wiraprasta333Avatar border
TS
wiraprasta333
Indonesia Ekspor Islam Moderat ke Seluruh Penjuru Dunia
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia diakui sejumlah ulama dan cendekiawan Muslim dunia memiliki kearifan dalam penerapan nilai Islam sejak lama, yaitu Islam wasathiyah (moderat atau penengah) yang memiliki ciri damai dan toleran terhadap keragaman. Tumbuhnya Islam moderat di Indonesia tidak terlepas dari budaya tepo seliro atau tenggang rasa masyarakat nusantara.

Budaya toleransi itu secara berangsur kimpoi-mawin dengan sejumlah agama, salah satunya Islam yang juga memiliki kesamaan dalam kemoderatannya. Mantan rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra mengatakan bahwa Islam lewat Nabi Muhammad SAW mengajarkan mengenai sebaik-baik perkara itu di tengah, dalam hal ini moderat.

Untuk itu, kata dia, seharusnya umat Islam mengambil jalan tengah dalam mempraktikkan Islam, yaitu tidak terlalu ekstrem dan tidak terlalu liberal. Dalam hal itu, Azra mengatakan bahwa orang Indonesia sebelum Islam datang sudah memiliki budaya yang baik terkait dengan toleransi.

"Begitu Islam datang, terdapat titik temu yang sama, yaitu tentang toleransi beragama sehingga karakter Islam di nusantara dapat tumbuh secara moderat," ujarnya baru-baru ini.

Azra mengambil contoh masyarakat nusantara sudah sejak lama cenderung mengutamakan musyawarah mufakat dan tenggang rasa. Dengan begitu, Islam yang tumbuh di Indonesia memiliki kekhasan yang berbeda dengan karakter Islam di beberapa negara lain, seperti di Timur Tengah.

"Ada budaya yang bertemu maka Islam di Indonesia bisa mengakomodasi budaya lokal. Setelah ada Islamisasi, budaya lokal tidak serta-merta ditolak. Misalnya, adanya pesantren dan surau yang merupakan peninggalan pra-Islam di nusantara tetap ada sampai sekarang sebagai bagian dari Islam di Indonesia," katanya.

Menurut Azra, ada kearifan lokal nusantara yang bertemu dengan Islam dan terjadi harmoni. Hal itu berujung pada terbentuknya Islam moderat khas Indonesia.

Ia mengatakan bahwa saat unsur-unsur masyarakat nusantara masa lalu hingga kini mengalami perbedaan pendapat cenderung diselesaikan dengan musyawarah, bukan dengan saling meniadakan.

Hal sebaliknya, kata dia, tidak terjadi di banyak kelompok di Timur Tengah. Terdapat istilah yang bisa disematkan untuk sebagian kalangan masyarakat di Teluk itu, yaitu zero sum game.

Zero sum game merupakan istilah yang merujuk pada permainan antara pihak kita atau musuh yang menang. Hanya ada pemenang dan kalah. Bagi pihak yang kalah, menyerahkan segalanya untuk pemenang dan pemenang mengambil semuanya.

Dalam pandangan Azra, zero sum game itu kini banyak terlihat di negara-negara Islam dan mayoritas Islam di Timur Tengah. Salah satu penandanya adalah proses demokratisasi yang tidak kunjung terwujud di kawasan itu.

"Ada zero sum game, dia atau saya. Islam di sana sulit untuk dialog. Siapa yang berkuasa itu habisi yang kalah, oposisi misalnya. Beda dengan Indonesia yang memiliki budaya damai dalam Islam wasathiyah ini," kata Ketua Steering Committee Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia tentang Islam Wasathiyah itu.

Menurut dia, budayanya memang keras di sana dan kurang akomodatif untuk pihak berseberangan, bisa karena wilayahnya yang padang pasir. Tenggang rasa, tepo seliro tidak ada.

Untuk itu, dia mengatakan bahwa Islam khas Indonesia yang moderat telah dipraktikkan Indonesia sudah saatnya disebarluaskan ke berbagai penjuru dunia. Islam moderat, kata dia, menjadi pilihan memunculkan citra Islam yang kini terasosiasi sebagai agama yang tidak toleran dan lekat dengan kekerasan.

http://m.republika.co.id/berita/duni...-penjuru-dunia
0
792
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan