Dulu dia adalah pembunuh ganas di Serie A

Menjadi tua itu pasti.Karena waktu tidak akan pernah berhenti walau hanya sedetik. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah yang akan kita lakukan saat tua nanti? Jujur saya adalah orang yang sangat terobsesi untuk pensiun muda. Usia 50 tahun, saya sudah tidak mau lagi ngomongin bisnis, nyari uang, apalagi berbicara politik praktis. di usia itu saya ingin bicara soal cinta dengan istri saya. Momong cucu, sambil sesekali memanasi motor 2 tak kesayangan saya. Tidak lupa, mendatangi majelis-majelis yang membantu saya kenal dengan Tuhan.



Hal terberat yang ingin saya lakukan di usia 50 tahun adalah memikirkan PSIS Semarang, atau Persiku Kudus. Memikirkan bagaimana bisa datang ke stadion dan nonton langsung aksi mereka di atas rumput hijau. Nyanyi anhem, Jiwa Ksatria, atau Kerinduan.. Jika PSIS menang, adalah bahagia tambahan buat saya. Apalagi jika ada pemain macam Lord Yunus, sang gelandang penomenal. Atau bek tengah macam King M. Rio Haryanto Saputro yang makin meng-Van Dijk-kan diri dengan skillnya. Jika terwujud, mungkin inilah kepingan surga dunia bagi saya.



Bagus kan gambar di atas? Bagus sekali. Tapi saya tidak berminat untuk itu. Kalau raga sudah tua, mudah capek, sebaiknya tahu diri lah. Saya ingin jadi orang yang tahu diri dan tahu posisi. Usia 50 tahun, fisik tidak seperti hari ini. Dimana nulis thread sambil nunggu penerbangan selanjutnya adalah hal biasa. Mungkin saat usia 50 tahunan nanti, saya tak seganas hari ini. Tidur kalau tidak sekian jam paginya lemas. beda sama sekarang, mau tidur sejam juga siap mau ngapain saja.

Daripada jadi aparatur negara kerjanya cuma tidur, kan mending tidur di rumah. Jelas enak karena di atas kasur. Kalau pengen dibelai juga ada yang membelai, dan satu lagi tidak disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia, termsuk cucu saya. Bayangkan kalau anda jadi anggota Dewan, anda tertangkap kamera sedang tidur, cucu anda tahu dan bertanya, "Eyang kerjanya tidur ya? Enak ig, tidur saja dibayar, aku juga mau kayak Eyang."Apa tidak memalukan?



Nah, yang seperti inilah yang ingin saya lakukan saat tua. Bukan jadi Presiden lho ya, jadi lurah saja malas kok. Tapi momong cucu. Lucu lho melihat anak kecil yang baru belajar ngomong, atau sekolah SD gitu lah. Jangan salah, tingkah mereka tidak sesederhana yang ada di kepala kita. Apalagi pertanyaan-pertanyaan ajaib mereka, beh. Lebih sulit daripada pertanyaan saat RDP dengan komisi di DPRD membahas AMDAL sebuah proyek. Tapi kok menyenangkan? Karena pertanyaan dan jawabannya mengandung unsur bahagia. Kalau di Komisi anu, ngomongnya persen. Pantesan saya tidak pernah penang, wong angka Nol persen mulu yang saya tawarkan. Maklum saya kan temannya Pak Anies yang doyan Nol persen itu. *eh curhat



Well, untuk bisa pensiun muda tentu membutuhkan kerja keras di masa muda juga. Menyiapkan anak dan generasi penerus agar siap bersaing di dunia kerja. Memastikan bahwa mereka sudah bisa mandiri tanpa kita. Soal bagaimana menyiapkan kemampuan finansial untuk pensiun muda, mungkin bisa kita bahas di thead yang berbeda nanti. Jujur, saya terobsesi dengan ayah saya. Usia belum kepala enam, tiba-tiba pensiun. Apa yang dikerjakan hari ini? Momong cucu, ngelap jeep kesayangannya, sepedaan, merawat muray, jalan-jalan kemana pun beliau suka. Dan percaya ga percaya, beliau nampak lebih sehat, muda dan bahagia.

Godaan untuk jadi ini dan itu, belaiu abaikan dengan satu kata, CUKUP. "Saya uang ada, anak punya, kalau uang saya kurang tinggal minta anak. Butuh hiburan ada cucu, jeep dan burung muray. Lalu apa tujuan saya jadi ini dan itu? Tidak ada. Mengabdi dan mensejahterakan rakyat? Saya punya jalan lain. hehehehe." Jawaban elegan yang membuat siapapun yang ingin menggoda beliau ikut ini itu, mundur tanpa kata. Semoga saya dan kita semua mempunya hari tua yang indah. Sebagai penutup, mari simak lagu yang dinyanyikan oleh mas Duta dan teman-temannya. Salam Damai




Salam Damai.


Sumber Referensi : Pikiran Sendiri
Sumber Gambar : sini, sini, sini, sini, sini
Sumber Video : sini