Hencks168Avatar border
TS
Hencks168
PDIP Sudah lebih Arif, Jokowi Bisa Pilih Airlangga Sebagai Cawapres
PDIP Sudah lebih Arif, Jokowi Bisa Pilih Airlangga Sebagai Cawapres


RMOL. Koalisi capres petahana Joko Widodo sudah semakin matang untuk bertarung. Hal ini seiring sikap bijaksana yang ditunjukkan PDI Perjuangan sebagai pengusung utama.


PDIP sudah mencoba menjadi lebih arif, presiden kan sudah dari dia, masa wakil presiden juga dia," ujar pengamat politik Ray Rangkuti saat berbincang bersamaKantor Berita Politik RMOL, Minggu (8/7).

Ray menyebut sudah seharusnya sikap arif dan bijak ditunjukkan PDIP. Pasalnya, tugas koalisi saat ini adalah memenuhi syarat 20 persen suara nasional dan menentukan cawapres.

"Cawapres Jokowi siapapun gak terlalu signifikan gitu loh, daya jualnya kan ada di Jokowi, kalau dia sudah pegang 20 persen kan sudah aman dia mau pilih siapapun," jelasnya.

Ray sedikit menyinggung soal siapa dan dari partai politik mana cawapres Jokowi akan muncul. Anggota koalisi seperti Golkar dan PKB gencar mendorong ketua umumnya untuk menjadi pendamping Jokowi.

Hanya saja, Ray mengingatkan bahwa dari segi politik memang Jokowi lebih baiknya memilih siapapun calon yang diusulkan Golkar. Di dalam koalisi, Golkar punya modal 14,75 persen suara nasional atau tertinggi setelah PDIP.

Kalaupun saat ini Golkar mendorong ketua umumnya, Airlangga Hartarto untuk mendampingi Jokowi, menurutnya hal tersebut kewajaran yang baik dengan catatan Airlangga yang selama ini membantu Jokowi sebagai Menteri Perindustrian.

"Airlangga ya tentu bisa, itu ya wajar kan memang sudah sewajarnya (kalau Airlangga dipilih," demikian Ray. [fiq]


Koalisi Demokrat-Gerindra, Low Cost High Performance


RMOL. Kemungkinan koalisi Partai Demokrat dengan Partai Gerindra dengan mengusung Prabowo Subianto-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) diibaratkan Pilgub Jawa Timur.

"Prabowo hampir sama seperti Khofifah (Cagub Jatim). Sudah dua kali berkontestasi dan dua kali juga kalah," kata anggota Dewan Pakar Jaringan Nusantara, Jansen Sitindaon, lewat surat elektronik, Sabtu (7/7).
 
Mengapa demikian? Karena, seperti Khofifah yang pernah kalah dua kali Pilgub Jawa Timur, Prabowo pun selalu berlawanan dengan calon yang didukung Ketum Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam dua kali pemilihan presiden. 

"Dua kali pilpres tidak pernah didukung dan bahkan jadi penantang SBY, dan hasilnya, dua kali Prabowo kalah. Pada kontestasi ketiga di Pilgub Jatim, Khofifah akhirnya berhasil menang dan menjadi Gubernur, karena didukung SBY. Sepertinya Prabowo juga akan bisa menjadi Presiden pada Pilpres ketiga-nya, jika SBY mendukung," urai Jansen. 

SBY seperti "puzzel" yang hilang untuk Khofifah dan Prabowo. Di luar itu, yang menjadi persoalan bagi Khofifah dan Prabowo juga sama, pada posisi wakil. Wakil yang digandeng sebelumnya tidak mampu hadir sebagai "vote getters" atau pendulang suara. Tidak punya efek kejut, segmen pemilihnya juga tidak jelas. Sehingga mentok. 

"Kalau dianalogikan, AHY punya kesamaan dengan Emil (pendamping Khofifah) di sisi ini. Basis pemilih milenial, anak muda mayoritas di Pilpres 2019 besok," tambah Jansen.

Untuk urusan logistik, menurutnya, yang dilakukan Prabowo dan Gerindra dengan melibatkan masyarakat secara langsung dalam penggalangan dana bisa dijadikan alat ukur sejauh mana antusiasme dan dukungan masyarakat kepada Prabowo sebagai capres. Sekaligus, bisa juga sebagai pembanding untuk mengukur angka dukungan terhadap Prabowo yang terlihat dari berbagai survei. 

Hal yang menarik juga adalah masyarakat akan sangat bersimpatik dengan usaha Prabowo menggalang dana. Diisukan tidak punya logistik untuk nyapres, Prabowo menunjukkan kemandiriannya. Ia bebas dari dukungan asing dan aseng.

Lanjutnya, duet Prabowo-AHY juga mampu menekan kebutuhan logistik pilpres. Mereka didukung dua partai besar yang telah melebihi syarat pencalonan sehingga tidak membutuhkan "mahar". Jaringan Partai Demokrat dan Gerindra juga sudah lengkap berdiri di seluruh pelosok Indonesia. Sehingga, biaya saksi yang biasanya menguras logistik pasti akan minimal. Jadi, Prabowo-AH hadir sebagai simbol capres dan cawapres "berdaulat", bukan boneka sokongan asing dan aseng. 

"Dua partai besar bersatu, mengusung kader terbaiknya, pastilah juga akan memunculkan semangat 'spartan' tersendiri di kader kedua partai. Inilah yang dinamakan Demokrat-Gerindra bersatu, low cost high performance," tutupnya. [ald]

Kampanyekan Gatot-Anies


Spanduk berisi dukungan kepada Gatot Nurmantyo (mantan Panglima TNI) dan Anies Bawedan (Gubernur DKI Jakarta) untuk menjadi capres dan cawapres di Pilpres 2019, terpasang di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Jalan Salemba Raya, Jakarta, Sabtu (7/7). Spanduk dukungan yang mengatasnamakan Masyarakat Madani Untuk Indonesia itu juga terpasang di sejumlah jalan utama ibu kota. Tedy Kroen/Rakyat Merdeka 


Ketua DPP PKS: Anies-Aher dan Anies-AHY Bisa Jadi The Shocking Figure


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menilai sosok Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan layak dipasangkan dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Ahmad Heryawan (Aher) sebagai pasangan capres dan cawapres di Pemilu 2019.

Bahkan, Mardani menilai, Anies juga layak dipasangkan dengan Komandan Komando Satuan Tugas Satuan Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai pasangan capres dan cawapres.

Hal itu disampaikan Mardani menanggapi nama Anies yang dicoba dipasangkan dengan Aher oleh PKS serta dipasangkan dengan AHY oleh Demokrat.

"Jadi Anies-AHY atau Anies-Aher kalau pendapat pribadi saya figur yang luar biasa. Ini bisa menjadi the shocking figure politik today karena dua-duanya muda. Dua-duanya siap membangun Indonesia dan kalau saya melihat peluang 2019 ganti presiden kian besar," kata Mardani saat dihubungi, Jumat (6/7/2018).

Baca juga: Anies Diusulkan Jadi Capres, Gerindra Bersikeras Usung Prabowo

Ia memahami saat ini Gerindra sudah bertekad untuk mengusung sang ketua umum Prabowo Subianto sebagai capres.

Namun, kata Mardani, perbedaan pendapat itu bisa diselesaikan dengan komunikasi di antara partai-partai yang mengusulkan nama-nama tadi.

"Nah gimana itu terwujud? Komunikasi politik. Makanya kami dorong untuk terjadi dan tak usah ragu membahas bukan cuma capres-cawapresnya, kalau dari awal proposal saya pengumuman capres-cawapres diikuti pengumuman 10 kementerian utama," kata Mardani lagi.

Kompas TVSandiaga Uno menyebut nama Anies Baswedan mendapat dukungan dari kader Gerindra dan mitra koalisi lain.


Sumber:

http://politik.rmol.co/read/2018/07/...agai-Cawapres-


http://politik.rmol.co/read/2018/07/...h-Performance-


https://nasional.kompas.com/read/201...hocking-figure

Semakin kelihatan Arah koalisi don kowi n koalisinya..
Serta oposisi yang masi sibuk otak Atik pasangan ...
Akankah anies n gatot bisa muncul jadi calon di pilpres nanti?

Sambil menunggu hasil keputusan MK mengenai gugatan PT 20%..
Semoga dikabulkan n bisa muncul minimal 3 pasang calon 2019 nanti..

Insting mengatakan don kowi bakal mengajak airlangga hartarto menjadi cawapresnya...

Wowo Masi sibuk lobi2 dengan bemokarat..

N anies lagi menunggu takdir...


Yo tak...
Bully Nganies lagi..
Kalo jadi maju pilpres nanti...
emoticon-Ngakakemoticon-Ngakak
0
2.2K
40
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan