anjritekturAvatar border
TS
anjritektur
Kenapa Lulusan Arsitektur Yang Dipilih Untuk Iklan Kampanye Prabowo?
Assalamu’alaikum agan sista semua…
 

Spoiler for Intro Dulu Gan:

 
Dua hari yang lalu (16 Desember 2018), Gerindra mengeluarkan iklan kampanyenya. Isi iklannya tentang seorang lulusan arsitektur yang begitu optimis akan mendapatkan pekerjaan. Namun, setelah lamaran dikirimkan ke mana-mana, dia tak kunjung dapat panggilan tes maupun wawancara.
 
Lalu dia memilih pekerjaan yang berbeda dari jurusan ketika dia kuliah. Dikatakan bahwa pekerjaannya tersebut gajinya oke, enak dan bahkan keren. Di bagian ini nih, gan, yang lagi rame dibicarain netizen, dianggap ngehina pekerjaan tersebut.

Spoiler for Iklannya:


Kenapa? Karena di iklan itu, orang tua si anak lulusan arsitektur tersebut tidak menyukai pekerjaan anaknya. Mereka mau anaknya bekerja sesuai dengan bidang kuliahnya. Kalo buat ane, sih, nggak ngerasa ada yang direndahkan (selain program kerja, kerja, kerja pemerintah saat ini). Karena memang disebutkan sebelumnya bahwa pekerjaan di luar bidangnya tersebut secara finansial bagus, enak bahkan keren.
 
Perihal orang tuanya yang tidak setuju, itu sudah masuk ranah pribadi. Nggak bisa dicampuri. Mau kita bilang nggak mungkin pun, ada beneran orang tua yang begitu. Namun, ane tidak mau membahas masalah efektivitas iklannya terhadap minat pemilih. Melainkan mau membahas kenapa bidang arsitektur yang dijadikan contoh sulit mencari kerja. Nggak mungkin dong asal pilih cap cip cup kembang kuncup.
 
Mengenai bidang arsitektur
Tidak banyak terdengar masalah pekerjaan di bidang ini sebelumnya, pokoknya kalah lah ama profesi lain seperti perawat, dokter, bidang hukum, dan keguruan yang sering sekali menghiasi berita di berbagai media. Kalo pun terdengar, itu biasanya tentang hasil rancangan yang luar biasa. Sebut saja berita tentang arsitektur itu misal rancangan hasil Bapak Ridwan Kamil yang beritanya naik pun karena Ridwan Kamil menjadi kepala daerah. Ya, kan kalo ada apa-apa yang bagus, kepala daerahnya yang selalu dapat nama.


Spoiler for Intip:


Orang yang bekerja di bidang arsitektur, arsitek/insinyur, biasanya juga mendapat penghormatan yang tinggi. Maksudnya, orang dengan gelar arsitek itu banyak yang menganggapnya keren. Walo aslinya nggak. Sehingga, ketika kecil, banyak anak-anak yang bercita-cita mau menjadi arsitek. Bersanding dengan  dokter dan pilot.
 
Namun, kenapa tiba-tiba ada iklan yang menyinggung bidang yang dianggap keren tersebut kesulitan mencari kerja? Kalo sulit dapat pekerjaan, bukankah itu jadinya tidak keren?
 
Apa yang terjadi dengan lulusan arsitektur?
Berdasarkan aturan Permendikbud 154 tahun 2014 dan Nomenklatur Kemeristekdikti, lulusan sarjana arsitektur mengalami perubahan gelar dari Sarjana Teknik (S.T) menjadi Sarjana Arsitektur (S.Ars). Itu hanya untuk lulusan sarjanya, untuk bisa melakukan praktik profesi, sarjana arsitektur harus mengikuti pelatihan profesi selama setahun. Mirip-mirip dengan gelar dokter gitu lah.
 
Hal tersebut terjadi karena arsitektur memang berbeda dengan bidang teknik. Kalo di teknik, misal teknik sipil, banyak melakukan hitung-hitungan agar pembangunan kuat dan presisi, di bidang arsitektur lebih fokus pada efisiensi dan keindahan. Bukan berarti tidak ada membahas tentang kekuatan, porsinya saja yang jauh lebih kecil dibanding bidang keteknikan lainnya.


Spoiler for Korban:


Profesi yang banyak melakukan hitung-hitungan biasanya akan akrab dengan program microsoft excel, sedangkan bagi anak arsitektur, jika semasa sekolah atau di luar perkuliahan tidak menguasai program tersebut, mereka akan sangat kesulitan dengannya. Padahal mereka sangat menguasai SketchUp, AutoCAD, Lumion, 3DMAX, CorelDraw, PhotoShop, ArchiCAD, maupun Revit.
 
Selain itu, kalo melihat kurikulumnya, jurusan arsitektur termasuk ke dalam pendidikan akademik, bukan vokasi. Yang mana itu artinya lulusan arsitektur diarahkan untuk menguasai ilmu arsitektur, bukan diarahkan pada penerapan keterampilan di kehidupan nyata. Sehingga lulusannya belum siap bekerja sebagai arsitek profesional. Kudu magang atau mengambil pelatihan profesi dulu setelahnya.
 
Hubungannya ketika akan mencari pekerjaan?

Spoiler for butuh gan:



Pertama, karena sudah bukan bergelar ST lagi, tentunya peluang bekerja di kantor yang mensyaratkan gelar ST sudah tidak bisa lagi. Ya, peluangnya jadi semakin kecil gitu lah, gan.
 
Kedua, karena saat perkuliahan lebih banyak menggunakan program desain perancangan dan kemampuan office excelnya rendah, lulusan arsitektur juga kesulitan melamar di bidang lain (yang mensyaratkan bebas semua jurusan) dengan jobdescmelakukan input data di program excel. Padahal pekerjaan lain memang banyak yang mensyaratkan menguasa program office.
 
Ketiga, karena kurikulum yang berupa akademik, bukan vokasi, para pencari sumber daya tenaga kerja arsitektur kurang melirik dan memandang kurang lulusan arsitektur, belum siap. Mereka lebih suka lulusan SMK teknik gambar. Mereka menganggap, kemampuannya sama (malah lebih dianggap lulusan SMK lebih bagus), kok, harus dibayar lebih mahal (standar sarjana). Mau nggak mau harus magang atau pelatihan profesi dulu. Padahal untuk bisa diterima magang pun biasanya syaratnya susah. Ada kantor yang memberi syarat harus pernah ikut dalam proyek terbangun. Kalo pun ada yang mau nerima, kadang nggak dibayar. Dan itu bisa sampai setahun lebih.
 
Quote:



emoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Blue Guy Cendol (L)
Diubah oleh anjritektur 18-12-2018 17:34
2
12.1K
128
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan