Becak-Becak di Kota Jakarta ini merupakan salah satu topik utama yang diangkat oleh dokumenter tahun 1971 ini. Pada tahun 1971 sedang gencar-gencarnya penertiban becak di jalan-jalanan vital di Kota Jakarta demi kelancaran dan keindahan lalu lintas.
Penghasilan harian rata-rata setiap tukang becak pada tahun 1971 ini adalah 100 rupiah dengan setoran minimum 30 rupiah kepada juragan/pemilik becak.

Jenderal Kapolri Hoegeng, yang terkenal karena kejujurannya, masih menjabat dan mengabdi sebagai Kapolri di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ternyata ia cukup fasih berbahasa Inggris. Terbukti, Ia sangat lancar menjawab dan memahami pertanyaan yang diajukan oleh Michael Rubbo tentang kenapa tukang Becak ditertibkan pada jalan raya.


Selain fasih dalam berbahasa Inggris, Pak Jendral Hoegeng juga fasih berbahasa Belanda.

Opletmerupakan angkutan umum yang berbentuk seperti minibus yang mampu mengangkut 5 orang atau lebih dan digadang-gadang sebagai pendahulu Angkot. Sedangkan ostin, merupakan istilah yang sering disebutkan oleh orang Betawi untuk Oplet dengan merk Austin.
Dalam film ini, Masih banyak Oplet atau Ostin yang berkeliaran baik di kota Jakarta, Cianjur, ataupun Bandung. Ada banyak variannya pula. Ada Oplet Chevrolet, Oplet Morris, Ostin Austin, hingga Oplet Minor seperti Oplet babeh Sabeni di acara Si Doel anak sekolahan.

Ostin Jakarta
Namun Oplet yang berdomisili diluar Jakarta kebanyakan menggunakan mobil Chevrolet baik Suburban atau Special Deluxe yang telah dimodifikasi dengan karoseri lokal karena Oplet Chevrolet memang terkenal dengan ketangguhannya di medan berkelok-kelok seperti Cianjur.

Indonesia pada tahun 1971 sudah berada dalam pimpinan Jendral Soeharto. Indonesia pada saat itu masih dalam proses recovery dari efek kekacauan G30S. Lebih banyak orang miskin pada masa awal-awal orde baru dibanding pertengahan orde baru (80an).
Oleh karena itu, tidak begitu banyak orang yang mampu mengendarai sepeda motor dan kebanyakan dari mereka memilih untuk berjalan kaki.

Kalau dibandingkan, lebih enak liat emak-emak jalan kaki sambil bawa bakul pada tahun 1971 daripada sekarang bawa motor tapi belok kanan sen kiri

Alm. Pak Gubernur Ali Sadikin masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan ternyata sangat peduli kepada rakyatnya. Blusukan ke pelosok Jakarta, hingga daerah Halim hanya untuk memantau perkembangan kampung baru saja.

Dan ternyata, sama seperti Jendral Hoegeng, Pak Ali juga fasih berbahasa Inggris dan mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Michael Rubbo seputar pembangunan kampung baru di barat daya Jakarta.

Kendaraan darat di daerah Jakarta dan Jawa Barat, baik sepeda motor atau mobil kebanyakan merupakan produksi Eropa dan Amerika. Mobil seperti Volkswagen, Chevrolet, Mercedes-Benz, Morris, Austin, Mini, dan sebagainya lebih banyak berlalu lalang dalam lalu lintas kota Jakarta dan Bandung dibanding mobil Jepang seperti Toyota, Honda atau Suzuki.

Sepeda Motor Vespa, Mobil Austin, dan Bus Mercedes-Benz
Motor yang digunakan juga bukan sembarang motor, kebanyakan motor yang dikendarai oleh penggunna lalu lintas pada saat itu kebanyakan adalah motor Lambretta dan Vespa Sprint. Jarang ada yang namanya Honda atau Suzuki.

Harga kamus pada 1971 memang tidak bisa dibilang murah. Apalagi alat penerjemah otomatis seperti Google Translate. Namun, tanpa kedua alat bantu tersebut, Semua orang yang diwawancarai oleh Michael Rubbo dalam dokumenter ini lumayan fasih dalam menjawab pertanyaan berbahasa Inggris.

Hussein
Sebagai contoh, Hussein, seorang Supir Becak mampu menjawab semua persoalan tentang perbecakan dan menjelaskan siapa juragan Becaknya.

Pedagang serba ada (Rokok, kacang, kuaci, permen) atau lebih dikenal sebagai tukang cangimen ternyata sudah ada sejak tahun 1971. Selain menjajakan rokok, tukang cangcimen disini juga menjual air mineral.

Selain Wayang Golek, pada sore hari di pedesaan di Cianjur ini juga melaksanakan kegiatan wayang orang rutin.

Dalam dokumenter ini, juga ditayangkan sebuah film pendek tentang penduduk eskimo dengan media layar tancep.

Dalam dokumenter ini juga, Michael Rubbo dkk kembali ke pusat kota dengan mengarungi Sungai Cijengkol.
Dalam adegan ini pula, Michael Rubbo dalam narasinya, menjelaskan kalau anak-anak yang mengejar perahu yang ditumpanginya mengira kalau yang ada di perahu tersebut adalah para pasukan Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia namun orang tua mereka menjelaskan kalau pasukan Belanda sudah dibunuh dan diusir puluhan tahun yang lalu. Ini membuktikan kalau rasa nasionalis anak jaman dulu lebih tinggi dibandingkan sekarang