kampungan281Avatar border
TS
kampungan281
Anis Matta dan Zainuddin Van Der Wijck
Pada awalnya hanya hingga generasi kelahiran 70-an yang akrab dengan karya sastra dan roman, khususnya oleh penulis Indonesia. Tepatnya mulai dari Silent Generation, Baby Boomber Generation, hinga generasi X. Generasi setelah itu sangat jarang mengenal roman Balai Pustaka (Commissie Voor de Volkslectuur) dan Pujangga Baru. Kecuali mereka yang memang sedang melakukan studi sastra Indonesia.


Hingga awal tahun 80-an, banyak guru yang menuturkan kisah 1001 malam di sekolah, bahkan mengisahkan roman kepada muridnya, baik di sekolah dasar maupun di sekolah agama. Penuturan kisah itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para anak dan remaja tanggung masa itu, karena mereka jarang sekali dapat menyaksikan tayangan televisi, selain listrik juga masih menjadi barang langka di desa-desa mereka. Akan tetapi mulai akhir tahun 80-an, masa depan roman mulai terlihat buram, karena tayangan gambar hidup telah menggantikan posisinya. Tidak ada lagi anak yang berhasrat menulis sastra, kecuali hanya mengenalnya sepintas lalu di sekolah.

Namun sekarang dunia sastra Indonesia boleh berbangga, karena banyak karya roman lama yang diangkat ke tayangan sinetron dan layar lebar. Sebutlah Siti Nurbaya (1922) karya Marah Roesli, Sengsara Membawa Nikmat (1928) oleh Tulis Sutan Sati, Salah Asuhan (1928) Abdul Muis, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939) karya Hamka, dan banyak lagi karya-karya terkenal yang ditunggu kehadirannya di layar televisi dan bioskop tanah air.

Anis Matta seorang putra Bone, Sulawesi Selatan, waktu itu menonton film besutan Sunil Soraya, dan ternyata membawanya pada seruas kenangan masa lalu ketika ia kelas V sekolah dasar. Seorang guru menuturkan kisah Zainuddin dan Hayati dalam novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck karya Hamka. Selain kisah dalam novel itu cukup memikat, kepiawaian gurunya dalam menuturkan pada mereka, membuat suasana menjadi hening dan menegangkan. Hingga akhirnya hampir semua murid menyerah tunduk pada keharuan, dan menutup cerita hari itu dengan tetesan air mata. Apalagi sosok Zainuddin dalam roman itu berperan sebagai putra Bugis sama dengan dirinya, sehingga emosi Anis kecil semakin cepat berpacu masa itu.

Karena sering mendengarkan kisah roman yang dituturkan guru mereka, tak jauh berbeda dengan kebanyakan anak pada masa itu, Anis remaja pernah berkeinginan menjadi seniman setelah melahap beberapa novel sastra, termasuk Tenggelamnya Kapal Van der Wijck karya Hamka. Hingga tak berlebihan baginya menyatakan telah jatuh cinta pada sosok dan karya Buya Hamka, setelah Anis mendapat gambaran utuh dengan membaca langsung karya-karya sastrawan angkatan pujangga baru itu.

Kemampuan Hamka merajut tragedi menjadi sebuah kisah, menjadi perhatian Anis waktu itu, menurutnya seorang Hamka mampu membuat ketegangan menjadi sebuah roman yang bermakna. Kelindan konflik segitiga antara agama, adat dan cinta, dirajut Hamka menjadi sebuah karya sastra yang mendorong lahirnya transformasi budaya. Tak banyak orang yang mampu melakukannya, kecuali yang memiliki pengetahuan komprehensif seperti Hamka. Salah satu model yang menjadi panutan Anis dalam konteks intelektual. Buya Hamka baginya adalah sosok generalis, selain ulama, Hamka dikenal juga sebagai budayawan, sastrawan, sejarawan, politikus, dan sufi.

Tapi sayang, keinginan masa remaja Anis menjadi seorang seniman belum terwujud. Pusaran hidup melabuhkannya menjadi seorang intelektual, pengusaha dan politikus. Namun begitu, walau karirnya dalam politik tanah air sudah pada jenjang pinpinan DPR-RI dan pernah menjadi seorang presiden partai, perhatiannya pada seni tak pernah dapat ditinggalkannya. Pada beberapa kesempatan, Anis masih meluangkan waktu untuk membaca beberapa karya sastra dan mengapresisasi pertunjukan karya film anak negeri.

Film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck yang dirilis pada Desember 2013, membuat Anis tamasya pada penggalan masa lalunya. Ia teringat sosok Zainuddin pada novel Hamka, seorang pemuda Bugis yang berseteru dengan keras hatinya untuk mencintai perempuan pilihannya dari ranah Minang, kampung ayahnya sendiri. Namun akhirnya Anis Matta bisa tersenyum pada seorang Anis remaja yang berkeinginan menjadi seniman masa itu. Seolah senyumnya menegaskan bahwa ia telah mengalahkan Zainuddin Van der Wijck dalam kehidupan nyata, walaupun antara Anis dan Zainuddin adalah sama-sama putra Sulawesi Selatan.

Anis teringat salah satu kalimat Hamka dalam sebuah karyannya, “Anak lelaki tak boleh dihiraukan panjang, hidupnya ialah buat berjuang, kalau perahunya telah dikayuh ke tengah, dia tak boleh surut palang meskipun bagaimana besar gelombang. Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang”. Kalimat Buya Hamka ini seolah menjadi pemicu semangat bagi Anis muda waktu itu untuk bertarung dalam kehidupan nyata, jauh dari kampung halamannya.

Anis Matta berhasil mendamaikan tragedi konflik dalam Tenggelamnya Kapal Van der Wijck karya Hamka. Agama tetap diteguhkannya sebagai aqidah yang tak pernah bisa ditawar, hingga menjelang separuh abad kehidupannya di dunia. Islam yang mulai membentengi keyakinannya semenjak kecil, bahkan juga didalaminya semasa di pesantren, dijadikan putra Bone ini sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan.

Adat tidak pernah mengganjal perjalanannya, karena adat selalu dibawanya pergi sebagai seorang putra Bone, Sulawesi Selatan. Bahkan Anis kecil waktu itu harus berpindah ke Tual, sehingga kehidupan mulai mengajarinya tentang arti sebuah keberagaman dan membaur dengan adat tempatnya menetap. Berbeda dengan Zainuddin Van der Wijck, adat menjegalnya di tanah kelahiran Pandeka Sutan, almarhum ayahnya sendiri, yang memilih menikah dengan Daeng Habibah dan menetap di Makassar setelah menjalani pengasingan dari Cilacap.

Belajar dari kisah cinta menyakitkan yang ditanggung Zainuddin Van der Wijck, membuat Anis Matta mampu melabuhkan cintanya walau di tambatan hati seorang perempuan Hungaria sekalipun, hingga mereka melangsungkan pernikahan dalam kalungan syariah. Cinta dengan perempuan yang berbeda adat dan agama, Putra Bone yang telah diajarkan bersikap bhineka oleh kehidupan ini, mengajaknya masuk dalam kehidupan seorang Anis Matta setelah Szilvia Fabula menjadi mualaf.
0
1.3K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan