powerpunkAvatar border
TS
powerpunk
Hanya di Indonesia, Mengukur Jarak Menggunakan Satuan Waktu

HOT THREAD KE 257
*20 Agustus 2018*





Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.
emoticon-Nyepi




"Segera beli Apartemen Junikarta. Lokasi strategis, 5 menit dari Bandara, 10 menit dari pintu tol, dan 5 menit dari mall".
Gansis pernah baca iklan - iklan properti semacam itu? Ngerasa ada yang aneh nggak sama iklannya?


Kalau GanSis jeli, ada hal yang sedikit "mengganjal" dari bahasa iklan seperti yang tercantum di atas. Sudah tahu apa yang mengganjal? Bukan pada nama "Junikarta" nya ya, karena itu cuman sebagai contoh saja. Sudah nemu belum letak kejanggalannya? Ya, sesuatu yang aneh dari iklan di atas adalah penggunaan satuan waktu untuk mengukur jarak.


Bagaimana bisa menuliskan jarak antara apartemen dengan bandara dengan satuan waktu : 5 menit. Padahal seharusnya jarak di hitung menggunakan satuan panjang : meter, kilometer, mil dan sejenisnya. Bukankah secara nalar, ini ambigu. Bagaimana bisa nantinya orang akan membayangkan jarak menggunakan satuan waktu.

Lima menit yang di maksud di sini apakah saat kondisi jalanan normal atau saat macet? Tentunya waktu tempuh yang di gunakan untuk mencapai tempat tersebut akan sangat berbeda jika kondisi jalannya juga berbeda. Meskipun tujuan dari si pemasang iklan adalah untuk menggambarkan sebegitu dekatnya apartemen yang ia jual dengan bandara, tapi penggunaan waktu untuk menggambarkan jarak tentu sangatlah kurang tepat.

Bagaimana jika nantinya anak didik di sekolah ikut - ikutan menggunakan satuan waktu untuk menggambarkan jarak. Misalkan saja ada pertanyaan : "Berapa jarak yang di tempuh oleh seorang pelari untuk satu kali mengelilingi stadion dengan ukuran panjang 100 meter dan lebar 55 meter?", kemudian sang murid bakalan menjawab : "cuman 5 menit kok bu". Nggak lucu kan?


Selain penggunaan satuan waktu untuk menggambarkan jarak, ada satu lagi satuan absurd yang hanya ada di Indonesia. Misalnya saja, seorang reporter televisi yang sedang mengabarkan bencana banjir di suatu tempat. Sang reporter biasanya menggunakan satuan tinggi "selutut atau sedada orang dewasa". Lutut dan dadanya siapa nih yang di jadikan standar? Lutut warga korban banjir? Atau dada mbak - mbak reporternya? Atau lutut Pak Gubernur yang tiba - tiba care sama warganya?

Benar - benar hanya ada di Indonesia. Menggunakan satuan yang tak sesuai dengan peruntukannya. Padahal jika tujuan menggunakan satuan ini agar mudah di pahami, bukankah menggunakan satuan bakunya justru akan lebih mudah di pahami?





Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Opini Pribadi TS
Sumur Gambar : Om Google






Diubah oleh powerpunk 20-08-2018 13:32
2
16.1K
142
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan