mongkiefunAvatar border
TS
mongkiefun
Megan Phelps-Roper, Berani Meninggalkan Ajaran dan Keluarganya yang Penuh Kebencian



Westboro Baptist Churchmerupakan sebuah gereja yang dibangun oleh keluarga Phelps-Roper. Dibangun tahun 1965 oleh Fred Phelps. Jemaatnya hanyalah berasal dari keluarga besar sendiri dan beberapa dari orang luar. Komunitas kecil ini berhasil mendapatkan perhatian internasional bukan karena prestasi yang positif, namun karena hate speech. Mereka selalu melakukan aksi protes dan berteriak – teriak dengan memegang papan besar. Bertuliskan pesan – pesan yang penuh kebencian. Aksi ini sangat tidak simpatik karena mereka selalu menargetkan pemakaman dari para tentara dan artis, serta berbagai peristiwa tragedi.

Namun, beberapa dari anggotanya ada yang mulai tumbuh keraguan dalam hatinya. Salah satunya adalah anak perempuannya, Megan Phelps-Roper. Megan menceritakan bagaimana hidupnya di dalam keluarganya serta bagaimana teman – teman di sosial media menyelamatkan hidupnya dari kebencian. Berikut adalah kisah Megan Phelps-Roper




Megan Phelps-Roper
Meninggalkan Ajaran dan Keluargaku yang Penuh Kebencian




Ingatan pertama Megan, dia hanyalah seorang anak tujuh tahun bermata biru dengan pipi tembem. Ibunya menyuruh meninggalkan boneka kecilnya di mobil dan mengajak berdiri bersama semua keluarga di jalan memegang sebuah papan besar yang dia sendiri saat itu tidak tahu artinya, ”Gay harus dibunuh”. Itulah awal dari semuanya. Wajah Megan menjadi anggota tetap dalam foto dan video kegiatan protes Westboro.


Megan ketika kecil bersama saudaranya


Kehidupan di rumah keluarga Phelps-Roper layaknya sebuah perang suci. Anak - anaknya didikte dikotomi bahwa hidup ini adalah peperangan antara Tuhan dan setan, baik dan jahat. Yang baik tentu saja anggota dari komunitas mereka, dan yang menjadi setan adalah semua orang di luar sana.


“Ketahuilah perbedaan antara mereka yang bernoda dan suci.”


Dari pertandingan baseball, pemakaman militer, serangan teroris, kejadian penembakan. Keluarga mereka lengkap dengan anak - anak kecil berdiri di dekat area acara dan tanpa malu memegang papan besar yang bertuliskan kalian semua akan masuk neraka.



Inilah fokus hidup komunitas Westboro.
Inilah satu – satunya cara agar mereka bisa menyelamatkan dunia ini dari pangkuan sang iblis.




Tahun 2009, dengan semangat Megan membuka akun Twitternya. Di Twitter cemooh dan hinaannya tidak kalah banyak. Dan mungkin karena Megan ini sudah muka tembok, kebal dengan hinaan di jalan, dia membalas santai orang - orang di Twitter. Malah Megan yang berhasil membuat mereka TERPELATUKemoticon-Mad (S) Namun melalui Twitter inilah dia bisa diselamatkan teman-temannya.



Dan beberapa diskusi di Twitter beberapa bisa berlanjut dengan kopdar di dunia nyata. Beberapa orang yang berdebat dengannya di twitter, menemui Megan saat dia melakukan protes di kota mereka. David founder blog Jewlicious adalah salah seorang dari mereka. Setelah berbulan – bulan berdebat online. David menemui Megan saat protes di New Orleans. Mereka malah bertukar hadiah di tengah demo itu. David membawakan sebuah kue khas Timur Tengah dari Jerusalem, dan Megan membawakan sebuah kue coklat sambil memegang papan bertuliskan “God hate Jews” emoticon-Big Grin


Bahkan ada kejadian, di mana keluarga Megan protes di dekat festival makanan Timur Tengah. Banyak pengunjung mulai terpancing dan marah akan keluarganya yang mengganggu festival. Saat suasana semakin kacau dan keluarga mereka hampir diserang oleh pengunjung, David datang dan membantu menyelematkan keluarga mereka untuk keluar dari kemarahan para pengunjung.

Tapi kejadian itulah yang benar - benar memberikan dampak besar bagi Megan,
batas antara teman dan musuh mulai menjadi tidak jelas.
Sebuah benih keraguan mulai muncul dalam hatinya.

Setelah kejadian itu, debat di Twitter masih berlanjut. Teman – teman Twitter bahkan merelakan waktunya untuk membaca dan membahami doktrin Westboro, dan dengan melakukan hal itu mereka bisa menemukan beberapa inkonsistensi dalam ajarannya.

Bagaimana bisa kita menyuruh orang – orang gay untuk dibunuh, sedangkan sebuah ayat mengatakan, ”Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melempar batu”? Bagaimana bisa kita mencintai tetangga kita ketika kita berdoa meminta menghancurkan mereka?

Perhatian dari orang yang tidak dikenal membuatnya keheranan. Megan semakin merasa bahwa mereka bukanlah orang – orang jahat seperti yang didikte dan diajarkan oleh para senior dan tetua keluarganya.

Coba bayangkan pergolakan batin Megan saat itu. Dia yang selama 20 tahun selalu percaya dan menuruti semua kata - kata keluarganya. Bahwa semua orang di luar adalah setan jahat, iblis. Tapi begitu bertemu malah mereka sangat baik dan melihat dirinya sebagai manusia bahkan teman baik. Dan dia harus memilih tetap tinggal bersama keluarganya dan membohongi diri sendiri atau memilih hidup tanpa kebencian lagi tapi diusir dari rumahnya.




Megan dan Grace

Tahun 2012, Megan sudah tidak tahan dan memutuskan pergi dari rumah bersama adiknya. Di tengah ketakutan dan kesedihan, tidak ada rumah, tidak punya pekerjaan, teman dan keluarga, serta semua orang tahu wajahnya sebagai anak dan ibu yang teriak - teriak dengan penuh kebencian, membuat Megan ingin bersembunyi. Bahkan satu hari setelah pergi, dia kembali ke rumah. menangis membunyikan bel berkali - kali, tapi keluarganya tidak membuka pintu. Keluarganya sudah tidak mau mengakui dia sebagai anaknya emoticon-FrownTapi di tengah kegelapan ternyata masih ada cahaya. Orang - orang yang masih mau memaafkan dan menerimanya.


Megan bersama David

Beberapa bulan setelah meninggalkan keluarganya, David kembali menghubunginya. Dia menawarkan Megan untuk tinggal di sebuah komunitas Yahudi di Los Angeles. David mengatakan seorang Rabbi telah mengizinkan dia dan adiknya untuk tinggal bersama keluarganya. Rabbi itu adalah rabbi yang empat tahun lalu dengan bangga dia hina dengan papan bertuliskan “Rabbimu adalah pramuria”


Apakah rabbi tersebut marah dan ingin membalas dendam?

Tidak.


Rabbi dengan istrinya dan keempat anaknya begitu baik menerimanya di rumah mereka. Mereka menghabiskan berjam – jam saling berdiskusi tentang teologi dan filosofi kehidupan sambil mencuci piring dan memotong sayur untuk makan malam. Sama sekali tidak ada kebencian atau dendam, mereka menerima Megan layaknya keluarga mereka sendiri.



Amerika tidak kalah kacau dengan Indonesia saat ini. Semuanya berubah sejak pilpres juga, masyarakat terbelah dua. Donald Trump yang kampanye begitu terkenal blak - blakan menyuarakan semua ras dan agama muslim dideportasi dari negaranya akhirnya terpilih menjadi presiden. Banyak pendukungnya yang anarkis, dari komunitas Neo Nazi dan KKK merasa di atas angin, menyuarakan dan mempertontonkan tindakan rasis tanpa malu. dari oposisi muncul organisasi ANTIFA, yang tidak kalah keras dan sering melakukan kekerasan juga tanpa ragu.


Pawai obor Neo Nazi


Kejadian paling parah adalah di Charlottesville, kumpulan Neo Nazi berkumpul dan berbaris dengan membawa obor memberikan sebuah pemandangan penuh teror, hingga seseorang dari mereka berani menabrakkan mobil terhadap kerumunan orang yang sedang protes menyebabkan satu orang tewas.


Seorang Neo Nazi menabrakkan mobil ke rombongan demonstran


Inilah yang menjadi pikiran Megan sekarang. Negaranya yang dulu hidup tenang dan damai, toleran. Negara yang menjunjung tinggi kebebasan setiap warganya, menjadi sebuah negara yang penuh kebencian dan penuh prasangka satu sama lain. Semua opini publik di berbagai media seperti menjadi bensin untuk membakar kebencian dan prasangka buruk di masyarakat. Masyarakat yang tidak bisa menahan diri selalu ikut  menyerang mereka yang dianggap musuh. Megan bisa melihat pola yang sama dengan yang terjadi di keluarganya.

Membagi masyarakat menjadi kawan dan lawan, ‘Kita dan Mereka’, (cebong dan onta)emoticon-ShutupSaling melemparkan bom hinaan satu sama lain. Sama sekali tidak berempati dan beradab. Bahkan ketika salah satu pihak meminta pengertian dan empati dari pihak lain. Diskusi akan berakhir menjadi debat tanpa ujung berebut siapa yang lebih berhak mendapatkan empati.

Tidak mau menerima kekurangan yang ada di pihak kita dan kebaikan yang ada di pihak lawan. Bahkan kita akan menyerang teman kita yang berani meragukan dan mengkritisi kelompok kita. Jalan inilah membuat Megan merasa akan membawa masyarakat kepada kebencian, saling menyalahkan, polarisasi yang semakin lebar, serta aksi kekerasan yang mewabah seperti penyakit. Jalan itu yang sudah dirasakan saat hidup bersama dengan keluarganya dan tidak akan membawa masyarakat ke keadaan yang lebih baik.



Tapi di tengah kekacauan masih ada harapan, Megan memberitahu bahwa ada sebuah solusi bagi masalah ini. Cara ini sangat simple, tapi sayangnya sangat sulit dan membutuhkan kesabaran.  Kita harus mau berbicara dan mendengar musuh kita. Cara inilah yang membuat dirinya yang dulu berdiri di jalan berteriak penuh kebencian menjadi seorang advokat perdamaian. Cara ini yang digunakan oleh musuh di Twitternya, yang sekarang menjadi sahabatnya. Serta seorang pria yang selalu berdebat dengannya di Twitter dan sekarang menjadi suaminya.


1. Jangan ada pikiran negatif di awal.
Bertemu dengan musuh kita di sosial media pasti akan menghabiskan banyak energi. Kita pasti langsung berpikiran 'yang waras ngalah saja'. Maka dari sekarang kita harus belajar untuk menghilangkan pikiran itu dari awal, kita harus melihat mereka sebagai manusia. Kita tidak tahu bagaimana hidupnya hingga dia bisa menjadi orang yang begitu keras kepala dan berjuang demi ideologinya. Tinggalkan semua pikiran negatif itu dan lihatlah dia sebagai manusia.

2. Berikan pertanyaan.
Sebuah pertanyaan dapat membantu kita di mana ketidakcocokan ideologi kita dan mereka. Kita harus mengerti bagaimana cara berpikir mereka agar bisa memberikan argumen yang efektif. Pertanyaan dari teman - teman Megan di Twitter juga memberikan sebuah pencapaian. Dengan pertanyaan, Megan merasa bahwa dirinya didengarkan dan dia juga otomatis memberikan pertanyaan kepada teman debatnya saat itu. Saling bertanya mengubah komunikasi mereka lebih baik baik daripada saling hina dan cemooh yang tidak bermanfaat

3. Tetap tenang.
Berdiskusi dengan musuh kita di sosial media kadang akan terjadi saling ngotot mempertahankan argumen masing - masing. Berlatihlah tetap tenang, jangan menggunakan hinaan kepada musuh kita. Ketika suaminya masih seorang yang tidak dia kenal Twitter, diskusi mereka berdua kadang menjadi berat dan deadlock, tapi suaminya saat itu tidak mau memperparah. Dia dengan tenang ganti subjeknya, mengajak bercanda, atau dengan sopan meminta untuk melanjutkannya lain kali. Inilah kelebihan dari debat di sosial media, ada waktu istirahat dan tidak memperparah keadaan apabila diskusi masih tidak terjadi titik temu

4. Buat argumen.
Ketika berdebat kita selalu berpikir bahwa ideologi kitalah yang paling benar dan sudah tidak perlu dipertanyakan atau diragukan lagi. Tapi jika kedua belah pihak berpikir begitu, maka sama sekali tidak akan ada titik temu. Kita semua memiliki pengalaman hidup yang berbeda - beda hingga kita bisa memiliki kepercayaan dan ideologi tersebut. Maka salah satu dari pihak harus merelakan waktu dan energinya, untuk mengerti dan melepaskan ego. Kita tidak bisa berharap musuh kita mengubah ideologinya begitu saja, kitalah yang harus berjuang.

Teman - temannya di Twitter rela membaca doktrin Westboro, mereka bertanya dengan sopan dan kadang sambil bercanda. Mereka mendekati dirinya sebagai seorang manusia. Dan pendekatan itulah yang lebih membuahkan hasil daripada dua puluh tahun penuh dengan teriakan dan hinaan. Kita mungkin tidak punya waktu atau merasa percuma, tapi pendekatan ini akan tersedia. tinggal kita mau memilihnya atau tidak.

Di bawah thread ini ada contoh pengalaman nyata yang menggunakan pendekatan ini
emoticon-Requestemoticon-Request




Keluarga Phelps-Roper


Ingatan terakhir Megan sebelum pergi dari meninggalkan keluarganya, ketika itu ibunya mengatakan sesuatu. Saat itu dia sangat berharap supaya tetap bisa tinggal dengan keluarga. Merekalah orang – orang yang telah membesarkannya dan apapun yang terjadi merekalah satu - satunya keluarga yang dia cintai. Saat itu Ibunya berkata, ”Kamu hanyalah seorang manusia, anakku sayang.” Dia meminta untuk rendah hati, tidak perlu ragu tapi tetap percaya kepada Tuhan dan para senior dan tetua. Tapi menurutnya, ibunya yang tidak bisa melihat kebenaran, bahwa kita semua adalah sama – sama manusia. Yang harus bisa melihat diri kita dalam orang lain dengan memperlakukan mereka dengan penuh kemurahan hati dan kasih sayang.

Siapapun diri kita, kitalah yang berkontribusi terhadap komunitas dan budaya yang akan kita bangun. Akhir dari lingkaran setan penuh kebencian dan saling menyalahkan akan terjadi ketika satu orang memutuskan melepaskan ego, prasangka, dan kebencian dalam dirinya. Dan itu semua harus dimulai dari diri kita sendiri.


Cerita Bonus ada di post #2 gan
silahkan dibaca

emoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Gan emoticon-Cendol Gan


REFERENSI

Diubah oleh mongkiefun 23-05-2018 08:26
anasabilaAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan anasabila memberi reputasi
2
18.5K
142
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan