BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Indeks modal manusia Indonesia di bawah Vietnam dan Filipina

Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim memberikan konferensi pers terkait Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali International Convention Center, Kawasan Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10).
Sejumlah negara, termasuk Indonesia, masih memiliki nilai Indeks Modal Manusia (Human Capital Index/HCI) yang rendah. Bank Dunia pun mendorong para pemerintah kelompok itu untuk mengambil langkah cepat dan tepat dalam meningkatkan investasi sumber daya manusia (SDM).

Indeks Modal Manusia adalah indikator baru dalam melihat pengaruh kebijakan pemerintah terhadap potensi kemampuan penduduk dari berbagai segi. Laporan mengenai indeks tersebut dirilis oleh Bank Dunia di sela-sela acara pertemuan tahunan IMF-World Bank 2018 di Nusa Dua, Bali Kamis (11/10/2018).

Secara umum, Indeks Modal Manusia menunjukkan kebijakan pemerintah yang memastikan kesehatan dan pendidikan penduduknya berbanding lurus dengan potensi mereka sebagai angkatan kerja pada masa mendatang.

Dalam dokumen Indeks Modal Manusia 2018, Indonesia menempati peringkat ke-87 dari total 157 negara yang terdata. Indonesia mendapat nilai 0,53 dari batas bawah 0,52 dan batas atas 0,55.

Berdasarkan penjelasan dari Bank Dunia, Indeks Modal Manusia ditampilkan dalam rentang nilai antara 0 dan 1. Semakin nilai suatu negara mendekati angka 1, maka produktivitas penduduknya dipastikan sangat tinggi -- didukung oleh lingkungan hidup yang sehat dan pendidikan yang mumpuni.

Nilai yang diraih Indonesia sebesar 0,52 termasuk jauh lebih baik di atas rata-rata negara berpenghasilan menengah ke bawah yang nilainya 0,48. Meski begitu, capaian Indeks Modal Manusia Indonesia masih di bawah nilai rerata 0,62 Asia Timur dan Pasifik.

Bahkan jika dibandingkan dengan lima negara besar di ASEAN, Indonesia menempati posisi buncit. Indeks Modal Manusia Indonesia berada di bawah posisi Malaysia (0,62); Thailand (0,60); Vietnam (0,67); dan Filipina (0,55). Sementara, Singapura jauh paling unggul dengan skor 0,88 dan duduk urutan pertama dunia.

"Nilai tersebut mencerminkan bahwa meski Indonesia telah mencapai kemajuan besar dalam beberapa tahun terakhir, masih ada defisit modal manusia akibat terakumulasinya kekurangan investasi selama beberapa dekade," tulis Bank Dunia dalam laporannya.

Laporan tersebut mengakui kesuksesan sejumlah negara selama 40 tahun terakhir dalam meningkatkan jumlah anak bersekolah dan menurunkan tingkat kematian. Namun sekarang, para negara perlu lebih fokus pada pengembangan keterampilan anak-anak dalam menghadapi era pekerjaan yang modern.

Secara khusus Presiden Grup Bank Dunia, Jim Yong Kim, menyoroti upaya pemerintah Indonesia dalam mengurangi angka kekurangan gizi pada anak alias stunting.

Kim mengatakan, pada saat pertemuan pertama dengan Presiden Joko Widodo, hal utama yang ia bicarakan adalah isu kurangnya investasi pada manusia. Isu tersebut langsung mendapat respon luar biasa dari pemerintah Indonesia.

Ia mengapresiasi keputusan pemerintah Indonesia yang mengalokasikan anggaran cukup besar untuk mendorong kapasitas SDM. Antara lain melalui anggaran pendidikan.

"Indonesia termasuk negara yang cepat dalam menindak isu human capital. Anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari pemerintah juga cukup tinggi," ujar Kim di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10).

Dari pengamatannya, Kim mengingatkan bahwa Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah, yaitu hasil dari anggaran yang besar tersebut masih belum cukup optimal. Saat ini Bank Dunia dan Indonesia masih bekerja sama untuk memaksimalkan hasil yang dapat dicapai dalam SDM dengan investasi yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut.

Kim juga menjelaskan bahwa investasi untuk SDM menjadi penting karena perkembangan teknologi yang cepat sekarang ini dipastikan dapat menggantikan pekerjaan manusia yang memiliki keterampilan rendah.

"Jika kita memutuskan untuk tidak memberikan investasi ke dalam SDM, hal itu bisa membuat kerusakan karena pekerjaan nantinya dapat tergantikan oleh otomatisasi," tutur Kim.

Di dalam laporan tersebut dijelaskan, bahwa 56 persen anak-anak yang lahir pada hari ini di seluruh dunia akan kehilangan lebih dari setengah potensi pendapatan seumur hidup. Hal ini akan terjadi jika pemerintah tidak memberikan investasi yang efektif untuk kesehatan, pendidikan, dan kesiapan masyarakat memasuki dunia kerja di masa depan.

"Bagi masyarakat miskin, sumberdaya manusia seringkali menjadi satu-satunya modal yang dimiliki," kata Kim.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...m-dan-filipina

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Bupati Rendra tersangka dan kemalangan di Malang Raya

- Carilah lelang di KPK dan rumah gadai

- 15 BUMN kantongi investasi Rp200 triliun di Bali

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
507
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan