemerintah daerah diminta waspada. Hingga saat ini, Kemenkes mencatat ada 11.224 orang terjangkit DBD di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu 110 orang dilaporkan meninggal.

Data terbaru Kemenkes ini pun membuat sejumlah daerah meralat status KLB. Wilayah Sragen, Jateng, misalnya, mencabut status KLB karena belum ada pernyataan bupati.

"...status KLB itu harus ditetapkan dengan SK Bupati. Kami perintahkan DKK untuk melakukan clearance atau verifikasi angka kasusnya yang positif DB berapa. Kalau nanti sesuai petunjuk Kemenkes memang masuk kriteria KLB, akan kita tetapkan KLB," kata Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, dilansir Joglosemar News, Sabtu (26/1/2019).



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ikan-atasi-dbd

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- ISIS mengaku dalangi pemboman 2 gereja di Filipina

- Lambat dipecat, PNS korup masih digaji negara

- Alasan Erick Thohir lepas semua saham Inter Milan

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
9.3K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan