Tidak hanya orang tua, anak-anak juga rutin secara bergantian bertadarus melafalkan ayat-ayat suci Alquran ini. Tadarus dimulai para santri taman pendididikan Alquran. Setelah salat tarawih, biasanya mereka tidak langsung pulang. Secara bergantian anak-anak TPA ini membaca Alquran. Kemudian anak-anak lain dengan tekun menyimak.

Sedangkan jemaah bapak-bapak yang berkumpul di pojok masjid akan mengevaluasi dan merencanakan kegiatan Ramadan dan syiar Islam di Masjid. Mereka berdiskusi, ngobrol dan sambil makan takjil yang tidak habis saat buka puasa tiba.

Sambil menghitung kotak amal, sumbangan para jemaah pada malam itu. Sementara jemaah ibu-ibu menyiapkan makanan untuk jemaah yang masih berada di masjid. Nah, setelah anak-anak TPA, tadarus dilanjutkan remaja masjid putra yang biasanya bermalam di masjid. Semalaman secara bergantian mereka bertadarus hingga menjelang sahur. Saat waktu makan sahur tiba, mereka membangunkan umat Islam di lingkungan Masjid.



Setelah itu, secara bergantian mereka pun makan sahur. Setelah makan sahur, remaja masjid ini kembali ke masjid untuk melakukan salat subuh. Usai salat subuh, tadarus dilanjutkan anak-anak TPA putri hingga terbit matahari. Setelah pagi tiba, mereka pulang ke rumah untuk pergi ke sekolah atau melakukan kegiatan rutin lainnya. Luar biasa bukan? Itulah kebiasaan masyarakat Islam di sekitar rumahku.

Itu yang di masjid, tidak sedikit juga yang mereka memiliki agenda tilawah pribadi di rumah masing-masing dengan target mampu khatam banyak kali di bulan ramadan. Pada bulan Ramadan, jemaah Masjid selalu terjaga dengan bertilawah Alquran. Setiap tanggal 17 Ramadan mereka mengadakan peringatan Nuzulul Quran sambil khataman Alquran. Mereka juga berlomba-lomba untuk meraih malam lailatul kodar.