BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Hiruk pikuk spekulasi Pilpres


Ingar bingar perihal calon presiden punya aneka sisi. PDI Perjuangan, partai yang menganggap kader di pemerintahan adalah petugas partai, tak sejak dini mencalonkan inkumben Joko "Jokowi" Widodo. Justru Partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang lebih dulu, November 2017. PDIP baru mencalonkan Jokowi tiga bulan kemudian, Februari lalu.

Deklarasi pencalonan adalah pengabsahan sikap politik. Sama seperti Partai Gerindra yang baru mendeklarasikan pencalonan sang ketua umum, Prabowo Subianto, bulan ini.
Jokowi garap sana-sini
Deklarasi Gerindra sudah lama ditunggu. Kenyataannya, setelah Prabowo jadi calon presiden, mitra partai bernama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tak kunjung mendeklarasikan dukungan. Begitu pula dengan Partai Amanat Nasional (PAN).

Hal itu serupa Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang tak kunjung jelas, ingin berkubu di pihak Jokowi ataukah Prabowo. Yang sudah jela, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar ingin jadi cawapres.

Melihat capaian dukungan terhadap Prabowo, muncul spekulasi bahwa Prabowo akan menjadikan mandat partai untuk memutuskan orang lain yang menjadi capres (kumparan, 20/4/2018).

Pun santer kabar, Jokowi malah berniat menggandeng Prabowo sebagai cawapres. Sudah berlangsung lobi untuk merayu Prabowo. Salah satu syarat Prabowo, kalau dirinya jadi capres, adalah mengontrol militer (Majalah Tempo, edisi 29/4/2018).

Juga terwartakan, Jokowi sudah mendekati PKS, dan akan ia paparkan dalam Mata Najwa di Trans TV hari ini (25/4/2018, h/t detik).

Di sisi lain, Prabowo yang cukup membutuhkan tambahan 40 kursi parlemen dari PKS, seperti tersandera. PKS hanya mau mendukung jika mendapatkan pos cawapres bagi satu dari sembilan kadernya.
Manuver SBY
Sedangkan Partai Demokrat, pemilik 61 kursi di DPR, tak kunjung jelas akan memihak Prabowo ataukah Jokowi.

Susilo Bambang Yudhoyono, sang ketua umum Demokrat, kemarin malah mengatakan partainya akan mengusung pasangan capres dan cawapres versi mereka (kumparan, 24/4/2018).

Perkembangan terakhir, Demokrat mendekati PKS, PKB, PAN dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk membentuk poros ketiga (Viva, 24/4/2018).

Lho, bukannya PPP akan mendukung Jokowi? Senin lalu Sekjen PPP Arsul Sani menegaskan keberpihakan partainya kepada Jokowi. Ihwal partai SBY, "Soal gabung itu sepenuhnya kita serahkan kepada Partai Demokrat. Toh, koalisi pengusung Pak Jokowi sudah lebih dari cukup." (kumparan, 23/4/2018).
Soal Gatot Nurmantyo
Siapakah capres dan cawapres, sesungguhnya hanya sah setelah diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum, September nanti. Sebelum pendaftaran, banyak hal bisa berubah.

Akan halnya Gatot Nurmantyo, mantan panglima TNI, yang menyatakan siap maju Pilpres 2019, dan baliho pendukungnya menyatakan "Tahu kapan harus bergerak", sejauh ini belum dicalonkan oleh partai mana pun.

Senin lalu ia berujar kepada Kompas TV, "... apabila ada partai yang mau mengusung saya tidak langsung mau. Kita negosiasi." (h/t Kompas.com)



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...kulasi-pilpres

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Pendukung inginkan SBY jadi presiden lagi

- Kisah kepahlawanan dalam dua tragedi maut di AS

- Kasus anak berhadapan dengan hukum tetap tertinggi

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
5.4K
68
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan