Quote:
TEMPO.CO,
Jakarta- Sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga peneliti Belanda menyimpulkan, lebih dari 40 persen pengungsi Suriah yang tinggal di Belanda menderita sakit mental meskipun perang telah berakhir dua tahun.
Netherlands Institute for Social Research (SCP) bersama dengan beberapa lembaga lainnya menerbitkan sebuah laporan tentang kondisi mental, sosial dan pendikan pengungsi Suriah di Belanda serta negara Eropa lainnya.
Sejumlah anak perempuan pengungsi Suriah mengangkat tangannya saat akan menjawab pertanyaan ketika mengikuti pelajaan di sekolah khusus pengungsi yang dibangun Kayany Foundation di Bar Elias, Bekaa valley, Lebanon, 19 Oktober 2017. REUTERS/Aziz Taher
"Hasil studi menunjukkan lebih dari 40 persen pengungsi Suriah mengalami gangguan mental misalnya gelisah atau depresi," bunyi hasil penelitian seperti dikutip
Middle East Monitor.
Penelitian itu dilakukan terhadap pengungsi Suriah yang mendapatkan jaminan izin menetap di Beladan antara Januari 2014 dan Juli 2016. "Jumlah total warga Suriah yang mendapatkan jaminan izin tinggal di Balanda mencapai 44 ribu."
Pengungsi Suriah melintasi kawat berduri di perbatasan Hongaria dan Serbia dekat Roszke, 27 Agustus 2015. Daerah ini menjadi perlintasan ribuan pencari suaka yang ingin memasuki wilayah Eropa. REUTERS/Bernardett Szabo
Menurut SCP masalah penurunan mental itu mereka alami selama melakukan perjalanan dari Suriah menuju Eropa. "Penderitaan itu menyebabkan mereka trauma."
Suriah dilanda perang saudara sejak 2011 setelah kelompok oposisi dan pemberontak angkat senjata melawan Presiden Bashar al Assad. Akibat perang tersebut, sedikitnya satu juta warga Suriah meninggalkan negaranya. Mereka menuju ke Eropa dan negara Timur Tengah lainnya.
SUMUR