londo.046Avatar border
TS
londo.046
Kebutuhan vs Prestise


Quote:


Prestise menurut KBBI bermakna wibawa (perbawa) yang berkenaan dengan prestasi atau kemampuan seseorang. Jadi prestise berhubungan dengan pencapaian seseorang berupa atribut (barang). Misalnya, kalau punya HP yang speknya flagshipalias kasta paling tinggi. Kalau punya motor ya, yang kastanya paling tinggi juga.

Untuk kalangan tertentu, prestise itu penting. Bagi pengusaha misalnya, dengan memakai barang-barang branded kasta tinggi, jelas akan meningkatkan tingkat kepercayaan dari rekan bisnis, maupun kastamernya. Wah lihat penampilannya saja sudah meyakinkan gini, pasti laba usahanya tinggi. Kalau tidak, mana mungkin bisa memenuhi kebutuhannya soal barang-barang mahal dan branded. Kira-kira begitu pemikiran orang kepada orang itu. Namun prestise juga harus diimbangi dengan kinerja bisnis yang baik. Kalau hanya untuk kedok, ya lama-lama akan terbongkar juga. Bukan penghormatan dan wibawa yang didapat, tapi ketidak percayaan dari orang lain.



Lalu jika kita dihadapkan pada pilihan, Kebutuhan atau Prestise, mana yang akan kita dahulukan? Akal sehat tentu akan menjawab kebutuhan dulu dong. Tapi apakah kita benar-benar melakukan itu? Atau jangan-jangan kita lebih mementingkan prestise? Saya kasih contoh soal smartphone. Pernah tidak kita berfikir mendalam, apa sih yang kita butuhkan dari sebuah smartphone? buka Kaskus? Sosmed? Chating? Berapa sih budget yang kita punya untuk beli smartphone dengan kemampuan seperti tertulis di depan? Tentu tanpa membebani kita.

Katakan kita punya budget 2jetian. Logikanya kita akan mencari brand smartphone dengan harga 2jeti dan bisa memenuhi kebutuhan kita untuk buka kaskus, bersosmed dan chating kan? Nah, disinilah kadang kita melupakan kebutuhan dan lebih mementingkan prestise. Wah ada smartphone harga 4 jeti nih, tampilannya lebih keren, lebih mewah, ada plus ini itu (yang sebenarnya kita tidak terlalu membutuhkan.) Akibatnya apa? Kita harus mencari kekurangan 2jeti tadi. Bisa hutang, kredit, atau yang agak waras, menabung. Tapi tetap saja, ada yang harus dikorbankan untuk prestise kan? Padahal jika kita memakai prinsip kebutuhan yang utama, fungsi yang nomor satu, uang 2jeti yang kita punya bisa kok membeli smartphone yang bisa memenuhi kebutuhan kita.



Memenuhi hasrat untuk tampil keren, terlihat berwibawa dengan barang branded di depan orang lain itu tidak salah. Asalkan tidak menyiksa kita. Maksudnya, kalau memang mampu, kalau memang pendapatan cukup untuk meng-cover itu semua, silahkan saja. Tapi jika pendapatan masih di bawah, tidak mampu meng-cover gaya hidup seperti itu, ya sebaiknya jangan. Penuhi dulu kebutuhan dan fungsi. Karena itulah yang kita butuhkan.

Percayalah, anda pakai smartphone harga sejutaan, anda kirim WA ke Smartphone harga sebelas jetian akan tetap terkirim kok, asal jaringan seluler berfungsi baik. Tulisannya juga sama, tidak lebih kusam, jelek atau blur. Kalau ngumpul lalu keluarkan smartphone terlihat jelek? Murahan? Terus masalahnya di mana? Teman anda lari karena tahu ponsel anda murahan? Berbahagialah, karena anda dijauhkan dari teman yang menolak maju. Teman yang baik, lihat temannya tidak mampu beli sesuatu yang bagus itu mendorong untuk mampu. Entah diajak kerja, dikasih modal kerja, atau minimal didoakan untuk maju, bukan dijauhi.

Last, bergayalah sesuai isi dompet mu. belilah barang-barang yang memang kamu butuhkan fungsinya, jika memang kondisi masih pas-pasan. Jauhi hutang, utamakan kerja keras. Kelak jika kamu sudah sukses, silahkan tukar matic mu dengan MV Agusta, atau minimal kasta rendahannya Yamaha. Salam Damai.


Ciao.


Sumber referensi : Pemikiran sendiri, sini
Sumber gambar : sini, sini
3
31.1K
346
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan