Get Well Soon Penyiaran Indonesia
Nurisnaini
(Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

Media penyiaran memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat saat ini dikarenakan dari media penyiaran kita banyak mendapatkan informasi-informasi secara luas dan menyeluruh. Peran media penyiaran sangat penting untuk kehidupan masyarakat. Di Indonesia sendiri, media penyiaran tersebut terbagi menjadi dua yaitu penyiaran Televisi dan penyiaran Radio. Sebelum Indonesia memiliki media penyiaran televisi, penyiaran pertama di Indonesia adalah Radio. Terbukti dari jaman penjajahan dahulu, proklamasi disiarkan melalui media penyiaran radio.
Radio adalah media penyiaran yang memberikan layanan audio (suara) yang disiarkan melalui udara. Radio saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, awalnya radio tidak memakai sistem suara seperti saat ini, akan tetapi memakai sistem audio telegraf. Seiring berjalannya waktu, perkembangan media penyiaran radio semakin meluas. Semakin luas perkembangan radio, kini telah ada media penyiaran radio yang bersifat komunitas. Contohnya adalah radio komunitas buruh, petani, penggemar sepeda, etnis Dayak dan sebagainya. Menurut Suranto, sebagaimana dikutip oleh Joni Rahmat Pramudia dalam artikelnya yang berjudul Radio Komunitas Untuk Perluasan Pendidikan non Formal yang dimuat dalam jurnal Pendidikan Luar Sekolah, vol 4, No. 1 (2007), Media komunitas, secara sederhana biasanya didefinisikan sebagai media dari, oleh, dan untuk komunitas. Radio komunitas merupakan radio penyiaran yang didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial dengan daya pancar rendah, luas wilayah jangkauan terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Penyiaran ini dilakukan untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang meliputi budaya, pendidikan dan informasi yang menggambarkan identitas bangsa. Namun apabila kita lihat saat ini, kondisi penyiaran radio yang terjadi sekarang sangat memperihatinkan dan mengkhawatirkan. Para pendengar radio saat ini cenderung menurun meskipun popularitasnya masih terjaga, meskipun kejayaannya terus tergerus oleh televisi dan media online lainnya.
Memperihatinkan bukan berarti kondisi media penyiaran radio saat ini telah mati, akan tetapi lebih tepatnya adalah minat pendengar radio menurun daripada dimasa lalu. Sangat sedikit sekali orang yang mau mendengarkan radio karena berbagai alasan. Mendengarkan radio hanya dilakukan saat saat tertentu saja, seperti pada saat berkendara maupun pada saat santai dikantor/tempat kerja. Radio saat ini kalah pamor dari media-media yang berkembang saat ini, terlebih media penyiaran radio terkesan tidak menarik karena tidak memiliki bentuk visualnya, hanya audio yang didengar. Diperlukan kreasi dan inovasi program siaran, promosi, juga pengembangan jangkauan siaran dengan Radio Online, Streaming, atau Radio Internet.
Selain radio, Indonesia masih memiliki televisi sebagai media penyiaran saat ini. Televisi merupakan media yang sangat kuat dalam mempengaruhi khalayak. Televisi juga merupakan salah satu media yang paling lengkap karena selain memiliki unsur visual juga memiliki unsur audio yang dimunculkan secara bersamaan sehingga membuat gambar hidup secara nyata. Hal inilah yang sangat mempengaruhi masyarakat, karena mereka dapat melihat sekaligus mendengarkan informasi secara bersamaan.
Telah banyak kita ketahui bahwa sistem penyiaran di Indonesia sangat memperihatinkan dan perlu perhatian khusus dari pemerintah maupun masyarakatnya. Terutama pada penyiaran televisi yang saat ini, dimana penyiaran televisi saat ini sangat jauh lebih maju dari zaman sebelumnya. Terbukti dari penyiaran maupun dari sistem televisinya. Penyiaran televisi saat ini dapat menampilkan tayangannya hingga 24 jam nonstop. Selain jam tayang yang tidak ada habisnya sistem penyiaran televisi di Indonesia juga telah didukung dengan banyaknya channel yang menyediakan berbagai tayangan yang menghibur penontonnya. Hal inilah yang membuat penyiaran televisi menjadi sangat memperihatinkan karena semakin banyaknya tayangan-tayangan dari berbagai Channel televisi Indonesia yang sulit untuk di kontrol. Acara-acara sinetron yang tidak mendidik banyak sekali tayang di jam-jam yang tidak efektif.
Erica L. Panjaitan dalam buku Matinya Rating Televisi, menulis bahwa televisi hanya memperhatikan kejar tayang dan iklan. Semua stasiun televisi berduyun-duyun memproduksi program acara berita tanpa mengindahkan kaidah-kaidah jurnalisme. Dengan selalu memikirkan iklan (baca : Rating), kualitas dari sebuah program acara tidak menjadi prioritas utama, dan yang kemudian terjadi adalah kejar tayang (Erica L. Panjaitan, 2006 : 23). Akhir-akhir ini tayangan televisi di Indonesia juga sangat memerlukan perhatian khusus dari pemerintah. Tayangan yang ada di televisi saat ini banyak yang mengesampingkan pendidikan demi mementingkan rating dari tayangan tersebut. Hasilnya tayangan-tayangan yang kurang mendidik dan tidak layak disiarkan menjadi hal biasa didalam penyiaran televisi Indonesia. Demi sebuah rating, tayangan ditelevisi mampu melakukan segala cara agar tetap menjadi yang nomor satu. Bahkan saat ini, tayangan-tayangan yang kurang memiliki manfaat tetap disiarkan dan yang memperihatinkannya lagi, pemerintah maupun Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) kurang tegas dalam menanggapi hal tersebut.
Jam tayang yang tidak sesuai juga membuat pertelevisian Indonesia semakin miris dilihat. Padahal kita semua tahu bahwa jam tayang di televisi Indonesia 24 jam yang tidak menutup kemungkinan anak-anak bisa nonton kapanpun ia mau. Disini selain KPI dan Pemerintah, peran orang tua sangat diperlukan dalam mendampingi anak-anaknya saat menonton televisi. Jadi sesungguhnya yang memperihatinkan di penyiaran televisi saat ini adalah jam tayang yang tidak afektif serta pengawasan dari KPI.