DistrikNasional
TS
DistrikNasional
Diskriminasi Media Nasional Terkait Reuni 212


Banyak media massa saat ini telah menjadi bagian dari upaya memanipulasi demokrasi. Media tidak menjalani fungsi jurnalistik dengan adil, mungkin terkooptasi kekuasaan.
 
Pasalnya ada diskriminasi media nasional dalam Reuni Akbar 212. Hanya Tv One dan Republika yang menyoroti acara tersebut. Media nasional memilih tajuk berbeda ketimbang menyoroti Reuni 212.
 
Reuni 212 tidak menjadi headline berita nasional pada 3 Desember 2018 lalu. Kompas memilih topic ‘Polusi Pelastik Mengancam”, lalu Tempo memilih topic ‘Pesona Ibu Negara di Panggung H-30’, sedangkan Harian Sindo memilih topic ‘PP 49/2018 Solusi bagi Tenaga Honorer’. Hanya Republika yang memilih topic ‘Reuni 212 Damai’.
 
Sedangkan media internasional berbondong-bondong menyoroti aksi Reuni Akbar 212 tersebut. Diantaranya, The Straits Times, Reuters, SCMP, Deutsche Welle, Taiwan News, dan AFP News.
 
Prabowo Subianto mengatakan seharusnya media-media yang kondang, media-media dengan nama besar, media-media yang mengatakan dirinya obyektif, harus bertanggung jawab untuk membela demokrasi bukan takhluk pada kekuasaan pemerintah. Para wartawan yang melakukan manipulasi tak layak dihormati. (Sumur)
 
Secara normatif keilmuan dan perspektif komunikasi, seperti yang dianalisis Denis McQuail, pakar dan ilmuan komunikasi dari Amsterdam Belanda berpendapat, terjadinya deviasi Framing Media ada pada 14 stasiun TV swasta dan negeri pada jam tayang aksi 212, sedangkan TV lainnya menayangkan; Film India, acara anak, sinetron, selebriti, upin ipin, musik, rumah rakyat, animasi, Spongebob, bisnis, hiburan, dan jalan-jalan.
 
Jika dilihat dari perspektif objektivitas, (Factualness dan Impartiality) media massa khususnya, hanya ada 2 stasiun televisi dari 16 stasuin TV yang menyiarkan secara live dan terputus-putus. Itu dikategorikan dalam media televisi dan menjalankan amanahnya sebagai pemberitaan bagi rakyat Indonesia. Sementara itu 14 stasiun TV yang tidak menyiarkan peristiwa aktual dianggap menjadi media yang tidak objektif dan keluar dari fungsinya sebagai media yang menjalankan demokrasi yang netral dan seimbang. (Sumur)
 
Faktanya, selama berlangsungnya berita yang melibatkan 7,6 juta umat manusia bahkan TV One memperkirakan jumlah peserta aksi damai berkisar 11 juta. Bukan itu saja, tetapi adanya media massa yang tidak menyiarkan berita akbar itu, terindikasi dalam media tersebut yang bersebelahan dengan kelompok aksi damai dan ini sebenarnya mencederai dirinya sebagai televisi sekuler dan memboikat pemberitaan karena adanya persengkokolan pemilik media dengan ‘penguasa’. 
 

 
 
Diubah oleh DistrikNasional 06-12-2018 08:24
0
2.8K
36
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan