gatra.comAvatar border
TS
gatra.com
Tugu Ikan Belida dan Kota Palembang


Palembang, Gatra.com - Tugu Ikan Belida atau Belido senilai Rp 3,3 milyar telah berdiri kokoh di pelataran Benteng Kuto Besak (BKB), Palembang, sejak Oktober 2017 lalu. Ikon baru di kawasan pelataran Sungai Musi itu pun sempat menjadi tempat berfoto dan berkumpul pada malam pergantian tahun 2018 di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).

Bukan hanya tugu, pemerintah daerah ini juga percaya diri memasang replika ikan belida pada lampu-lampu penerangan di jalan protokol Kota Palembang. Beberapa gerbang perbatasan, seperti di Kabupaten Banyuasin dan Kota Palembang juga terdapat simbol ikan belida yang menguatkan jika dua daerah tersebut merupakan wilayah tempat hidup ikan dengan nama latin Chitala notopterus.Ikan belida sudah sangat populer di kalangan masyarakat sebagai bahan baku kuliner khas Palembang, seperti pempek, kerupuk, dan kemplang. Rasa ikan belida yang legit dan gurih menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmat ikan. Sayangnya, ikan yang sudah menjadi maskot Kota Palembang ini ternyata lebih banyak dipasok dari luar Bumi Sriwijaya, seperti Provinsi Jambi, Riau, dan Kalimantan.Internasional Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) menyebutkan ikan belida berstatus least concern (risiko rendah), belum masuk katagori punah, terancam punah atau rentan punah. Risiko rendah merupakan klasifikasi di bawah ketiga katagori tersebut.Namun peneliti dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan di Bogor, Mas Tri Djoko Sunarno menyatakan, ikan belida di Palembang terutama di beberapa anak Sungai Musi, sudah sangat sulit ditemukan."Mungkin bisa ditemui, misalnya di Sungai Muaro Belida, Kabuapaten Muara Enim, namun jumlahnya sudah dipastikan tidak sebanyak dulu. Saya lebih sepakat jika katagorinya sudah terancam punah, coba bandingkan data tangkapannya," kata Djoko akhir Desember lalu.Ikan dengan bentuk tubuh lempeng ini bisa ditemui di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Kalimantan dengan beberapa nama berbeda. Misalnya, ada yang menyebutnya ikan lopis dan di Kalimantan dinamakan ikan pipih.Ikan belida berdasarkan habitatnya juga terdistribusi luas di Mae Klong di Thailand arah timur ke cekungan Mekong. Di Myamar dan Filipina, ikan belida sudah dibudidayakan namun juga mengalami penurunan populasi. Data IUCN, rentang geografis ikan belida berada di negara Kamboja, Laos, Thailand, Vietnam, dan Thailand. Di sana, ikan belida juga diolah menjadi produk makanan. Ikan Belida memiliki alat bantu pernapasan seperti labirin untuk menyesuaikan hidup di habitat dengan kandungan oksigen yang rendah, seperti rawa dan rawa gambut. Beberapa habitat ikan belida terbanyak di Sumsel, di antaranya daerah aliran sungai (DAS) Musi bagian tengah seperti daerah Sungai Arisan Belida, Sungai Meriak, Patra, dan wilayah lain di Kabupaten Muara Enim, Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Komering Ulu (OKU), Banyuasin, Musi Banyuasin (Muba), dan Kota Palembang.Djoko menerangkan, siklus hidup ikan belida berada di dua habitat air berbeda. Saat musim hujan, ikan memilih menepi ke kawasan rawa untuk bertelur dengan mengandalkan asupan makan yang tersedia. Dengan ketinggian air rawa yang ideal, yakni sekitar 2-3 meter, ikan bertelur serta menempelkan telur-telurnya di semak, akar, dan batang serta dedaunan.Saat itu, ikan belida bereproduksi dan memakan ikan, serangga, plankton, perifiton hingga jenis udang, dan hewan air lainnya. "Ikan belida ini pemakan daging atau dikenal predator," katanya.Meski demikian, ikan belida memiliki tingkat reproduksi rendah. Satu kali masa bertelur, ikan hanya menghasilkan 1.000-5.000 telur (5% berat tubuh) ikan betina namun yang berhasil dewasa dan siap bereproduksi lagi hanya sebesar. 1%. "Siklus reproduksi ini mengakibatkan populasi ikan belida bisa dikategorikan terancam punah," ujarnya.Populasi Belida di Sumsel Menurun DrastisDjoko, peneliti dengan konsentrasi penelitian ikan belida menyabut populasi ikan belida di Sumsel turun drastis. Mendekati tahun 1998, di Palembang, ikan belida sudah tidak banyak dijual di pasar-pasar tradisional. Akibatnya, ikan yang biasa diolah menjadi makanan khas Kota Palembang ini lebih banyak dipasok dari luar Sumsel. "Rumah makan di Palembang saja, sudah 'impor' Ikan belida dari luar," ucapnya.Data Balai Riset Perikanan Perairan Umum tahun 2008, hasil tangkapan ikan belida di perairan umum Sumsel tahun 1987 sebanyak 1.055 ton. Setelah 10 tahun, produksi ikan belida menurun dratis, yakni hanya 463 ton. Perbandingannya, di Pulau Sumatera pada 1987, produksi ikan belida mencapai 1.824 ton dan 1998 menjadi 1.046 ton. Pada waktu itu pula, menjadikan Sumsel sebagai produsen ikan belida terbesar.Djoko membenarkan jika habitat ikan terutama kawasan rawa di Sumsel sudah jauh terdegradasi. Akibatnya, ikan belida tidak lagi memiliki habitat ideal untuk bertelur (menempelkan telurnya). Dahulu, kawasan anak sungai termasuk rawa gambut masih luas dengan konsentrasi air yang lebih baik. Saat hujan, ikan belida banyak bertelur dan menghasilkan anak."Jika rawa gambut sudah banyak beralih fungsi, jadi kebun sawit, atau peruntukan lainnya, maka tempat ikan belida bertelur semakin hilang, apalagi tingkat reproduksi ikan belida rendah," ungkapnya.Berdasarkan sebaran kawasan hidrologis (KHG) di Sumsel, termasuk Sungai Musi dan anak sungainya, ikan belida lebih banyak ditemui pada sungai-sungai di Kabupaten Ogan Ilir, Muara Enim, Musi Banyuasin. "Diperlukan upaya serius melestarikan ikan belida ini," katanya.Jadi Kuliner Khas, Belida Harus DilestarikanIkan belida membutuhkan upaya pelestarian terpadu, mengingat Kota Palembang atau Sumsel menjadikan ikan belida sebagai kuliner khas sehingga membutuhkan banyak pasokan. Di beberapa daerah selain Sumsel, ikan belida juga ditemukan tapi tidak diolah menjadi kuliner khas dalam produksi besar seperti halnya di Palembang."Hal tersebut yang menyebabkan kebutuhan ikan yang terus meningkat dan penangkapan ikan menjadi masif dilakukan. Sayangnya, ikan belida kurang terlestarikan. Semakin sedikit ditemukan, maka harganya semakin mahal," ujar Djoko.Di atas tahun 2002, Djoko bersama dengan pemerintah Palembang pernah menawarkan program konservasi (pelestarian) ikan belida di Palembang, seperti mendirikan “House Belida” yang berfungsi sebagai lokasi pengembangan ikan. "Saat berganti kepala daerah, programnya tidak ditindaklanjuti. Padahal banyak juga universitas di Sumsel dengan kajian program studi perikanan," ungkapnya.Sebaran ikan belida di Sumsel terbanyak berada di lima kabupaten yakni Musi Banyuasin, OKI, OKU, Musi Rawas, dan Muara Enim. Data Dinas Perikanan Sumsel pada 1990, lima kabupaten dengan produksi ikan terbesar di antaranya Muba sebanyak 58% atau 479,6 ton, di Kabupaten OKI (97,3%) atau 97,3 ton, OKU (5,5%) atau 45,4 ton, Musi Rawas sebanyak 11 ton atau (1,3%), dan Muara Enim 194 ton (23,4%).Pada abad ke-20, keberadaan ikan belida terus mengalami penurunan. Data Dinas Perikanan dan Kelautan Sumsel tahun 2016, jumlah tangkapan ikan belida di perairan umum hanya berada di dua kabupaten, yakni Kabupaten Banyuasin yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Muba dan Kabupaten Ogan Ilir.Total tangkapan di dua kabupaten di atas hanya 23,8 ton. Jumlah itu berasal dari Banyuasin sebanyak 12,1 ton  dan Ogan Ilir sebanyak 11,7 ton. Sedangkan tangkapan ikan belida yang berasal dari sungai dan danau hanya sebesar 0,1 ton di OKU Selatan.Rendahnya produksi ikan belida telah terjadi pada tahun 2015. Produksi ikan belida dari dua kabupaten tersebut sebanyak 24 ton. Jumlah tangkapan itu berasal dari Kabupaten Banyuasin dan Ogan Ilir masing-masing 12 ton.Plt Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sumsel, Widodo Sukrisna mengatakan, pihaknya sedang mengupayakan agar pada tahun 2018 ini terdapat program khusus pembudidayaan ikan-ikan asli Sumsel, termasuk ikan belida dan ikan tapah. Upaya pelestarian juga akan melibatkan banyak pihak, seperti universitas dan swasta."Upaya pelestarian harus dilakukan, mengingat jumlah ikan makin menurun namun programnya sedang dirancang bersama pemerintah pusat," ujarnya. Ia menambahkan, jika penurunan ikan belida juga disebabkan praktik lelang lebak lebung yang menggunakan alat tangkap yang dilarang.

Reporter: TasmalindaEditor: Iwan Sutiawan

Sumber : http://www.gatra.com/nusantara/sumat...kota-palembang

---

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.1K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan