Terdakwa kasus merintangi penyidikan korupsi KTP elektronik Bimanesh Sutarjo (kiri) mendengarkan kesaksian Direktur Rumah Sakit Medika Permata Hijau Hafil Budianto Abdulgani (kanan) dalam sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (16/4).
Sidang kasus merintangi penyidikan KPK dengan terdakwa dokter Bimanesh Sutarjo berlanjut pada Senin (16/4/2018). Direktur Utama Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Hafil Budianto Abdulgani mengungkapkan sejumlah kejanggalan dalam perawatan mantan Ketua DPR, Setya Novanto.

Kejanggalan pertama terjadi ketika Plt Manajer Pelayanan Medik RS Medika Permata Hijau dr Alia Shahab menghubungi Hafil ketika berada di Melbourne, Australia, pada 16 November 2017. Hafil merasa heran harus menerima laporan karena sedang berada dalam acara kongres dokter seluruh Asia di Australia.

"Saya merasa heran kenapa harus direktur yang harus dimintai persetujuan mengenai pasien yang butuh rawat inap. Saya sedikit kaget karena sudah memberi kewenangan ke yang bersangkutan, kalau orang perlu dirawat, siapa pun, silakan saja," kata Hafil melalui Antaranews.

Dokter Alia, kata Hafil, memaparkan ada pesan penting mengenai permintaan pengacara Fredrich Yunadi agar Setya Novanto dirawat di rumah sakit. Hafil mengatakan menyerahkan kepada dokter Alia untuk menentukan dokter yang menjadi penanggung jawab perawatan Setya Novanto. Menurut dia, seharusnya pasien yang masuk rumah sakit tidak harus melaporkan kepada dirinya.

Hafil mengaku pernah meminta penjelasan tertulis dokter Bimanesh tentang perawatan Novanto. Awalnya, para direktur rumah sakit bertemu membahas peristiwa kecelakaan Setya Novanto yang dirawat di RS Medika Permata Hijau. Pertemuan itu untuk menindaklanjuti laporan para perawat dan dokter.

"Bimanesh mengatakan merasa pasien tersebut Pak SN (Setya Novanto) pejabat sehingga harus dirawat. Khawatir RS dituntut kalau tidak dirawat," ujar Hafil melalui Detikcom.

Hafil juga menerima laporan dari Bimanesh mengenai Kepala IGD RS Medika Permata Hijau dr Michael Chia Cahaya. Dalam laporan yang ditulis Bimanesh, Michael menolak pasien Setya Novanto. Bimanesh, kata Hafil, menyarankan agar rumah sakit cepat tanggap menangani pejabat yang ingin dirawat.

Kejanggalan lainnya adalah surat visum Setya Novanto. Tak lama setelah Novanto alami kecelakaan pada 16 November 2017, dokter Bimanesh yang menanganinya melakukan visum dan mengeluarkan surat hasilnya.

Hafil mengatakan, ada perbedaan format kop surat dan nomor surat dengan surat-surat hasil visum yang dikeluarkan sebelumnya oleh RS Medika Permata Hijau. "Bukan soal isinya. Kop surat tidak sesuai dengan kop surat yang kita gunakan," ujar Hafil melalui Kompas.com.

Hafil mengatakan, logo yang tercantum dalam surat itu sudah tidak dipakai lagi dalam format surat yang dikeluarkan rumah sakit itu. Sementara hasil visum resmi yang akan diserahkan ke pihak kepolisian untuk kepentingan penyelidikan harus sesuai dengan standar.

Keluarnya surat yang tak sesuai administrasi rumah sakit ini sempat menjadi perhatian dewan direksi dan komisaris RS Medika Permata Hijau sehingga meminta penjelasan tertulis Bimanesh mengenai penanganan medis terhadap Novanto.

Bimanesh berkilah bahwa ia telah meminta format visum pada bagian rekam medis. Namun, petugas saat itu menyebut bahwa tidak ada SOP dalam form hasil visum, melainkan prosedur tetap. Bimanesh kemudian diberikan format resume oleh petugas tersebut.

Bimanesh Sutarjo didakwa merintangi penyidikan KPK atas Setya Novanto dalam kasus dugaan korupsi proyek e-KTP. Bimanesh diduga bekerja sama dengan mantan pengacara Novanto Fredrich Yunadi merekayasa sakitnya eks Ketua DPR tersebut. Jaksa telah menuntut Setya Novanto 16 tahun penjara dan dicabut hak politiknya selama lima tahun setelah menjalani masa pidana.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...awatan-novanto

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Keluh pada hari pertama ganjil-genap dua ruas tol

- Kontroversi dispensasi demi rencana pernikahan bocah SMP

- Neraca perdagangan baru surplus pada bulan ketiga