mthayayayaAvatar border
TS
mthayayaya
Mengenal Silvia Halim, Sosok Wanita Hebat di Balik Proyek Besar MRT Jakarta
313 hari lagi!
Begitulah tampilan angka di depan laman PT MRT Jakarta saat saya menulis thread ini.

Bukan dibuat tanpa maksud, jumlah hari yang terpampang tersebut adalah perhitungan waktu mundur sebelum akhirnya target mass rapid transit ( MRT ) Jakarta dioperasikan pada Maret 2019 mendatang. Sebuah momen yang diharap dan dinanti-nanti khususnya bagi warga Jakarta yang mulai penat dengan kemacetan ibukota.

Bila membicarakan soal pembangunan MRT, taukah kamu Gan bahwa dibalik proyek besar tersebut ada salah satu sosok perempuan yang punya peranan cukup penting dalam pembangunan ini?

Seorang sosok yang menurut saya punya pandangan dan prinsip yang juga bisa jadi cerminan dari semangat Kartini modern masa kini.


Foto: Dok.Pribadi


Dialah Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta yang menjadi satu-satunya wanita dalam jajaran direksi PT MRT Jakarta tersebut.

Perempuan kelahiran 18 Juni 1982 ini telah ditunjuk sebagai Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta sejak 31 Agustus 2016 silam. Jangan ragukan kemampuannya di bidang pembangunan infrastruktur ya Gan! Sebelum di PT MRT Jakarta, Silvia sudah memiliki pengalaman 12 tahun berkarir di Land Transport Authority (LTA) Singapura sebagai Project Manager untuk beberapa proyek insfrastruktur di sana.

Kini, sebagai Direktur Konstruksi, Silvia mengemban tugas utama untuk menjaga dan mengawal pekerjaan di MRT dari segi progress, kualitas dan safety yang ada di lapangan agar sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan sejak awal.

Beberapa waktu lalu saya pun berkesempatan untuk berbincang langsung dengan sosoknya di kantor PT MRT Jakarta yang terletak di kawasan Thamrin. Dan dari perbincangan tersebut ada banyak hal yang semakin membuat saya kagum terhadap sosoknya. Mulai dari ceritanya dalam berkarir hingga soal pandangan terhadap kartini dan wanita masa kini


Foto: Dok PT MRT Jakarta


Tak pernah membatasi diri hanya karena dia perempuan

Saat kuliah, Silvia mengambil jurusan Teknik Sipil di Nanyang Technologycal University dan pada akhirnya berkarir di sektor konstruksi di mana keduanya kerap di cap sebagai sesuatu yang "lebih laki" oleh beberapa orang. Meski demikian , Silvia tak pernah membiarkan hal itu mempengaruhinya dalam menentukan masa depan yang ia pilih dan jalani.

Quote:


Pilihannya untuk berkuliah di Singapura dan mengambil jurusan teknik sipil, jurusan yang mungkin bagi banyak orang masih terlihat sebagai jurusan yang diminati pria tersebut bisa dibilang terjadi begitu saja. Saat itu ia mendapat kesempatan untuk bersekolah di Nanyang Techonologycal University. Kesempatan itu pun langsung ia ambil karena baginya bersekolah di Singapura saat itu adalah salah satu caranya belajar hidup mandiri, mengurus diri sendiri.

Begitu pula ketika memasuki dunia kerja, Silvia yang baru lulus saat itu langsung dihadapkan dengan mayoritas rekan kerja yang kebanyakan adalah bapak-bapak yang sangat berpengalaman di bidang konstruksi. Meski begitu Silvia tak pernah canggung ataupun merasa kecil hati karena menjadi minoritas di antara dominasi karyawan pria. Baginya, ketimpangan perbandingan jumlah wanita dan pria saat itu bukan jadi masalah yang menghambatnya untuk bekerja secara maksimal.

Quote:



Foto: viva.co.id


Pernah mengalami diskriminasi tapi tidak pernah membuatnya ingin berhenti

Meski Silvia sendiri tidak pernah menganggap gender sebagai penghalang untuk seseorang bisa berkarya di tempat kerja, namun Silvia pernah mengalami kejadian tak menyenangkan yang akhirnya membuatnya sadar bahwa dalam realitanya masih ada ketidakadilan bagi perempuan di dunia kerja.

Itu ia alami saat bekerja di Singapura. Saat itu ia dan salah satu rekannya yang pria sama sama memiliki perfomance yang bagus. Meski begitu, Silvia harus rela ketika hanya rekan kerjanya saja yang dipromosikan. Alasan atasannya saat itu adalah meski perfomance keduanya sama-sama bagus dan memulai kerja di saat yang sama , tapi tetap secara record rekannya lebih senior. Ini dikarenakan ketika seorang pria Singapura sudah menjalankan wamil, maka masa servicedia selama wamil akan dihitung sebagai kerja secara tidak langsung. Hal tersebut membuat Silvia sadar bahwa adanya sistem tersebut membuat perempuan harus bekerja dua kali lebih berat dibanding pria.

Quote:



Foto: femaledaily


Beruntungnya Silvia, saat pindah ke Indonesia ia langsung masuk ke posisi yang cukup tinggi sehingga mungkin memberikannya sedikit keuntungan untuk tidak merasakan perjuangan dari bawah untuk ke atas dan tidak mengalami diskriminasi. Meski demikian, untuk konteks selama ia bekerja di PT MRT Jakarta dan kesehariannya di pemprov ia merasa perkembangannya sudah cukup baik. Bahwasanya gender bukan menjadi sesuatu yang dipermasalahkan di PT MRT Jakarta.

Meski ia menjadi satu-satunya direksi perempuan, namun dalam hal seperti memberikan pendapat menurutnya sudah cukup seimbang antara kesempatan yang ia punya dengan jajaran direksi lainnya. Tak hanya itu, ia juga merasa posisi dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan di tempatnya bekerja kini sudah cukup seimbang. Hal ini bisa dilihat lewat diberikannya ruang bagi perempuan untuk duduk di posisi-posisi yang cukup strategis seperti kepala divisi dan department di MRT Jakarta.

Quote:



Foto: jakartamrt


Ingin berkontribusi dan membawa perubahan kepada masyarakat

The sense of being able to contribute in making a difference to the society.Itu adalah alasan yang menurut Silvia membuatnya senang sekaligus terus bertahan di jalur pekerjaannya sekarang.

Samahalnya dengan pekerjaannya dulu di Singapore, kini Silvia masih terlibat dalam pengerjaan proyek untuk publik yang menjadikannya tak hanya sebatas civil engineer namun juga berada dalam posisinya sebagai seorang public servant. Posisi yang menurutnya paling sedikit diapresasi.

Kalau ada yang sukses its taken for granted. Harus beres. Tapi kalau ada sesuatu yang gak beres atau sesuatu yang salah aja dikit aja, its really unforgiving. Publik akan komplain di surat, di sosial media bahkan ketika itu hanya kecil.

Namun hal ini tidak jadi masalah bagi Silvia karena ketika proyek tersebut selesai, ia bisa melihat bagaimana itu dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Quote:



Foto: jakartamrt


Konsep "Perempuan Ideal" yang salah kaprah dan tantangan bagi perempuan Indonesia masa kini


Menurut Silvia, tantangan menjadi seorang perempuan Indonesia masa kini ada pada masih kuatnya persepsi soal standar menjadi perempuan ideal. Misalnya harus sukses di karir, di keluarga, dalam mengurus anak, dan sebagainya. Standar-standar dan persepsi yang menurut Silvia justru membuat perempuan seakan berada dalam sebuah box yang mengikat.

Itu yang bagi silvia adalah tantangan yang harus dipatahkan oleh perempuan Indonesia masa kini. Menurutnya tidak perlu ada definisi perempuan ideal itu tadi. Karena perempuan harus bisa menjadi apa yang ia inginkan tanpa harus merasa bersalah atau kurang karena tidak melakukan hal-hal tertentu sesuai standar yang dipersepsi orang banyak.

Quote:


Berani dan kerja keras jadi kunci

Sama halnya seperti Kartini yang berani bersuara dan melawan persepsi terhadap wanita di zaman itu, Silvia juga selalu memegang prinsip untuk selalu berani. Khususnya berani untuk mengejar mimpi. Salah satunya caranya ya dengan tidak membatasi diri hanya karena gendermu perempuan dan tetap bekerja keras demi tunjukan bahwa kita mampu dan layak berada di posisi yang kita inginkan.

Quote:


Jadi untuk perempuan Indosia yang masih ragu untuk mengejar mimpi, jangan lupa semangat dan pesan dari Silvia Halim ya Sis!Jangan
biarkan statusmu sebagai perempuan membatasimu untuk mampu bekerja keras dan menjadi apa yang kamu inginkan.

Selamat hari Kartini!

emoticon-I Love Indonesia


Diubah oleh mthayayaya 03-07-2018 03:17
5
43.3K
141
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan