gurusejarahAvatar border
TS
gurusejarah
Jawa Kecanduan Candu abad 16-20
Assalamualaikum WR WB

]

Spoiler for opium:


Opium telah lama dikenal dalam peradaban manusia sebagai tanaman yang awalnya digunakan sebagai tanaman obat yang berfungsi untuk penghilang rasa sakit atau analgesik. tanaman opium atau yang dikenal juga dengan tanaman senang karena efek halusinogennya yang kuat kerap disalahgunakan oleh manusia untuk tujuan relaksasi dan rekreasi. tanaman yang telah ditemukan dalam catatan tertua mesopotamia sejak 3000-5000 SM. mulai menjadi komoditi perdagangan negara Eropa karena nilai perdagangannya yang sengat menguntungkan. bandar-bandar dagang di sekitar pantai di sepanjang asia tumbuh dan berkembang pesat sebagai bandar dagang opium. kawasan nusantara mulai mengenal opium ketika banyak diantara pedagang-pedagang eropa mengenalkan komoditas opium di pantai-pantai nusantara terutama jawa pada abad ke 16. para pedagang dari Inggris, Denmark, arab bahkan VOC bersaing ketat untuk mendapatkan pangsa pasar yag besar di Jawa karena perlahan-lahan opium di Nusantara khususnya jawa menjadi bagian dalam kebudayaan masyarakat.


Spoiler for madat:


candu awalnya dikenal masyarakat sebagai bahan campuran kopi dan teh yang dikenal untuk menambahkan efek nikmat di dalam setiap seduhannya. ada juga yang menggunakanannya dengan cara dimakan langsung (Nyeret), maupun dengan menggunakan pipa (Ngudud). Berbagai literatur Jawa seperti Serat Suluk Gatolotjo dan Surat Kabar Djawi Hiswara telah menuliskan adanya penggunaan candu yang berbentuk lintingan rokok sebagai bagian dari pemberian sajen kepada nenek moyang. PADA masa itu, mengisap opium seperti menjadi ciri umum kehidupan kota dan desa. Opium dipasarkan bahkan sampai ke tengah masyarakat desa yang tergolong miskin. Pesta panen, misalnya, seringkali dibarengi dengan pesta candu. Bahkan dalam hajatan pernikahan, tak jarang tuan rumah menyediakan candu untuk para tetamu yang dikenal sudah biasa menghirup madat. Para pemimpin desa pun dijamu dengan cara ini. Opium masuk ke dalam kehidupan masyarakat Jawa tanpa memandang pangkat dan derajat. Candu dijajakan dari rumah ke rumah. Hampir di setiap desa ada pondok tempat mengisap opium. opium hadir sebagai wahana rekreasi dan kesenangan.

Spoiler for karikatur tentang opium:


karena besarnya konsumen yang ada di Nusantara,VOC saat itu adalah kontestan yang paling kuat dalam perebutan pasar di Nusantara yang berhadapan dengan Inggris. kesuksesan VOC dalam persaingan candu dimulai ketika terjadi perjanjian perdagangan monopoli dengan Mataram yang dipimpin oleh Amangkurat II. melalui perjanjian itu, VOC dapat menjual candunya ke wilayah kekuasaan mataram. praktik monopoli candu VOC selalu berubah-ubah yang tujuannya adalah untuk menerapkan sistim yang sebaik-baiknya dan seefektif mungkin dalam perdagangan candu. awalnya mereka menggunakan amfioen societeit, VOC mendirikan sebuah badan yang berwenang dalam penjualan candu di Nusantara. namun karena belum menguntungkan ahirnya di hapuskan dan digantikan dengan amfioen directie yaitu VOC menjual secara langsung candu yang ada kepada masyarakat. pasca bubarnya VOC, pemerintah kolonial Belanda menggantikannya dengan sistem borongan atau pachtstelsel.


Spoiler for pabrik candu cina:



pada sistim patchstelsel pemerintah menggandeng rekanan dari pihak swasta yaitu para pedagang cina. pemerintah akan memberikan tender kepada pihak swasta yang mau memberikan pajak paling besar. mereka yang memenangkan tender dari pihak pemerintah kolonial akan memegang perdagangan opium di suatu wilayah biasanya adalah karesidenan. Dan yang paling menguntungkan, mereka akan mendapatkan patronase serta kewibawaan di wilayahnya. Para pejabat Jawa pun bersaing ketat memperebutkan bandar Cina yang bonafide. semakin berani sang pedagang cina untuk memberikan pajak kepada pemerintah maka pemerintah akan dianggap berhasil dalam melaksanakan perdagangan. Tawaran dalam lelang diajukan dengan cara menyebutkan jumlah pajak, yang dalam bahasa Belanda disebut pachtshat, yang akan dibayar bandar dalam jangka waktu setahun.Jumlah angka pajang yang disebutkan di dalam lelang memang bisa sangat fantastis. Sebutlah, misalnya, pajak bandar opium di Semarang pada 1881 yang mencapai 26 juta gulden. Dari pajak yang dikutip dari para bandar opium ini saja, pemerintah kolonial Belanda sudah mampu membayar gaji seluruh pegawainya di Hindia Belanda. setelah memenangkan tender ini para pedagang cina akan diberikan keleluasaan untuk mendirikan pabrik. opium dilarang untuk ditanam di kawasan Hindia Belanda, oleh karena itu opium di impor dari kawasan India dan Singapura. opium mentah ini akan dimiliki oleh pemerintah kolonial belanda yang akan diserahkan kepada pemenang tender. sang pemenang tender akan mengolah opium untuk menjadi candu dan di distribusikan di wilayah peredarannya.


Spoiler for pabrik candu pemerintah di Batavia:



Sistem monopoli candu ini pun bukan sistem yang terbaik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda karena sistem ini menimbulkan berbagai masalah yaitu pemerasan, penyelewengan, dan menimbulkan jatuhnya wibawa pemerintah kolonial Belanda. Para pemborong (pachter) banyak melakukan tindakan korupsi dan terlibat dalam perdagangan gelap. Mereka juga melakukan pemerasan terhadap rakyat yang berhutang candu. ini terjadi karena mereka hanya mengejar keuntungan semata tanpa melihat bagaimana latar belakang pembelinya. para petani miskin dan kalangan bawah lainnya yang hanya berpendapatan 20 sen per hari bisa membeli sampai 15 sen hanya untuk opium karena belum adanya peraturan yang jelas maka rakyat yang selalu menjadi korbannya. Hal ini menimbulkan dampak negatif bagi rakyat dimana rakyat menjadi miskin dan sengsara akibat sistem pemadatan ini. Sistem opiumpacht yang sangat merugikan ini ditentang oleh banyak orang terutama oleh Anti Opium Bond pada tahun 1890. Anti Opium Bond ini juga menyarankan kepada pemerintah kolonial untuk mengganti sistem opiumpacht menjadi sistem opium regie. Saran ini diterima dan dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda pada akhir abad ke-19.


Spoiler for Tempat penjualan candu:




sistim baru ini mengatur lebih ketat peredaran opium karena mulai dari pembelian opium mentah sampai pendistribusian sampai ke tangan masyarakat akan diedarkan melalui agen-agen resmi pemerintah bukan lagi oleh orang-orang cina. Opium regie mulai diberlakukan pada tahun 1894 di Madura dan pulau Jawa. pabrik milik pemerintah resmi di dirikan untuk menggantikan pabrik opium milik para pedagang cina. dalam sistim ini juga diatur tentang distribusi ke tangan pembeli dengan cara mendirikan tempat pembelian candu secara khusus yang di namakan " Kantor penjualan". di depan kantor penjualan ini dituliskan papan nama dengan menggunakan bahasa belanda, melayu dan bahasa daerah lokal. hal ini dilakukan untuk melakukan pengetatan peraturan peredaran candu. para pembeli candu di wajibkan untuk membeli candu di tempat resmi yang telah ditentukan oleh pemerintah. penjual candu akan disebut sebagai mantri candu. toko penjualan akan mulai beroprasi mulai pukul 12 siang sampai 10 malam. pada awal bulan ramadhan dan hari ulang tahun kerajaan belanda maka toko sementara akan tutup. persis seperti apotik yang tutup pada saat tanggal merah. Para pembeli candu diijinkan untuk memakai candu di warung-warung candu (bambon peteng) yang telah ditunjuk oleh dinas opium regie. selain itu candu dijual pada kalangan terbatas, pada beberapa daerah diperlukan lisensi untuk dapat membeli candu. untuk mendapatkan lisensi itu mereka harus merupakan seorang yang berusia minimal 20 tahun dan bukan anggota kemiliteran, pegawai negri belanda, dan anggota kerajaan. Pendapatan dari penjualan opium regie ini telah menyumbang 15% dari total pendapatan pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1920-an yaitu hampir f. 30 Juta melebihi jumlah pendapatan dari ekspor perkebunan Kina. Pendapatan dari opium regie ini banyak membantu keuangan pemerintah Kolonial Belanda pada masa resesi ekonomi, ketika hasil ekspor perkebunan turun 50-60% penjualan opium regie hanya turun 14% sehingga pemerintah Kolonial Belanda banyak tertolong dari politik perdagangan candu ini.

Spoiler for mantri candu:


banyak dari masyarakat jawa yang terbuai dengan kenikmatan sesaat candu membuat miris karena kebanyakan dari mereka terjebak dalam kemalasan dan kebodohan dan hidupnya menjadi kecanduan oleh candu. candu membuat kulit kendor dan membuat mereka penggunanaya kekurangan gizi akibat kurangnya asupan makanan. “Candu merupakan barang yang mahal karena itu dinikmati setiap sedotan,” tulis Hui Lan. “Setelah enam sedotan dia menjadi seonggok tulang yang memelas. Kaki dan tangannya menjadi dingin, kulit kisutnya menjadi mengerut, matanya terbuka tetapi tak melihat.” akibat dari fakta inilah peredaran candu di beberapa kawasan dilarang oleh pemimpin setempat yaitu Pakubuwono II. sadar akan ancaman mengerikan oabt bius ini, Pakubuwono melarang semua keturunannya untuk memakai dan mengkonsumsi candu. larangan ini dilanjutkan oleh penerusnya yaitu Pakubuwono IV yang dituangkan dalam sebuah buku Wulang Reh, yang berisi ajaran tentang perilaku. Dalam buku yang berisi tembang, dan sangat populer di kalangan orang Jawa, itu sang raja mengingatkan rakyatnya jangan sampai terjerat candu. selain di wilayah Surakarta ternayata candu juga tidak laku di tanah pasundan. di kawasan jawa bagian barat ini masyarakatnya membenci opium dan melakukan larangan secara resmi terhadap candu. bahkan pemerintah kolonial Belanda melarang kawasan priangan dan banten. namun larangan ini dicabut pada abad ke 20 ketika pemerintah kolonial Belanda mencabut peraturan sebelumnya dan memberlakukan opiumregie opium dapat masuk ke priangan dan banten namun tetap secara terbatas untuk kalangan tertentu.


Spoiler for Oei Tiong Ham:



bandar candu yang terahir adalah seorang yang terkenal yaitu Oie Tiong Ham yang terkenal juga sebagai raja gula dari Semarang. selain berdagang gula dan juga memiliki beberapa maskapai pelayaran ternyata Oie Tiong ham juga ikut bermain dalam perdagangan candu di Nuantara. walaupun datang pada masa ahir peredaran candu di Nusantara, namun keuntungan dari candu yang dihasilkan oleh Oie Tiong Ham tidak kalah fantastis yaitu sebesar 18 juta gulden. itu hanyalan sebagian kecil dari keuntungannya selain dari perdagangan gula dan pelayaran yang dimilikinya. selain raja gula, ia juga di nobatkan sebagai raja candu yang wilayah penyebarannya menyebar sampai Jawa Tengah dan Jawa Timur. selain itu sebagai Raja Candu ia juga di sebut sebagai raja candu yang terahir setelah seluruh asetnya di nasionalisasi oleh pemerintah Indonesia pada 1966.


candu pernah membuai jawa dengan kenikmatan sementaranya namun akan menyisahkan luka mendalam yang sangat membekas. jawa pernah terpuruk karena candu yang merebak sampai ke tingkat desa dimana candu dianggap sebagai sebuah adat dan kebudayaan. jangan lagi candu hadir dalam masyarakat jawa maupun indonesia karena pernah kita mengalami masa terpuruk karena candu.


SUMBER :

SUMBER 1
SUMBER 2
SUMBER 3

menerima kritik dan saran dari agan semua emoticon-Salam Kenal
mohon rate dan share bila berkenan emoticon-Rate 5 Star
bata dan cendol diharapkan emoticon-Cendol Gan
Diubah oleh gurusejarah 20-07-2018 07:55
0
36.9K
202
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan