kongkalingkong.Avatar border
TS
kongkalingkong.
RG Sebut Jokowi Tak Berintegritas Lewat Perumpamaan Peragawati Usai Tak Pilih MMD
Akademisi Rocky Gerung membahas panjang lebar soal itu dengan berbagai perumpamaan yang membuat semuanya jadi cukup terang benderang.
Rocky Gerung mengungkapkan kisah Jokowi, Ma’ruf Amin, dan Mahfud MD itu selama 9 menit dalam acara Indonesia Lawyers Club yang diunggah di akun youtube Indonsia Lawyers Club tvOne dengan judul ‘Rocky Gerung : Gagalnya Mahfud MD Jadi Cawapres Merupakan Pameran Imoral Kepada Publik.’
Inilah ucapan lengkap Rocky Gerung yang ditranskrip dari penjelasannya dalam ILC :
Pilihlah dengan prinsip, dan itu yang nggak akan dipilih. Karena yang dipertontonkan bukan prinsip, tetapi pengkhianatan dan pengkhianatan.
Tadi Pak Karni mengutip Lenin, dan itu menyiapkan kita pada politik kremlin, dan ada istilah kremlinnologi, yaitu kasak kusuk di dalam istana, yang pada akhirnya isinya adalah persekongkolan.
Jadi emang benar kita mendengarkan uraian Pak Mahfud tadi seperti menggambarkan kremlinnologi di depan monas. Di dalam istana negara. Karena ini soal, tadi saudara Nusron mengatakan bahwa ini adalah pilihan moral, justru itu yang imoral. Itu adalah delik moral, mempermalukan seorang warga negara diujung pesta.
Apa kurang bermoralnya, apa kurang tidak bermoralnya itu? Tentu Pak Mahfud dengan tegar mengatakan bahwa. Prof mahfud dengan tegar mengatakan, dia tidak tersinggung, dia tidak kecewa.
Pertanyaan saya, boleh nggak dia ungkapkan sebaliknya di depan publik? Saya kecewa, saya segala macem, nggak mungkin diucapkan. Karena itu pilihan terakhir dari sang korban adalah mengatakan dia tidak tersinggung, walaupun itu adalah suatu kejadian eksistensial, terhina di depan publik. Tapi orangnya tidak tersinggung.
Yang tersinggung adalah moralitas publik, karena akan dicatat dalam sejarah ada semacam dengan saya mau sebut dengan salah satu istilah yang agak berbahaya. Oke, saya cari cara untuk menyebut. Memang saya nggak akan menyebut itu.










Tapi saya cari cara akademis. Di dalam psikologis, satu orang yang terbebani secara psikis, karakternya luka, jiwanya tergores oleh peristiwa yang memalukan, dia akan membela diri seolah-olah dia tidak tersakiti itu. Itu adalah ilmiah. Namanya cassandra complex di dalam ilmu psikologi.
Cassandra itu dewi di dalam mitologi Yunani, yang diminta menjadi semaca fortune taller, pembaca masa depan, tapi sekaligus dia dikutuk bahwa yang dia ucapkan tidak akan didengar orang.
Jadi di dalam psikologi itu untuk menerangkan orang sukar percaya bahasa tubuh dari Pak Mahfud, karena dia mengalami secara eksistensial, penghinaan di depan publik. Saya sebutkan itu sebagai soal akademis.
Jadi kalau ada psikolog, dia akan bilang Pak Mahfud itu tergores, dan karena semakin tergores, dia semakin kuat. Jadi poinnya tergores.
Saya mau kasih poin bahwa orang indonesia menyaksikan itu akan mencatat di dalam batinnya satu perbuatan immoral. Dan standar moral orang indonesia sangat tinggi itu. Politik dijadikan semacam pameran imoralitas. Anda bayangkan, seorang presiden, pada saat terakhir tidak bisa mempertahankan integritasnya.
Dia mengatakan kepada Pak Mahfud tadi bahwa saya (Presiden Jokowi) ditekan segala macem. Pemimpin macam apa yang diujung mengatakan saya menyerah karena ditekan, maka dia ganti pilihan dia. Jadi dia tidak otentik memutuskan itu. Itu problemnya tuh. Bagaimana kita percaya bahwa dalam situasi yang mungkin lebih berbahaya dia bisa tangguh untuk menghadapi.
Di dalam duel internasional mislnya, dalam negosiasi, kalau dari awal watak presiden itu diperlihatkan sebagai immoral. Bukan saya yang mengatakan itu, teori psikologi mengatakan itu.immoral.
Jadi saya nggak peduli lagi dengan yang diucapkan saudara-saudara di depan untuk merekonstruksi kejadiannya. Nggak begitu kejadiannya, menit per menit. Iya tapi intinya adalah pameran immoralitas. Itu dasarnya aja tuh.
Jadi kalau dibilang yaitu ada kardus, saya nggak peduli mau kardusnya mau dipakai untuk bungkus boneka. Atau dipake buat bungkus mebel. Bukan itu poinnya.
Saya mau kembali pada dasar kita, bahwa kita sekarang menganggap politik itu boleh ditransaksikan bahkan dipake sebagai keterangan. Seluruh pembelaan saudara-saudara tadi memperlihatkan bahwa ada pragmatisme dalam politik. Tapi jangan jadi oppportunitas.









Yang dilakukan Pak Jokowi terhadap Pak Mahfud adalah tindakan opportunis. Dia punya kesempatan untuk menegakkan sikap bahwa saya presiden, saya memilih,dan saudara-saudara saya tidak peduli itu.
Tapi (kemudian) dia curhat, saya nggak bisa tentukan sesuatu. Jadi kita baca psikogram dari Presiden Jokowi yang memang lemah. Kemarin saya sebut dia sebagai petugas dan saya diomelin itu.
Jadi,saya balik lagi pada keadaan kita hari ini. Kita diganggu oleh politik dalam tingkat paling berbahaya adalah hilangnyab virtue. Politik itu dasarnya adalah virtue. Artinya kejujuran, martabat manusia. Dan itu hilang, lalu hilangnya itu dicarikan alasan bahwa ini pilihan yang paling masuk akal, tetapi dengan menghina manusia gitu.
Yang saya baca ada yang terhina. Satu poin kecil, politik itu seperti seorang peragawati keluar dr panggung. Dia dikemas di belakang panggung, dibikin supaya bercahaya, wangi, cantik. Tapi ujian seorang peragawati bukan ketika dia melangkah ke dalam panggung, Tetapi diujung panggung ketika dia bikin U turn. Pada saat dia berbalik itulah ujian moral dari seorang peragawati.
Nah peragawati kita Presiden Jokowi yang keluar dari panggung itu bercahaya bagus. Tapi diujung panggung akhirnya dia berbalik, dia salah berbalik. Kalau peragawati dia pakai high heels, High heelsnya patah, dan orang tonton bahwa dia tidak berintegritas. Jadi itu konklusinya gitu.


http://wartakota.tribunnews.com/2018...hfud-md?page=3


cadas luar biasa emoticon-2 Jempol
Diubah oleh kongkalingkong. 15-08-2018 20:24
2
8.4K
95
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan