Antara tahun 1553 hingga 1558, inggris dikuasai Ratu Mary I anak Henry VIII dan Catherine dari Aragon.
Dia sendiri dijuluki Bloody Mary oleh para orang-orang protestan karena kebrutalannya dalam mengeksekusi para petinggi agama reformis karena dianggap bidat.
Pada tanggal 10 Juli 1553, Lady Jane (Putri Henry yang lainnya) diproklamirkan sebagai ratu oleh Dudley dan para pendukungnya, dan pada hari yang sama surat Mary ke dewan tiba di London. Pada 12 Juli, Mary dan pendukungnya telah mengumpulkan kekuatan militer di Framlingham Castle , Suffolk. Dukungan kepada Dudley runtuh, namun Mary justru semakin banyak. Jane digulingkan pada tanggal 19 Juli, dia dan Dudley dipenjarakan di Menara London kemudian . Mary naik dengan penuh kemenangan ke London pada 3 Agustus 1553, di atas gelombang dukungan rakyat. Dia ditemani oleh saudara tirinya, Elizabeth, dan prosesi dihadiri oleh lebih dari 800 bangsawan dan pria terhormat.
Spoiler for Naik tahtanya Mary I:
Mary I
Mary I adalah ratu pertama yang diakui sebagai wanita pertama yang memerintah inggris secara De Facto maupun De Jure. Dia adalah seorang Katolik yang taat dan mengembalikan agama katolik kedalam agama kerajaan. Pada masa pemerintahannya, Duke of norfolk dibebaskan dari penjaranya di menara London bersama dengan Stephen Gardiner. Untuk memastikan katolik tetap berkuasa diinggris, dia harus memiliki keturunan yang berada dijalur Katolik, namun tidak ada kandidat di kerajaan Inggris yang cocok untuk menjadi suami Mary. Edward Courtenay , Earl of Devon , memiliki darah bangsawan, tetapi tidak memiliki kemampuan, Reginald Pole secara tegas adalah Katolik Roma dan seorang bagsawan terhormat (ibunya Margaret adalah keponakan Edward IV dan Richard III) tetapi baik dia maupun Mary tidak ingin menikah satu sama lain dan pilihan jatuh kepada Fellipe (Philip) 2 dari spanyol, pewaris tahta Spanyol. Pilihan Mary ditentang baik di dewan penasihat maupun di parlemen, karena saat itu, seorang istri haruslah mematuhi suami mereka dan Spanyol jauh lebih kuat dan kaya daripada Inggris pada saat itu, mereka tidak ingin inggris menjadi menjadi boneka Spanyol.
William Paget
Stephen Gardiner
Antara Gardiner dan Paget, mereka sering berseteru satu sama lain, tetapi untuk urusan ini mereka bekerja bersama membatasi kekuasaan Philip di Inggris, meskipun ia akan diberi gelar Raja, ia tidak akan memiliki kekuasaan untuk menunjuk orang Spanyol ke kantor-kantor pemerintahan Inggris, untuk mendikte kebijakan luar negeri, atau untuk mempertahankan kekuasaan setelah kematian Mary kelak.
Philip dan Mary menikah 25 Juli tahun 1554, setelah menikah Philip tinggal di Inggris selama empat belas bulan, lalu kembali ke Eropa daratan, (Dia kembali sebentar pada tahun 1557). Saat usianya 37 tahun, Mary mengumumkan pada tahun 1555 bahwa dia hamil, namun sebenarnya bukan kehamilan dan memang tidak akan pernah memiliki anak, karena itu Mary menjadi lebih bertekad untuk menghapus ajaran yang dianggapnya bidat dari Inggris sebelum dia meninggal.
Spoiler for Kebijakan agama Mary I:
Kebijakan agama Mary I
Pernikahan Phillip dan Mary
Pada saat suksesi Mary, sekitar 800 orang Protestan melarikan diri ke Benua Eropa, (Gardiner melakukan persengkokolan pada eksodus ini, karena dia tidak ingin Mary memulai masa pemerintahannya dengan sejumlah besar eksekusi karena bidah, yang dilakukannya adalah mengobarkan sejumlah propaganda yang mampu yang mengelabui Mary). Begitupun John Ponet mencari perlindungan di Strasburg, John Jewel kabur ke Zurich bersama Henry Bullinger.
Pada tahun 1554, John Knox menjadi pendeta dari jemaat Protestan Inggris yang tinggal di Frankfurt, tetapi dia terlibat perselisihan dengan jemaatnya sendiri dan memutuskan pergi ke Jenewa. Kedua pihak yang bertengkar ini membentuk basis partai-partai Anglikan dan Puritan yang kemudian mempermasalahkan bentuk yang tepat bagi Gereja Inggris.
William Paget dan pendukung awam Mary ingin kembali ke situasi seperti pada saat kematian Henry VIII, gereja Katolik dalam doktrin tetapi independen dari Roma, dengan tanah monastik yang dimiliki oleh orang-orang Inggris, sedangkan Stephen Gardiner dan para Uskup ingin kembali kepada saat sebelum berseteru dengan Roma.
Parlemen pertama Mary tahun 1553 menghapuskan semua legislasi agama saat pemerintahan Edward VI (adik tirinya) dan mengembalikan situasi seperti tahun 1547.
Selama tahun 1554-55, Parlemen mengganti sebagian besar legislasi agama saat pemerintahan Henry VIII dan memulihkan supremasi kepausan.
Pada akhir tahun 1554, Reginald Pole, tiba di Inggris sebagai utusan paus dan secara resmi memulihkan Inggris kedalam supremasi paus, pada tahun 1555, ia ditunjuk sebagai Kardinal, dan tahun 1556 menjadi Archbishop of Canterbury.
Thomas Cranmer, seorang tokoh reformasi gereja di Inggris sekaligus orang kepercayaan Raja Henry VIII menjadi salah satu dari sekitar 300 pria dan wanita yang dibakar dengan tuduhan bidah yang terjadi antara tahun 1555 dan 1558. Yang lain termasuk John Rogers , John Hooper , Nicholas Ridley (Bishop Rochester dan kemudian London dan Hugh Latimer yang menjadi Uskup dari Worcester). Latimer dan Ridley dibakar bersama-sama.
Gardiner memainkan peran kunci dalam pembakaran para Uskup yang telah menjadi musuh pribadinya, tetapi (sebelum kematiannya pada 1555) ia menentang membakar sejumlah besar orang biasa karena menurutnya hal itu akan lebih menguntungkan bagi orang Protestan daripada Katolik. (Perilaku teguh dari "para martir Protestan" dianggap membuktikan iman mereka benar), namun justru sebagian besar eksekusi untuk bidaah terjadi kepada para orang biasa dan pengrajin di London dan selatan-timur Inggris, dijalankan dibawah administrasi Enmund Edner yang bersemangat, Uskup London.
hukum bakar zaman itu
300 lebih kematian dalam pemerintahan Mary memang tidak banyak bila dibandingkan dengan kekerasan yang menandai Reformasi di Benua Eropa. Namun, angka-angka itu sangat tinggi menurut standar Inggris, dan semuanya terjadi dalam kurun waktu yang sangat singkat (5 tahun). Orang-orang pada umumnya antipati dengan eksekusi, dan selama masa pemerintahan Mary para pejabat awam (sheriff dan Hakim) umumnya tidak mau berpartisipasi. Pemulihan Katolik secara hukum dan serangan terhadap Protestan tidak menghasilkan hasil yang cukup memuaskan untuk mempromosikan komitmen Katolik, Mary mungkin mampu menunjuk Uskup laki-laki yang sangat percaya pada doktrin Katolik dan supremasi kepausan, tetapi pemerintahannya yang terlalu pendek tidak memungkinkan untuk melakukan konversi dan pelatihan imamat Katolik Inggris yang baru, atau untuk mendidik kembali populasi secara luas.
Spoiler for Reformasi ekonomi:
Kebijakan Ekonomi dibawah Mary I
Koin yang menggambarkan Phillip dan Mary
Secara teori pernikahan Mary dengan Philip dari Spanyol seharusnya meningkatkan akses Inggris ke kekoloni Amerika Latin, tetapi ini tidak pernah terjadi dalam prakteknya. Pemerintahan Mary memang melihat kelanjutan upaya membuka rute perdagangan baru, Dengan membina hubungan baik dengan para pedagang, pemerintahan Mary mampu meningkatkan tarif bea cukai dan menambahkan komoditas dalam Kitab Tarif baru . (Hal ini diperkenalkan pada tahun 1558, yang kemudian akan menguntungkan Elizabeth daripada Mary sendiri), Elizabeth juga kelak yang mendapat manfaat dari reformasi mata uang yang dibuat pada tahun 1557 dan diimplementasikan pada tahun 1560-61. Koin-koin masa pemerintahaan Henry VIII dan edward ditarik dari peredaran dan diganti dengan perak asli.
Spoiler for Penentangan kepada Mary I:
Pemberontakan Wyatt
Gambaran Thomas Wyatt
Pada bulan Januari 1554, Sir Thomas Wyatt memprakasai sebuah pemberontakan di Kent, para pemberontak berkumpul dan ingin mengepung London, mereka berniat untuk menangkap Mary dan mencegahnya menikahi Philip dari Spanyol. Pemberontakan ini sendiri disinyalir merupakan bagian dari plot yang disusun oleh duta besar Prancis, Francois de Noailles, para pemberontak ingin memprovokasi pemberontakan lain di Devon dan Hertfordshire, mereka juga disinyalir bermaksud ingin menjadikan Edward Courtenay, Earl of Devon ke atas takhta sebagai calon suami Elizabeth. Pemerintah menemukan rencana itu dan mengasingkan Courtenay, setelah memaksanya untuk mengakui apa yang dia tahu, namun sebenarnya bukti keterlibatan Courtenay lemah, dan akhirnya dia diampuni, tapi kelak akan diasingkan ke negara lain karena dinilai cukup mengancam tahta. Pemberontakan di Devon dan Hertfordshire sendiri tidak pernah terwujud.
Disisi lain, Wyatt diperkuat oleh banyak pasukan Pemerintah yang dipimpin oleh Thomas Howard , Adipati Norfolk ke-3 (yang saat itu berusia 80 tahun) dipindahkan ke tangan Wyatt.
Para pemberontak mengarah ke Southwark tetapi tidak bisa pergi lebih jauh karena Jembatan London ditahan dengan kuat. Wyatt mengarahkan pasukannya ke Kingston dan menyeberangi Sungai Thames di sana, dan setelah beristirahat di Knightsbridge, mereka maju menuju London pada tanggal 7 Februari, tercatat sekitar enam puluh orang tewas dalam pemberontakan. Sekitar 100 lebih (termasuk Wyatt) dieksekusi selama beberapa bulan ke depan. Mary sendiri mencurigai bahwa Elizabeth juga terlibat didalam pemberontakan ini, tetapi dia tidak dapat menemukan bukti kuat terhadapnya.
Pada tahun 1556, Philip melakukan perlawanan untuk mengatasi perlawanan dari Dewan Penasihat karena ia ingin melibatkan Inggris dalam perang dengan Prancis.
Alasan Philip sendiri adalah karena invasi yang gagal dari Thomas Stafford, seorang pemberontak yang ikut bagian dalam pemberontakan Wyatt dan melarikan diri ke Prancis, sebelumnya pada bulan April 1557, stafford mendarat di Scarborough, namun segera ia dikalahkan dan dieksekusi pada bulan Mei. Meskipun Henry II dari Prancis membantah memulai serangan itu, Inggris tetap menyatakan perang terhadap Prancis.
Angkatan Laut Inggris membantu Spanyol dalam dukungan penting di laut. Namun kemudian, perang tersebut dianggap sebagai bencana karena pada bulan Januari 1558, Inggris kehilangan Calais, kepemilikan teritorial Inggris terakhir di Perancis, yang dikuasai oleh Inggris sejak tahun 1347.
Spoiler for Pembenahan di bidang administrasi:
Pembenahan administrasi selama pemerintahan Mary I
Pada tahun 1553, Mary mengusir para pengikut Northumberland dari Dewan Penasihat, tetapi dia mempertahankan banyak administrator berpengalaman yang sudah ada sejak zaman Edward VI. Dia juga memulihkan Gardiner dan yang lain, sehingga Dewan Penasihat meningkat menjadi sekitar lima puluh anggota. Kehadiran terus orang-orang seperti William Paulet, marquess of Winchester dan Thomas Paget menandakan ada peningkatan yang cukup besar seperti kembali ke zaman Henry VIII. Reformasi administratif yang dibuat pada tahun 1552 (seperti penggabungan dalam NGER) dilakukan pada tahun 1554 seperti yang sudah direncanakan.
Pemerintahan Mary juga menata ulang angkatan laut Inggris dan diperlengkapi kembali. Tujuan utamanya adalah membantu Philip dalam perang melawan Prancis, tetapi ironisnya perbaikan itu justru kelak membantu Elizabeth untuk mengalahkan Armada Spanyol tiga puluh tahun kemudian.
Spoiler for Kematian Mary I:
Kematian Mary I
ilustrasi Elizabeth disamping Mary I saat kematiannya
Setelah kunjungan Philip pada tahun 1557, Mary mengira bahwa dia hamil. Namun sebenarnya itu bukanlah kehamilan, melainkan antara kanker rahim atau kista dan kemudian Mary diranjangnya menerima dan mengesahkan bahwa Elizabeth adalah penerusnya yang sah.
Mary lemah dan sakit sejak Mei 1558. dia meninggal pada tanggal 17 November 1558, diusianya yang 42 tahun, di Istana St James , selama epidemi influenza yang juga merenggut nyawa Reginald Pole pada hari yang sama. Dia digantikan oleh saudara tirinya, Elizabeth. Philip, yang berada di Brussel, menulis surat kepada saudara perempuannya, "Aku merasa sedih atas kematiannya."
Makam Mary I dan Elizabeth I
Meskipun Mary akan menyatakan bahwa ia ingin dimakamkan di sebelah ibunya, ia dikebumikan di Westminster Abbey pada 14 Desember, di sebuah makam yang akhirnya akan ia bagikan dengan Elizabeth. Ada tulisan Latin di makam mereka, Regno consortes et urna, hic obdormimus Elizabetha et Maria sorores, di spe resurrectionis (dituliskan di sana oleh James I ketika ia menggantikan Elizabeth), diterjemahkan menjadi: " tahta di alam dan makam kami, bersaudari Elizabeth dan Mary , di sini berbaring untuk tidur dengan harapan akan kebangkitan."
Beberapa fakta tentang Mary I.
1. Dia adalah Ratu pertama yang memerintah atas Inggris, bukan karena dia istri raja ataupun janda seorang raja, kenaikan tahtanya murni karena mobilisasi militer yang lebih bisa disebut kudeta dan karena hasil dukungan rakyat dan para bangsawan.
2. Masa kecilnya yang bahagia karena di manja oleh ayahnya lalu berubah menjadi kelam karena tiba-tiba dijauhi oleh ayahnya lantaran Henry VIII tidak lagi mencintai Catherine dari Aragon, hal tersebut berimbas pada kepribadian Mary yang membuatnya menjadi agak kejam.
3. Perintah dia atas peraturan yang bernafaskan Katolik dan juga pernikahannya dengan Phillip dengan cepat meruntuhkan dukungan khalayak ramai Inggris
4. Eksekusinya terhadap para penganut protestan semata-mata bukan hanya karena dia antipati, sejarahwan memperkirakan bahwa sebenarnya dia toleran, hanya saja karena penentangan dari pihak reformis membuat dia melakukan eksekusi terhadap 300 orang yang menentangnya.
5. Pada dasarnya sebagian catatan tentang Mary I bersifat negatif, namun para sejarahwan modern menampik, umumnya setelah ditinjau kembali, dia dipandang sebagai Ratu yang mengesankan, dia lah yang merestrukturisasi ekonomi dan mereorganisasi militer selanjutnya, membangun kembali angkatan laut dan berhasil mengelola parlemennya.
6. Umumnya dia diingat akan sejarahnya yang buruk dalam bidang militer karena kehilangan Calais, namun perang dengan prancis ini tidak sepenuhnya dia kalah total, sebagai contoh, pada Agustus 1557 pasukan Inggris dan Spanyol menangkap Saint-Quentin, sebuah aksi di mana sekitar 3.000 tentara Prancis tewas dan 7.000 ditangkap, termasuk komandan mereka Anne de Montmorency.
7. Hubungan yang unik dengan adik perempuannya, Elizabeth I, ratu Inggris selanjutnya, hubungan mereka berdua agak unik karena disatu sisi mereka saling mendukung dan mengasihi, diawal suksesi, Elizabeth adalah salah satu yang mendukung secara penuh, bahkan berada disampingnya saat suksesi dilakukan, namun selanjutnya justru menjadi saling curiga, meski bagaimanapun juga, Mary tidak mengeksekusi ataupun menangkapnya, dia hanya memperketat dan mengurangi gerakannya dengan tahanan rumah. Hingga di ranjang kematiannya, Mary I akhirnya meletakan suksesi atas Elizabeth I, kelak dia lah yang melanjutkan dengan sukses semua usaha Mary membangun kembali kerajaan Inggris menjadi salah satu kekuatan terkuat di Eropa.