Media IndonesiaAvatar border
TS
Media Indonesia
Tugas Besar Menangkal Radikalisme dan Intoleransi


MANTAN Ketua mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengajak masyarakat ikut menjaga kebersatuan Indonesia agar tidak dirusak oleh gerakan radikalisme seperti yang terjadi di Suriah dan Irak.



Hal tersebut disampaikannya dalam dialog 'Membumikan Wacana Kebinekaan Kita' sebagai rangkaian December Light Fest 2k17: Celebrate Our Diversity di Graha Pos Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (15/12).



Di tengah-tengah para peserta dialog Mahfud MD mengingatkan supaya masyarakat tidak tinggal diam membiarkan sekelompok kecil gerakan radikal mengganti dasar dan tata cara bernegara bangsa ini. Kendati begitu, ia masih optimistis karena banyak umat Islam Indonesia yang menentang gerakan-gerakan radikal di Indonesia.



"Gerakan intoleran dan radikal dari sekelompok kecil umat Islam ketika melakukan aksi kekerasan terhadap warga lainnya, yang melawan juga umat Islam, dari kelompok yang lebih banyak," ucap Mahfud MD.



Sementara itu, sosiolog Muhammadiyah Zuly Qodir ikut memberi perhatian fenomena yang sama di dunia maya.



"Tugas besar para kiai, pastur, pendeta dan pemimpin agama lainnya sekarang ini ialah melakukan counter di media sosial yang dipenuhi kebencian dan memecah-belah,” ujar akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tersebut.



Karena jika tidak, sambung Zuly, masyarakat kita menjadi resah dan membuat hubungan di tingkat bawah menjadi semakin tidak baik.



Narasumber lain, penghayat Sunda Wiwitan Dewi Kanti mengaitkan konteks Jawa Barat yang selalu dikenal sebagai wilayah intoleran sebagai hal yang wajar. Sebab, masyarakat Jawa Barat menurutnya cenderung permisif, adaptif dan terbuka terhadap apa pun yang datang dari luar.



“(Kendati itu bagus) tetapi sekaligus menjadi kelemahan karena masyarakat Jawa Barat kemudian melupakan nilai-nilai kultural aslinya,” ungkap Dewi Kanti.



Kondisi itulah yang bagi Dewi Kanti menyebabkan Jawa Barat mudah dikuasai budaya yang jauh dari nilai-nilai leluhur masyarakat Sunda itu sendiri yang sejatinya sangat toleran dan mencintai keberagaman.



Untuk itu ia menegaskan, kendati Sunda Wiwitan terus mengalami diskriminasi, para penghayat agama lokallah yang selama ini menjadi penguat karakter bangsa dan kearifan leluhur. Dari kearifan agama lokal itu, tidak saja Sunda Wiwitan tetapi juga agama-agama asli leluhur lainnya di Nusantara, nilai-nilai Pancasila dibumikan. (RO/X-12)


Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...nsi/2017-12-15

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Pariwisata Bali Lesu, Pastikan kembali Undang Para Konjen Asing

- RSUD Garut Rawat Tiga Pasien Terduga Difteri

- Romi Berharap Partai Pendukung Terima Hasil Konvensi Nanti

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
263
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan