BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Kisah Leaf dan banjir yang tak terduga di Jepang

Warga setempat berhenti sejenak saat mencoba membersihkan puing di wilayah terdampak banjir di kota Mabi, Kurashiki, perfektur Okayama, Jepang, Selasa (10/7/2018).
Leaf, seekor kuda betina kecil berusia sembilan tahun, ditemukan regu penyelamat di atap sebuah rumah di area Mabicho, Kurashiki, Prefektur Okayama, Jepang, Senin (9/7/2018).

Saat regu penyelamat mencari bantuan untuk membawanya turun, Leaf mengambil inisiatif dengan loncat dari atap setinggi dua meter tersebut.

Tubuhnya terpelanting ke tanah berlumpur. Tak ada luka serius. Namun, bahasa tubuhnya kaku, seperti manusia yang sedang gelisah.

Mengutip Japan Times, regu penyelamat harus menenangkan dengan wortel dan kubis terlebih dahulu supaya bisa “berkomunikasi” dengannya.

Tak lama kemudian, Leaf bertemu dengan staf Peternakan Mabi Kakehashi, tempatnya selama ini bernaung. Staf tersebut bercerita, Leaf dan anaknya, Earth, terpaksa dilepaskan saat banjir menyerbu peternakan.

Sayangnya, hingga saat ini keberadaan Earth belum diketahui. Boleh jadi, hal itu yang menjadi pangkal kegelisahan Leaf.
ありがとうございました!本当に本当に????リーフが流されたと聞いて涙が止まらず、ずっと心配していました。リーフの息子のアースはまだ見つかっていません????アースも助けてあげてください????今はこの写真より大きいです。お願いします???? [URL="https://S E N S O RU51ZfCDrFB"]pic.twitter.com/U51ZfCDrFB[/URL]
— やま (@KgcjIt46SqPCYa9) July 9, 2018
Tak ada catatan khusus tentang berapa banyak hewan, seperti Leaf, yang berhasil selamat dari badai terhebat yang menghantam wilayah barat dan tengah Jepang sejak 1982.

Tapi kisah Leaf menjadi penawar bagi duka mendalam yang saat ini dirasakan warga Jepang akibat bencana banjir dan longsor dari badai tersebut.

Otoritas Jepang, dikutip BBC, merilis jumlah korban meninggal dunia telah mencapai 179 orang dan 70 lainnya dalam pencarian. Bencana ini pun menjadi salah satu yang mematikan sejak gempa bumi dan tsunami yang menerpa Fukushima, tujuh tahun silam.

Sekitar 270.000 rumah tangga masih belum memiliki akses air bersih. Ribuan rumah masih gelap gulita tanpa aliran listrik.

Seruan untuk mengungsi sudah meluas ke 8 juta penduduk di 23 perfektur yang masuk dalam area terdampak dan berpotensi terdampak.

Ratusan orang masih mengungsi di aula-aula sekolah yang dijadikan tempat bersinggah sementara. Cuaca berangsur berubah menjadi sedikit kering.

Okayama, tempat tinggal Leaf, Hiroshima, dan Yamaguchi tercatat sebagai tiga prefektur yang mengalami kerusakan terparah.

“Orang-orang percaya Okayama adalah tempat yang aman. Tidak ada yang menduga bencana akan terjadi di kota ini,” ucap Yusuke Fuji, kepada media Inggris itu.

Banjir bukan bencana yang baru di wilayah-wilayah itu. Namun, cepatnya air mengepung wilayah dari hujan deras yang turun selama tiga hari berturut-turut membuat warga menjadi gagap akan bahaya yang mengintai mereka.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe membatalkan perjalanan dinasnya ke Eropa dan Timur Tengah untuk fokus pada pengerahan bantuan korban dan infrastruktur yang hancur.

Rabu (11/7/2018), Abe mendatangi Kurashiki untuk melihat langsung dampak dari hujan sangat deras dan longsor yang menghantam wilayah itu.

“Pemerintah akan melakukan berbagai cara untuk menangani krisis ini,” janji Abe, dikutip dari CNN.
Dampak perubahan iklim
Satelit NASA menyebut hujan sangat deras terjadi di 13 perfektur di bagian barat dan tengah Jepang. Di area-area ini, curah hujan cenderung tak stabil, bisa tiba-tiba naik mencapai tiga inci per jamnya.

Sementara Badan Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan, hujan sangat deras dan banjir terkonsentrasi di sebelah barat daya Jepang, tepatnya di Prefektur Okayama dan sekitar Hiroshima.

Hujan sangat deras yang turun antara 28 Juni hingga 8 Juli 2018 terjadi lantaran pertemuan sisa Badai Papiroon dengan uap hangat dari Samudra Pasifik serta sebagian uap air dari musim penghujan.

WMO menambahkan, total curah hujan di banyak titik pengamatan bahkan mencapai dua hingga empat kali dari rata-rata curah hujan yang biasa terjadi setiap bulan Juli di Jepang.

Profesor emeritus bidang bencana alam di Niigata University, Takashi Okuma, percaya bahwa hujan sangat deras yang semakin sering terjadi dalam beberapa waktu belakangan kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan iklim.

“Pemerintah mulai menyadari bahwa mereka perlu mengambil langkah mitigasi lebih jauh untuk mengatasi dampak dari pemanasan global ini,” sebut Okuma dalam Reuters.

Di samping hal itu, perubahan kontur tanah di Jepang akibat penggunaan lahan untuk pemukiman juga berkontribusi pada terjadinya longsor.

Kebijakan reboisasi yang dicanangkan setelah Perang Dunia II (73 tahun lalu) dianggap tak maksimal, menyusul banyaknya penebangan kayu di hutan-hutan gunung yang kemudian diganti pepohonan dengan akar yang tak terlalu kuat untuk mengikat sumber air.
Tak berdampak ke Indonesia
Meski berada di benua yang sama, curah hujan dengan intensitas sangat tinggi yang terjadi di Jepang ini tidak akan membawa pengaruh ke Indonesia.

Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca BMKG, Agie Wandala Putra kepada Beritagar.id menjelaskan, siklon tropis yang biassanya terjadi di Indonesia disebabkan oleh tekanan udara rendah di bagian selatan, tepatnya di sekitar wilayah Australia.

Saat ini, kondisi di Indonesia cenderung bertekanan tinggi (kering), sehingga dampak siklon yang terjadi di Jepang akan menjadi nol di Indonesia.

Hal itu turut mempertimbangkan jarak antara Indonesia dan Jepang yang cukup jauh. Kondisi serupa juga akan terjadi pada Badai Maria yang saat ini menerjang sebagian wilayah daratan Tiongkok.

“Tekanan rendah di Indonesia baru akan terjadi pada bulan ber-ber (September, dan seterusnya). Jika pun saat ini terjadi hujan, itu karena fenomena gelombang tropis yang bergerak dari Samudra Hindia ke Pasifik. Khususnya di Sumatra dan Kalimantan, kalau Jawa masih kering,” sebut Agie, Kamis (12/7/2018).

Kondisi tekanan udara di sekitar Indonesia. Coklat menunjukkan tekanan udara tinggi (kering), biru tekanan udara rendah (basah).
Menurut prediksinya, musim penghujan akan mulai terjadi secara rata di Indonesia pada November hingga Desember, dengan puncaknya pada Januari dan Februari.

“Curah hujan sepertinya relatif normal. Ini dilihat dari tidak adanya dinamika yang muncul dari El Nina dan La Nino,” tukas Agie.





Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...duga-di-jepang

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Polemik khotbah Jumat beraroma radikal di masjid negara

- BCA akan akuisisi dua bank kecil

- Amerika tolak resolusi pro ASI

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
16.8K
77
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan