Nilai tukar rupiah telah melampaui Rp 14.000 terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sejak Senin (7/5) kemarin. Posisi itu terus bertahan, rupiah masih loyo di sepanjang Selasa (8/5) hari ini. Nilai acuan kurs di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), menunjukkan posisi Rp 14.036/USD.

Menanggapi hal itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, pelemahan rupiah bukan karena masalah rupiahnya itu sendiri, namun dipicu membaiknya perekonomian Amerika Serikat. Sehingga dolar AS menguat, sebaliknya mata uang lain termasuk rupiah mengalami pelemahan nilai tukar.

“Akibatnya barang-barang impor jadi kemahalan. Tapi untuk yang ekspor, pendapatannya malah lebih banyak. Masalahnya sekarang kita defisit perdagangan (impor lebih besar daripada ekspor). Jadi ekspor perlu diperbaiki,” kata JK di Kantor Wakil Presiden di Jakarta, Selasa (8/5).

Menurutnya, China justru melemahkan nilai tukar yuan-nya, untuk dapat menaikkan nilai ekspor mereka. “Jadi dengan sedikit pelan-pelan itu, rupiah melemah itu berarti pendapatan ekspor kita akan lebih besar dan juga dalam negeri akan menjadi naik lebih (banyak) pendapatannya,” tandas JK.

Sementara untuk menyiasati kenaikan bahan baku dan berbagai produk impor, JK mendorong untuk lebih gencar lagi menggunakan produk-produk dalam negeri. 

Terkait upaya penguatan nilai tukar rupiah, JK meminta Bank Indonesia mengontrol melalui instrumen moneter, supaya perubahan nilai tukar tidak melonjak tiba-tiba. Menurutnya, BI harus intervensi sehingga kurs jangan tiba-tiba terlalu naik. “Kalau naik itu pelan-pelan, kalau kemudian sampai ke Rp 14.000 per USD ya itu tugas BI buat mengatur,” tandasnya.



Sumber : https://kumparan.com/@kumparanbisnis...rlu-diperbaiki

---

Kumpulan Berita Terkait :

- ESDM Dorong Pertamina Berkompetisi untuk Pengelolaan Blok Terminasi

- JK Soal Rupiah Loyo: Defisit Perdagangan Perlu Diperbaiki

- Dolar AS Tembus Rp 14.000 Bikin Eksportir Senang