Jk.karjaAvatar border
TS
Jk.karja
Dampak Konflik Senjata Terhadap Perekonomian Pegunungan Tengah Papua

Sudah tak asing lagi di telinga kita, berita di media tentang harga-harga kebutuhan pokok yang harganya selangit di tanah papua. Beras per kg nya saja harganya Rp.50.000,- minyak sayur 5 liter harganya bisa mencapai Rp.250.000,- bahkan bensin yang biasa dijual di jawa seharga Rp.7500,- per liternya, maka lain lagi di tanah papua khususnya pegunungan tengah kabupaten Puncak bisa mencapai Rp.80.000,-. Akses menjadi penyebab utama timpangnya harga yang begitu jauh. Wilayah kabupaten Puncak yang berbukit-bukit, tidak memungkinkan membawa barang kebutuhan pokok melaui darat dan laut. Melainkan hanya melalui udara saja.
Berdasarkan pernyataan dari salah seorang pedagang toko kelontong di distrik Sinak, memang harga jual barang akan jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga beli barang yang hanya bisa didapatnya di kota Timika atau Nabire saja. Selain mempertimbangkan ongkos sewa angkut barang menuju persinggahan di kota Timika, biaya kos, dan ongkos angkut menuju bandara, ongkos carter pesawat juga menjadi penyebab utama para pedagang harus menaikan harga jual berkali-kali lipat dari harga belinya. Sekali sewa pesawat jenis karavan dengan membawa barang 1,9 ton para pedagang dikenakan tarif Rp.30.000.000,- . belum termasuk biaya tambahan jika membawa bahan bakar sejenis solar dan bensin.
Pendapatan sekali hari pasar, para pedagang bisa meraup untung lumayan banyak. Mereka biasanya akan menginvestasikan hasil usahanya di kampung halamannya. Berupa mobil, motor, rumah, tanah bahkan membuka toko baru yang dikelola oleh kerabatnya di kampung. Pendapatannya akan melonjak drastis ketika acara- acara masyarakat mulai berentetan diadakan. Mulai dari acara gerbang pintu Natal, perayaan Natal, Tahun baru, perayaan injil masuk Papua sampai acara duka menjadi berkah tersendiri bagi para pedagang.
Distrik sinak yang masih rawan konflik senjata, juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para pedagang yang notabene berasal dari luar Papua. 99 %nya berasal dari pulau Sulawesi. Seperti yang terjadi pada tanggal 12 februari 2018 kemarin. Tanpa ada pertanda, telah terjadi penembakan dan perampasan senjata seorang kopasus yang tengah berbelanja di pasar tradisional distrik Sinak. Rentetan senjata balasanpun semakin menjadi. Masayarakat lari tunggang langgang, begitu pula toko-toko lekas menutup pintu rapat-rapat. Satu kejadian itu berdampak pada perekonomian masyarakat di distrik sinak. Selama satu minggu penuh para pedagang dilarang membuka tokonya, demikian pula mama-mama pedagang sayurpun tidak berani berjualan. Tentu melihat kejadian tersebut, omset penjualan yang tadinya begitu tinggi bisa dikatakan menjadi Rp.0,- saja.
Upaya pemerintah untuk menstabilkan perekonomian di seluruh tanah Papua sepertinya akan terus mendapatkan hambatan selama konflik senjata ini berlangsung. Jokowi dengan program nawacitanya, sedikit demi sedikit berupaya menembus ketertinggalan wilayah pegunungan di tanah Papua melalui pembukaan jalan transpapua nampaknya tidak selamanya akan berjalan mulus. Kejadian penyandraan dan pembantaian di tahun 2016 yang menewaskan tiga orang pegawai proyek yang menangani jalan transpapua di wilayah distrik Sinak. Mengharuskan pembangunanpun dihentikan sementara hingga dilanjut tahun 2017 oleh personil TNI.
Dampak keamanan akan terus menjadi isu yang pelik dan sangat berpengaruh bagi stabilitas perekonomian di tanah Papua khususnya pegunungan tengah selama konflik antara masyarakat dan pihak keamanan masih berlangsung. Semoga dengan usaha pemerintah memberian perhatian lebih kepada masyarakat Papua akan berdampak baik bagi keamanan di sana sehingga stabiltas ekonomi di tanah Papua semakin menguat.
Diubah oleh Jk.karja 24-06-2018 04:15
0
1K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan