cats19Avatar border
TS
cats19
Mengenal ‘Comfort Woman’, Perbudakan Seks Wanita Korea pada Masa Perang Dunia Ke – II


Perang Dunia ke II memang sudah lama berlalu, namun duka yang mendalam masih dirasakan oleh para korban.


Sudah hampir satu abad sejak “Comfort Woman” pertama dipaksa melakukan perbudakan seksual untuk kekaisaran Jepang, tetapi detail dari kisah perbudakan mereka tetap menyakitkan dan secara politis memecah belah di Jepang dan negara-negara yang pernah ditinggali. Rekaman kesaksian para perempuan tersebut masih kurang; hanya ada sedikit orang yang selamat dan sekitar 90 persen “wanita penghibur” tidak selamat dari perang.

Beberapa dokumen dan rekaman video telah ditemukan dan menunjukkan pembantaian “Comfort Woman” Korea oleh militer Jepang lama sebelum akhir Perang Dunia II. Sekitar 200.000 wanita di kawasan yang diduduki Jepang selama Perang Dunia II diperkirakan dipaksa menjadi budak seks untuk tentara Jepang antara 1932 dan 1945.





Perempuan antara usia 11 dan 40 melayani sebagai budak seks. Banyak wanita diculik dan dirudapaksa. Beberapa wanita mengklaim mereka diambil dari desa mereka dengan todongan senjata dan diberitahu bahwa mereka akan dibawa bekerja di pabrik-pabrik. Mereka sering berhubungan seks antara 20 dan 50 pria sehari di barak-barak kotor dan kamar-kamar kayu kosong dengan tanda di atas pintu yang bertuliskan “Melayani sepenuh hati dan layanan fisik oleh gadis-gadis yang berbakti.”

Para wanita tersebut "direkrut" untuk rumah bordil dengan cara diculik atau dipaksa. Para wanita dikumpulkan di jalan-jalan di wilayah pendudukan Jepang, lalu mereka diyakinkan untuk diajak pergi ke tempat yang mereka anggap sebagai unit perawatan atau tempat untuk bekerja, atau para wanita tersebut dibeli dari orang tua mereka dengan alasan sebagai pelayan yang dilindungi pemerintah.




Di “Comfort Station”, para tentara membayar sejumlah uang tertentu secara langsung atau tidak langsung. Jumlah uang biasanya dibagi menjadi dua bagian antara pemilik dan wanita penghibur. Namun tidak jelas apakah jumlah uang itu benar – benar diserahkan kepada para wanita tersebut. Libur hanya sekali dalam sebulan, dan jarang dua hari. Ada “Comfort Station” yang bekerja tanpa hari libur. Keluar dari “Comfort Station” hanya mungkin dengan izin dari militer.




Begitu mereka berada di rumah bordil, para wanita dipaksa untuk berhubungan seks dengan para prajurit yang menangkap mereka dengan kondisi brutal dan tidak manusiawi. Meskipun pengalaman setiap wanita berbeda, kesaksian mereka memiliki banyak kesamaan yaitu pemerkosaan berulang akan meningkat sebelum pertempuran, penderitaan sakit fisik, kehamilan, penyakit menular seksual, dan kondisi suram.


Setiap wanita yang hamil pada saat itu diharuskan meminum pil atau disuntik untuk menggugurkan kandungan mereka. Tidak sedikit dari para wanita mencoba untuk bunuh diri daripada hidup dengan kondisi seperti tersiksa seperti itu.Para wanita dipaksa untuk mengikuti waktu militer setelah waktu “melayani”, dan tidak memiliki kebebasan apa pun. Ketika militer Jepang mulai mundur dari satu tempat ke tempat lain di Asia Tenggara, para wanita itu ditinggalkan atau ditakdirkan untuk berbagi nasib dengan militer yang kalah. Beberapa dari mereka tewas dibunuh dan sebagian lainnya melarikan diri untuk dilindungi oleh pasukan Amerika Serikat.




Perang Pasifik berakhir pada 15 Agustus 1945, tetapi para wanita penghibur yang selamat tidak bisa pulang dengan mudah. Diketahui bahwa banyak wanita melupakan keinginan mereka untuk kembali ke rumah karena merasa malu dan tinggal di negeri asing selama sisa hari-hari mereka. Dalam banyak kasus, mereka yang kembali ke rumah menderita luka dan menjalani hidup dengan menyedihkan, tidak dapat melupakan kekejaman masa lalu. Banyak yang menderita cacat fisik dan penyakit kelamin, dan tidak dapat melahirkan anak. Beberapa tidak bisa menikah. Dan mereka yang akhirnya menikah harus menyembunyikan masa lalu mereka, tidak bisa memberi tahu orang lain tentang rasa sakit yang mereka rasakan di hati mereka.




Selama beberapa dekade, sejarah "Comfort Woman" tidak didokumentasikan dan tidak diperhatikan. Ketika masalah itu dibahas di Jepang, hal itu ditolak oleh para pejabat yang bersikeras bahwa "Comfort Station" tidak pernah ada. Kemudian, pada tahun 1980-an, beberapa wanita mulai berbagi cerita. Pada tahun 1987, setelah Republik Korea Selatan menjadi demokrasi liberal, perempuan mulai membicarakan kisah mereka secara terbuka. Pada tahun 1990, masalah tersebut menjadi sengketa internasional ketika Korea Selatan mengkritik penolakan resmi seorang pejabat Jepang atas peristiwa tersebut.

Pada tahun-tahun berikutnya, semakin banyak wanita yang datang untuk memberikan kesaksian. Pada tahun 1993, pemerintah Jepang mengumumkan kekejaman tersebut. Sejak itu, masalah ini tetap memecah belah. Pemerintah Jepang akhirnya mengumumkan akan memberi kompensasi kepada “wanita penghibur” Korea pada tahun 2015. Tetapi setelah peninjauan kembali, Korea Selatan meminta permintaan maaf yang lebih kuat dari pemerintah Jepang atas kejadian pada masa Perang Dunia II yang menimpa para wanita tersebut.



Quote:



Spoiler for Comfort Women First Video Publish:






Diubah oleh cats19 17-09-2018 10:42
0
18.7K
90
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan