Sebenarnya kalau mau jujur, saya agak kurang pede mereview Novel Dilan. Sadar diri sama umur yang sudah tidak muda lagi. Tapi saat ingat bahwa kejadiannya jauh sebelum saya SMA, akhirnya saya memberanikan diri. Lagian di rumah memang gak banyak novel yang ready untuk direview.
Oh ya satu lagi, saya menganggap semua sudah baca atau menonton versi filmnya Dilan Bagian Pertama ya...
Sampai saat ini saya masih terngiang-ngiang dengan ini,
'Namaku Milea. Milea Adnan Hussain...'yang versi film sih. Soalnya saya nonton versi filmnya dulu baru baca novelnya. Meski saling memfollow di twitter dengan Pidi Baiq, jujur, saat dia mentweet soal Dilan, saya gak menyangka ceritanya akan sekeren ini. Setelah AADC tahun 90-an, ada lagi cerita cinta anak sekolah yang cukup membuat saya berujar: WOW!
Tidak banyak penulis negeri ini yang bisa bikin saya excited membaca sinopsis dan testimoni di sampul untuk buru-buru membayarnya di kasir. Sejauh ini baru Hilman Hariwijaya dan Aditya Mulya. Genre saya memang novel komedi. Hilman dengan kengocolannya, dan Aditya dengan kepolosan dan spontanitasnya. Pidi Baiq? Akhirnya datang penulis ketiga yang melengkapi Hilman dan Aditya.
Quote:
'Tujuan Pacaran adalah untuk putus, bisa karena berpisah, bisa karena menikah...' - Pidi Baiq
SD - SMA saya suka menulis fiksi. Baik cerpen, novel maupun sesekali skenario. Jadi saya tau banget susahnya nulis dengan sudut pandang orang pertama. Jadi jika ada yang bisa menulis dari sudut pandang pertama dan keren, kerennya jadi double. Ini rate saya untuk Pidi Baiq untuk buku pertama dan keduanya. Apalagi, menulis dari sudut pandang orang pertama dengan jenis kelamin yang berbeda. Pidi Baiq yang seorang cowok tulen (setau saya sih), bisa menceritakan dengan sangat sangat baik dari sisi seorang Milea (yang saya yakin banget seorang cewek). Jadi, Pidi Baiq kerennya jadi triple!
Di Dilan #2 ini, ada 24 Sub Judul yang tetap menarik dan mengacak-acak emosi dan perasaan saat saya membacanya. Masih sama seperti versi pertamanya. Seolah saya bisa merasakan apa yang Milea rasakan, tanpa saya harus menggunakan tank top atau celana dedek gemes saat membacanya.
Quote:
'Senakal-nakalnya anak geng motor, Lia, mereka shalat pada waktu ujian praktek Agama.'
- Dilan
Di lain sisi, saya jadi ngiri dengan kecanggihan Dilan dalam mendekati wanita. Jujur, apa adanya, gak pasaran dan yang terpenting adalah, dia bisa menjadi pria menyenangkan bagi Milea (Lia). Mungkin kalau saya jadi cewek, saya juga akan terobsesi dengan Dilan. Atau setidaknya dengan pria dengan karakter seperti itu. Tapi karena saya cowok, saya cuma bisa ngiri. Mau rubah kepribadian ya sudah terlambat. Masa SMA saya sudah cukup lama berlalu dengan berakhir dengan cukup tragis kalau tidak bisa dikatakan mengenaskan.
Kengirian saya yang lain sama Dilan tentu, ngiri punya pacar secantik dan sebaik Milea. Jaman saya SMA... Ah sudahlah
Novel ini hadir sungguh terlambat. Kalau beredar saat saya SMA mungkin saya tidak akan jadi jomblo abadi selama 3 tahun. Sekali lagi, buku ini layak untuk dibaca, dibeli dan diamalkan ilmunya. Ilmu mendekati wanita. Berapa saya kasih rate? Kalau boleh sih rate 6 dari maksimal 5 hehe. Tapi karena kesempurnaan hanya milik Allah, saya kasih rate 4.9 ya...
Quote:
'Jika aku berkata bahwa aku mencintainya, maka itu adalah sebuah pernyataan yang sudah cukup lengkap.'
- Milea