Ilustrasi dari zonasultra.com

Banjarmasin – Minggu malam (18/03/18), sekitar pukul 23.00, Tim Buru Sergap (Buser) Polsek Banjarmasin Utara menangkap MF (19), dan MD (21). Keduanya ditangkap di tempat yang berbeda. MF diciduk di kostnya di Sungai Miai. Sedangkan MD dijemput aparat di rumah orangtuanya di Kampung Melayu. Keduanya ditahan atas dugaan penganiayaan yang dilaporkan oleh korban yang berinisial HN (19).

Awal perkara terjadi pada malam Minggu. MF, MD dan HN berkumpul di kost MF sambil minum minuman yang beralkohol. Mungkin karena mabuk berat, sekitar pukul 23.00, HN berteriak-teriak dan mengamuk. Melihat hal itu, MF segera mendekap HN dengan kuat, sementara MD mengambil seember air untuk menyiram tubuh HN. Tujuannya agar HN bisa sadar dan tidak teriak-teriak lagi. Mereka khawatir warga akan berdatangan mendengar keributan itu. Mendapat siraman air, HN malah teriak-teriak lebih keras. Akhirnya MD naik pitam, lalu menyeret HN ke depan pintu, dan melayangkan 4 kali pukulan ke wajah HN.

Mendengar keributan itu, seorang tetangga datang melerai. Ia menyuruh MD untuk segera mengantar HN pulang ke rumahnya di Handil Bakti. Dalam perjalanan, tiba-tiba HN mencekik leher MD yang mengendarai motor. Merasa terancam, MD menabrakkan motornya, sehingga keduanya jatuh. Saat itulah terjadi pergumulan yang mengakibatkan gigi depan HN patah.

Kemudian MD pulang ke kost MF meninggalkan HN yang masih tergelatak di tanah. Merasa tidak enak, MD dan MF menyusul lagi ke tempat itu, namun HN tidak ditemukan. Menurut warga yang kebetulan ada di sekitar lokasi itu, HN sempat dikeroyok warga, dan kemudian dibawa ke kantor polisi.

Minggu siang, ternyata HN datang lagi ke kost MF bersama ayah dan pamannya. Katanya ingin berdamai dengan MD. Maka sekitar pukul 15.00 diadakan perdamaian secara nonformal tanpa ada hitam di atas putih, yang hanya dihadiri oleh MF, MD, HN serta ayah dan paman HN. Setelah itu, MF dan MD merasa lega dan tenang, sehingga tidak menduga kalau pada malam harinya akan ditangkap aparat.

Usut punya usut, ternyata HN telah melaporkan penganiyaan itu ke Polsek Banjarmasin Utara pada Minggu dini hari sekitar pukul 5, masih dalam kondisi mabuk. Melihat HN sempoyongan, maka dengan mudah polisi mengorek informasi dari HN. Bukan hanya masalah penganiayaan yang dialaminya, tapi juga kemungkinan kriminal lain yang pernah dilakukannya. HN pun dengan polos mengakui tindak pidana yang pernah dilakukannya, yang di antaranya adalah pencurian.

Mungkin telah menyadari bahwa pengakuan itu bisa membuatnya jadi tersangka dalam kasus pencurian, maka sejak Senin pagi HN pergi dari Kota Banjarmasin dan sulit untuk dihubungi lewat telepon. Padahal pihak pelaku (MF dan MD) serta keluarganya berharap HN dan keluarganya datang ke Polsek untuk mengadakan perdamaian, sekaligus meminta HN mencabut laporan pengaduannya itu.

Saat ini MD masih ditahan karena ia mengakui perbuatannya menganiaya HN, sedangkan MF dibebaskan, sebab tidak terbukti terlibat dalam penganiayaan itu.

Akankah HN yang saat ini berstatus sebagai korban pelapor, suatu saat nanti akan jadi tersangka dalam kasus pencurian yang diakuinya itu?
********