sukhoivsf22Avatar border
TS
sukhoivsf22
ITB: Bahan Rahasia Baterai Kendaraan Listrik Ada di Indonesia
ITB: Bahan Rahasia
Baterai Kendaraan
Listrik Ada di
Indonesia

Reporter:
Anwar Siswadi (Kontributor)
Editor: Erwin Prima
Rabu, 14 November 2018 12:24
WIB


Bus listrik Mobil Anak Bangsa
(MAB) untuk pertama kalinya
hadir dalam Pameran otomotif
khusus kendaraan komersial
Gaikindo Indonesia International
Commercial Vehicle Expo
(GIICOMVEC) 2018 di Jakarta, 1
Maret 2018. GIICOMVEC 2018 di
iikuti 14 agen pemergang merk
kendaraan komersial yang
berpameran. Tempo/Tony
Hartawan


TEMPO.CO, Bandung - Para
peneliti kendaraan listrik bergiat
menyiapkan baterai generasi
ketiga yang disebut solid state.
Tim yang tergabung dalam
konsorsium riset di Indonesia pun
mencari bahan dasar baterai
masa depan itu.

“Peneliti kami memiliki sumber
lain non-lithium, masih
dirahasiakan karena banyak sekali
yang mengejar-ngejar,” kata Sigit
Puji Santosa, Direktur Centre for
Collaboration Research (CCRs)
dan National Center for
Sustainable Transportation
Technology (NCSTT), baru-baru
ini.

Menurut Sigit, kini ada sekitar dua
atau tiga bahan yang tengah
dikaji kemudian divalidasi. Sedikit
bocorannya, bahan utama untuk
alternatif baterai solid state itu
banyak terdapat di Indonesia.
Baterai masa depan itu untuk
mengatasi masalah baterai
generasi kedua yang berbasis gel
lithium ion.

“Kalau masalah baterai ini
terselesaikan, sudah ini nggak
ada yang membendung
kendaraan listrik di mana pun,”
kata dosen Fakultas Teknik Mesin
dan Dirgantara ITB itu, Senin, 12
November 2018.

Generasi kedua baterai
kendaraan listrik yang dipakai
sekarang ini berjenis lithium-ion.
Seperti jenis baterai handphone
yang bisa diisi ulang dayanya,
baterai itu menggunakan larutan
elektrolis cair guna mengatur
aliran arus listrik. Sementara solid
state menggunakan bahan
elektrolit padat.

Riset baterai moda listrik ini
bekerja sama dengan
Massachusets Institute of
Technology (MIT). Menurut Sigit,
MIT memiliki teknologi maju
dengan membuat dua dari tiga
paten generasi baterai moda
listrik. “Targetnya baterai aman
digunakan dan harganya
terjangkau masyarakat,” ujar
lulusan S2 dan S3 dari MIT itu.

MIT yang telah disokong 10-11
industri baterai dan otomotif itu
punya target harga baterai.
Kisarannya bisa seharga US$72
dari harga sekarang, kata Sigit,
yang berkisar US$200-400,
tergantung volume baterainya.

Penelitian baterai ini merupakan
bagian dari kerja sama
pembuatan mobil listrik berjangka
2017-2021. Proyek riset itu bagian
dari program Sustainable Higher
Education Research Alliances
(SHERA) yang didanai pemerintah
Amerika Serikat (United States
Agency for International
Development/USAID).

Programnya bermitra dengan
sejumlah kampus di Indonesia,
antara lain untuk riset kesehatan
publik dan penyakit infeksi,
ketahanan pangan, lingkungan,
energi, kemaritiman, serta
teknologi inovasi. Penandatangan
kerjasamanya pada September
2017.

ITB kebagian untuk memimpin
konsorsium pembuatan
kendaraan listrik termasuk riset
baterai generasi ketiga bersama
MIT. Konsorsium ini juga
melibatkan peneliti dari
Universitas Sriwijaya, Universitas
Diponegoro, Institut Teknologi
Kalimantan di Balikpapan, dan
Universitas Lambung Mangkurat,
Universitas Sam Ratulangi, dan
Universitas Sebelas Maret (UNS)
Surakarta. Sebanyak 50-an
peneliti dari ITB, 50-an peneliti
lain dari enam kampus mitra.
ANWAR SISWADI

https://tekno.tempo.co/read/1146193/...a-di-indonesia
2
5.1K
78
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan