bangbinyoAvatar border
TS
bangbinyo
Menyusul Ghouta Timur, Yarmouk Sedang Menunggu Giliran









Koran Sulindo – Tak peduli berapa ratus rudal lagi Barat yang ditembakkan, hasil akhir perang di Suriah tak bakalan berubah. Tentara pemerintah menang sementara semua teroris kalah atau menyerah.


Itu termasuk gerombolan bersenjata yang dibanjiri uang Saudi atau Qatar serta menerima ‘perintah’ dari Barat.

Akhir pekan lalu, bebarengan dengan rudal-rudal AS, Inggris dan Prancis yang menghantam bangunan-bangunan kosong, Ghouta Timur juga bersih dari para teror.

Berbondong-bondong para tukang jagal itu berbaris masuk bus dan dikirim ke Provinsi Idlib untuk saling bantai antar sesama mereka. Di Ghouta Timur cerita sudah selesai.

Baca juga:


Ketika tentara Suriah kembali berbaris menuju Yarmouk, sebuah kantong militant yang lain di selatan Damaskus, apa yang bakal dilakukan AS, Inggris dan Prancis seandainya akan muncul jika lebih banyak ‘gambar’ penduduk sipil yang sekarat atau mati? Apakah mereka akan kembali mengirim ratusan rudal untuk pamer kebodohan dan rasa frustasinya?

Sama seperti militan-militan lain yang menerima mediasi Rusia di Ghouta Timur, di kamp pengungsian Yarmouk negosiasi sebagian besar berhasil. Militan enggan repot-repot bertempur dengan hasil yang pasti, kekalahan.

Mereka yang ngotot tetap ingin tetap bertempur di antaranya adalah ISIS yang rutin menembakkan mortir ke wilayah sipil di Damaskus. Termasuk tujuh mortir pada hari Minggu, (15/4) yang menewaskan satu orang dan melukai sembilan warga.

Hal yang membuat pertempuran di Yarmouk ini bakal menjadi begitu khusus adalah kemarahan yang dipicu oleh pembantaian mengerikan. Kisah tentang 120 tentara Suriah yang dieksekusi oleh ISIS, cerita yang bahkan tak diungkap pihak berwenang Damaskus karena alasan menjaga perasaan keluarga korban.

Pembantaian massal itu terjadi 27 Maret ketika 500 tentara Suriah memasuki wilayah gencatan senjata di al-Qadam yang diyakini aman. Ketika banyak warga setempat melarikan diri, 116 tentara Suriah ini justru ditangkap ISIS.

Semua tahanan, baik perwira intelijen atau militer biasa lantas dibawa ke sebuah jalan dan dieksekusi dengan sistematis dengan beberapa ditembak atau dipenggal.

Gambar-gambar mengerikan pembantaian itu tampil singkat di situs Amaq outlet ISIS yang menggambarkan barisan tentara berseragam berjalan melintasi jalanan.


Wilayah Yarmouk tenggara Damaskus yang dikuasai teroris.



Beberapa dari mereka bahkan masih mengenakan helm baja sementara ISIS penangkapnya yang berseragam hitam dan memanggul Kalashnikov mulai menembak. Beberapa prajurit itu terdengar berteriak, “Tidak! Tidak! Tidak!” dengan tubuh-tubuh saling bertumpuk.

Bulan Sabit Merah Suriah kemudian memindahkan 96 jenazah dengan 30 yang lain belum ditemukan. Kisah-kisah ini mirip eksekusi ISIS di Palmyra yang memicu kemarahan dari tentara dan keluarga yang dieksekusi.
Rekaman-rekaman pembantaian ini –termasuk pada warga sipil dan bagaimana ISIS memasukkan mereka ke dalam sangkar besi-  meski tersebar di internet dan bisa diakses siapapun tak pernah memicu kemarahan Barat, juga media-media mereka yang bias.

Mereka baru menjerit-jerit dan melontarkan kotbah soal HAM ketika serangan kimia terjadi, bahkan tanpa perlu memastikan siapa pelakunya pemerintah Barat yang munafik langsung main serang dengan rudal.
Pertanyaannya, jika pembicaraan gencatan senjata yang difasilitasi tentara Rusia di al-Qadam gagal akankah dunia melihat lebih banyak foto-foto korban gas sipil yang terkepung yang sekarat dalam kesedihan? Lebih penting lagi, apa yang bakal dilakukan Trump, Theresa May dan Emmanuel Macron?

Baca juga:

Apalagi untuk perang saudara. Opini publik di Barat mungkin mentoleransi sebuah petualangan berbahaya –103 rudal tanpa satupun tentara Suriah menjadi korban-  tapi bukan petualangan yang lain.
Dengan Yarmouk menjadi medan tempur berikutnya setelah Ghouta Timur dibersihkan, palagan itu bakal menjadi ajang yang berdarah-darah.

Sekarang, wilayah tersebut setidaknya dilindungi oleh 2.000 militan dengan setengahnya merupakan sisa-sisa tentara ISIS. Dua kelompok lain yang lebih kecil telah setuju dengan tentara Rusia untuk melakukan perjalanan panjang ke Idlib.

Namun, seandainya pembicaraan berlarut dan pemimpin Suriah serta Rusia kehilangan kesabaran, maka al-Qadam dipastikan menjadi Douma kedua dengan gas dan serangan rudal Barat.(TGU)





















BACA SUMBER : https://koransulindo.com/menyusul-gh...rmouk-diserbu/

0
899
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan