ryan.manullang
TS
ryan.manullang
Koeli Kontrak Orang Garoet di Suriname (1894-1939)
Suriname adalah tanah jajahan Belanda di benua Amerika. Untuk mengolah perkebunan-perkebunan yang dibuka di sana, Belanda mendatangkan pekerja dari luar Suriname. Karena sistem perbudakan sudah dilarang, mereka menerapkan sistem koeli kontrak. Kebanyakan didatangkan dari India, China, dan Jawa. Majalah Historia versi online pernah menurunkan artikel, “Asa Jawa-Suriname Buyar di Negeri Asal”. Dikatakan, gelombang pertama imigran dari Jawa datang pada 1890. Mereka, berjumlah seratus orang Jawa, ditempatkan di Marienburg, perkebunan tebu terbesar di Suriname.

Periode 1890-1916, rata-rata orang Jawa datang ke Suriname berjumlah 700 orang per tahun. Jumlahnya berlipat pada 1916 setelah pekerja kontrak India tak lagi dipakai.
Quote:

Pekerja kontrak dari Jawa meneken kontrak kerja selama lima tahun. Gajinya 60 sen untuk pekerja pria dan 40 sen untuk pekerja perempuan. Setelah kontrak selesai, mereka diizinkan pulang ke Jawa. Jika ingin menetap, mereka diberi uang 100 gulden dan sepetak tanah.

*

Dan ternyata terdapat pula orang-orang Garoet yang menjadi pekerja kontrak di Suriname. Berdasarkan data dari Nationaal Archief Belanda, terdapat 189 orang asli Garoet yang pernah diberangkatkan ke Suriname. Mereka terdiri dari 135 orang laki-laki dan 54 orang perempuan.

Berdasarkan data Nationaal Archief itu, dapat diketahui identitas pekerja yang direkrut (nama dan nama orangtua), negara kelahiran, jenis kelamin, usia saat direkrut, tinggi badan, ciri khusus di tubuh, agama, pelabuhan pemberangkatan, tanggal berangkat kapal, nama kapal pengangkut, jenis kapal pengangkut, nomer pokok, tempat kedatangan, agen yang merekrut, bekerja untuk siapa, kode kontrak, tanggal mulai kontrak, tanggal akhir kontrak, daerah asal (desa, distrik, afdeling, wilayah, negara), perkebunan penempatan, tanggal kematian (kalau meninggal) atau tanggal kembali (kalau kembali) atau tanggal perpanjangan kontrak, nama kapal pengangkut (jika kembali), dan catatan lain-lain.
Quote:

Tapi hal yang agak membuat nafas sedikit tercekat adalah data itu menyediakan juga foto diri sebagian dari mereka: wajah-wajah yang familiar dengan keseharian di lembur urang …
Quote:


**

Tercatat, orang Garoet yang pertama diberangkatkan ke Suriname adalah seorang lelaki, muslim, bernama Artasin bin Ardjiman. Hanya saja, tak ada data desa asal kang Artasin ini. Ia berangkat pada tanggal 1 April 1894 dengan kapal SS Voorwaarts dari Batavia. Pada saat berangkat, usia Artasin adalah 28 tahun. Pria bertinggi badan 149 cm ini disebutkan punya tanda khas, yaitu ada bekas luka pada jempol kanannya, duka kunaon. Ia punya nomor pokok: 508.

Artasin direkrut sebagai koeli kontrak oleh H.I. van Schouten, dan disebutkan bekerja untuk kepentingan koloniaal gouvernement dengan penempatan di perkebunan “Vriendbeleid en Ouderzorg”. Kode kontraknya W365, dengan kontrak mulai tanggal 16-6-1894 dan berakhir tanggal 16-6-1899. Selesai kontrak habis, Artasin memilih pulang, tapi tanggal kepulangannya tercatat pada 30-5-1912. Tidak ada keterangan aktivitas yang ia lakukan selama 13 tahun sampai tanggal kepulangannya itu. Sayang, tidak tersedia foto Artasin pada arsipnya.

Setelah Artasin, gelombang kedua orang Garoet ke Suriname berangkat pada tanggal 29 April 1894. Kali ini, ada enam orang yang berangkat. Mulai tahun 1922, orang Garoet yang berangkat ke Suriname melonjak, juga di tahun-tahun berikutnya sampai tahun 1929. Sejak tahun 1929 ini tak tercatat lagi ada pengiriman orang Garoet selama 10 tahun, dan pengiriman pekerja kontrak asal Garoet ini kembali ada pada tahun 1939, yang sekaligus menjadi tahun terakhir.

Sementara itu, nama-nama perkebunan di Suriname tempat orang Garoet pernah dipekerjakan adalah: Marienburg & Zoelen (sebanyak 47 orang), Waterloo en Hazard (36), Rust en Werk (17), Alliance (14), Slootwijk (10), Zoelen (Ben. Commewijne) (6), Dordrecht (5), Geyersvlijt (Ben. Sur.) (5), Ma Retraite (Ben. Suriname) (5), Alliance (Cottica) (4), Peperpot (4), Belwaarde (3), Nieuw Grond (Ben. Commewijne) (3), Berlijn (Ben. Cottica) (2), Killenstein (Ben. Comm.) (2), Peperpot (Ben. Sur) (2), de Vrede (2), Vriendbeleid en Ouderzorg (2), Catharina Sophia (1), Clevia (1), de Guineesche Vriendschap (1), Jagtlust (1), Johannesburg (Ben Comm.) (1), Katwijk (Ben. Commewijne) (1), Ma Retraite (1), Maasstroom (1), Marienbosch (1), Petersburg (Bov. Suriname) (1), Sorgvliet, Leliendaal en Visserszorg (1), Susannasdaal (Ben. Sur.) (1), Vertrouwen, Ben. Comm. (1), Waterloo, Nursery en Hazard (1), Wederzorg (Ben. Commewijne) (1), dan onbekend (tidak diketahui) (1).

Pada data yang berjudul “Arbeid op Contract: Javaanse immigranten in Suriname” ini, Nationaal Archief menyediakan data detail masing-masing personal pekerja kontrak, seperti data milik Odangbrata diatas. Namun, hanya bisa sajikan tabel pekerja kontrak asal Garoet yang pernah dikirim ke Suriname berdasarkan desa/kampung asal saja.
Quote:

Catatan: tanda tanya ditambahkan untuk penyebutan nama desa/kampung yang tidak jelas.

***

Kembali mengutip majalah Historia, kehidupan kuli kontrak mengenaskan. Pemerintah tak menyediakan sarana pendidikan. Pemerintah khawatir, jika mereka menjadi pandai, mereka keluar dari perkebunan dan bekerja di kota.
Quote:

Johannes Coenraad Kielstra, mantan wakil jaksa di Hindia Belanda yang jadi gubernur Suriname (1933-1944), membuat kebijakan baru terhadap pekerja kontrak. Dia ingin membuat Suriname menjadi lebih berasa Asia. Imigran yang datang tidak ditempatkan langsung di perkebunan, melainkan disiapkan desa-desa khusus. Di desa ini, para imigran, termasuk dari Jawa, berhak membuat aturan sipil sendiri dan mengembangkan budaya asli mereka.

Hingga jelang Perang Dunia II, jumlah imigran dari.Jawa mencapai 30 ribu orang. Tercatat 7.684 orang kembali ke Jawa ketika perang berakhir.

Setelah Indonesia merdeka, orang-orang asal Jawa di Suriname punya keinginan kembali ke tanah asal. Terlebih sejak pengakuan kedaulatan dari Belanda. Pada tahun 1953, pemerintah RI menyetujui keinginan mereka dengan syarat tidak tinggal di Jawa yang sudah padat. Mereka ditempatkan di Sumatera.

Namun, apa yang terjadi… Mereka menghadapi kesulitan keuangan. Tanah juga sulit diolah. Beberapa dari mereka akhirnya memilih kembali ke “tanah pengasingan”. Orang Jawa di Suriname pun memutuskan tidak pulang ke Indonesia dan memilih menjadi warga negara Belanda.

****

Ada data yang masih menyisakan tanda tanya, yaitu data kepulangan orang Garoet dari Suriname. Dari jumlah 189 orang Garoet yang berangkat ke Suriname itu, tercatat ada sejumlah 73 orang yang kembali, sementara ada 15 orang yang tidak kembali, mungkin karena meninggal dunia atau memang memilih tinggal di Suriname. Tetapi, ada sebanyak 101 orang yang tidak diketahui apakah kembali atau tidak. Butuh penelusuran lebih lanjut untuk memastikannya.

Keberadaan orang Garoet di Suriname memang jumlahnya sedikit dan karenanya tidak sedominan pengaruhnya dibanding dengan saudara-saudaranya yang berasal dari Jawa sebelah wetan. Walau demikian adanya, mudah-mudahan keturunan asli Garoet yang menetap di Suriname mendapatkan penghidupan yang layak, jeung teu poho we ka Garoet.


--------


sumber
pranala
Diubah oleh ryan.manullang 22-05-2018 12:45
0
26.4K
218
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan