zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Jelang Natal, RI Impor Lampu dan Kembang Api dari China
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan tren penurunan surplus neraca perdagangan yang terus berlanjut pada November 2017 menjadi US$130 juta. Kendati masih optimis neraca perdagangan Desember bakal surplus, BPS mewanti-wanti adanya tambahan impor barang konsumsi sebagai antisipasi perayaan Natal dan Tahun Baru.

“Bahkan di bulan November saja, kami mencatat sudah ada impor lampu natal dan kembang api dari China yang kemungkinan untuk keperluan Natal. Tapi jumlahnya masih belum signifikan,” ujar Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Jumat (15/12).

Suhariyanto memperkirakan, ekspor Desember sendiri akan membaik, tetapi peningkatan impor juga perlu diwaspadai.


Ia pun mengaku surplus neraca perdagangan memang terus mengalami tren penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Sepanjang tahun 2017, Indonesia hanya mengalami defisit satu kali, yakni pada bulan Juli dengan angka US$270 juta. Setelah itu, surplus neraca perdagangan tercatat di atas US$1 miliar dan kini angkanya turun ke angka US$130 juta.

Menurut Suhariyanto, menipisnya surplus disebabkan karena pertumbuhan impor tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspornya menuju akhir tahun. Di bulan Oktober, misalnya, impor bertumbuh 11,62 persen sementara ekspor hanya tumbuh 3,62 persen saja secara bulanan (month to month). Sementara itu, di bulan November, pertumbuhan impor tercatat 6,42 persen sementara ekspor hanya bertumbuh tipis 0,26 persen secara bulanan.

Meningkatnya harga minyak dunia, membuat impor migas juga semakin mahal. Namun, jika dilihat dari komposisi non-migas, ternyata barang modal menyumbang pertumbuhan tertinggi. Sehingga, ia berharap impor ini bisa meningkatkan produktivitas Indonesia.

“Tapi, penurunan surplus ini tentu saja harus menjadi perhatian pemerintah,” ungkap dia.
Lihat juga: Neraca Perdagangan RI Surplus Lagi di November

Sementara itu, Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengatakan, pelemahan surplus perdagangan masih akan membayangi Indonesia tahun depan. Ini sebagian besar dipengaruhi oleh sentimen eksternal seperti ramalan pelemahan ekonomi China hingga kebijakan proteksionisme yang dilakukan oleh Amerika Serikat.

Kondisi eksternal tentu tidak bisa dikendalikan pemerintah. Maka dari itu, ia berharap pemerintah bisa segera mengantisipasi pelemahan surplus ini dengan menjaga nilai tukar Rupiah. Sekadar informasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah 0,65 sepanjang tahun ini berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR).

“Salah satunya ya tentu dengan penguatan nilai Rupiah karena ini bisa berdampak ke neraca perdangangan. Kami anggap, masalah surplus ini benar-benar pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah,” tambahnya.

Kendati demikian, BPS mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$12.02 miliar sepanjang tahun 2017, atau lebih tinggi dibandingkan Januari-November 2016 yang sebesar US$9,53 miliar. Kondisi ini masih lebih baik dibandingkan tahun 2013 dan 2014, di mana neraca perdagangan tercatat defisit sebesar US$4,08 miliar dan US$2,2 miliar.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi...api-dari-china

impor gan
0
1.6K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan