BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Membandingkan banjir Jakarta

Pengendara sepeda motor melintasi banjir yang menggenangi kawasan Semanggi di Jakarta, Senin (11/12). Curah hujan Senin kemarin baru sepertiga dibanding curah hujan saat Jakarta dilanda banjir beberapa tahun lalu.
Hujan yang menerjang Senin (11/12/2017) lalu lumayan menghantam Jakarta. Kurang lebih tiga jam air merembes dari langit, membuat sebagian Jakarta terendam. BBC Indonesia menyebut, separuh Jakarta lumpuh karena banjir.

Beberapa jalanan dilaporkan berubah menjadi sungai dangkal. Wilayah Kemang, Kuningan, Sudirman dilaporkan terendam paling parah. Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan dilaporkan sebagai wilayah yang terparah dengan banjir setinggi 30-40 cm.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyebut, banjir itu terjadi karena proyek pembangunan infrastruktur.

Anies menilai, banjir seperti di jalan Gatot Subroto, Kuningan atau wilayah selatan terjadi karena sebagian dari saluran air terhambat oleh proyek yang sedang berjalan. "Baik (proyek) MRT, LRT, maupun proyek yang lain," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Selasa (12/12/2017) seperti dinukil dari Kumparan.

Curah hujan selama Senin siang-sore itu sebenarnya tak begitu tinggi. Menurut Sutopo Purwo, Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia, curah hujan Senin kemarin paling tinggi hanya 83 mm di wilayah Kemayoran.
Hujan deras yang menyebabkan banjir/genangan di Jakarta pada 11/12/2017 ternyata jauh lebih kecil dibandingkan hujan yang pernah menyebabkan Jakarta banjir besar. Hujan di Pasar Minggu pada 10/2/1996 = 300 mm/hari, di Ciledug 1/2/2007 = 340 mm/hari. Kemarin hanya 83 mm saja. [URL="https://S E N S O RXNoHNtHXNt"]pic.twitter.com/XNoHNtHXNt[/URL]
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) December 11, 2017
Sebaran hujan sejak Senin pagi hingga Selasa pagi juga tak merata. Hujan lebat terjadi di bagian utara, tengah, dan selatan. Hujan paling lebat terjadi di daerah Pakubuwono, Jakarta Selatan yang curahnya mencapai 116 mm.
Inilah sebaran curah hujan yang menyebabkan banjir/genangan di Jakarta 11/12/2017. Jika dibandingkan dengan hujan yang pernah menyebabkan Jakarta banjir besar seperti di Pasar Minggu pada 10/2/1996 = 300 mm/hari, di Ciledug 1/2/2007 = 340 mm/hari. Hujan kemarin lebih lebih kecil. [URL="https://S E N S O RFdVsMkElsA"]pic.twitter.com/FdVsMkElsA[/URL]
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) December 12, 2017
Jika dibandingkan dengan banjir-banjir Jakarta sebelumnya, curah hujan Senin kemarin masih kecil.

Jakarta tercatat beberapa kali diterjang banjir besar. Salah satunya adalah banjir pada 1996. Saat itu di Pasar Minggu, Jakarta, curah hujan mencapai 300 mm per hari.

Sutopo pernah meneliti kaitan antara curah hujan dan banjiri di Jakarta. Judulnya, 'Evaluasi dan Analisis Curah Hujan sebagai Faktor Penyebab Bencana Banjir Jakarta'.

Menurut data penelitian Sutopo, tahun 1996 adalah tahun yang basah buat Jakarta. Curah hujan tahun itu tertinggi sepanjang 1989-1999. Bulan Januari dan Februari puncak-puncaknya hujan di Jakarta.

Penelitian itu juga mengungkap, banjir besar pada 27 Januari-1 Februari 2002, terjadi karena curah hujan yang tinggi.

Curah hujan tinggi itu bukan hanya menyerang Jakarta. "Namun juga di daerah penyangganya. Curah hujan dengan intensitas besar dan durasi lama," tulis Sutopo.

Pada tahun itu, tanggal 29 Januari menjadi puncak hujan tertinggi.

Padahal saat ini musim hujan diprediksi belum sampai puncaknya. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memprediksi puncak musim hujan di Indonesia terjadi pada Januari 2018.

"Prediksi kami, puncak musim hujan bisa selama tiga bulan ke depan (sampai Februari)," kata Dwi, Kamis (28/11/2017) seperti dipetik dari detikcom.

Dwi mengatakan, selama tiga bulan intensitas dan tingkat curah hujan di Indonesia akan semakin tinggi.

Di Jakarta, hingga lima hari ke depan, diprediksi akan hujan lebat.

"Diprediksi hujan yang lebih didominasi dengan intensitas lebat hingga sangat lebat dalam hitungan jam terjadi hingga lima hari ke depan," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG Hary Tirto Djatmiko, Selasa (12/12/2017) seperti dikutip dari Beritajakarta.id.

Hary mengimbau, bagi warga yang tinggal di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Barat agar mewaspadai kondisi cuaca tersebut.

Menurut Sutopo, siapapun Gubernur Jakarta, akan sulit menuntaskan masalah banjir. Kenapa sebabnya? Perubahan tata ruang wilayah tinggal menjadi pangkal.

Dari citra satelit 1972-2014 menunjukkan, konversi lahan hijau menjadi kawasan tinggal membuat daerah hijau makin sedikit.
Jakarta rawan banjir sejak jaman VOC-sekarang. Ancaman banjir makin meningkat seiring landuse change di Jabodetabek. Lihat citra satelit 1972-2014, warna merah adalah kawasan terbangun, hijau pepohonan. Siapapun yang menjadi Gubernur DKI Jakarta akan sulit menuntaskan banjir. [URL="https://cumaH8Cu2V35R"]pic.twitter.com/aH8Cu2V35R[/URL]
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) December 12, 2017
Dengan kondisi ini, banjir memang muskil dilenyapkan. Hujan memang tak bisa dicegah, tapi tanah bisa dikelola.

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, dalam tiga tahun ini, tren pengelolaan banjir makin bagus. Sejak 2014 hingga 2016, genangan air makin cepat susut.

Pada 2014, genangan air baru susut lebih dari sepekan. Sedang tahun lalu, air susut tak sampai dua hari.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...banjir-jakarta

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Belanja pilkada bisa naikkan pertumbuhan ekonomi 2018

- Vaksin difteri di antara KLB dan sertifikasi halal

- Bioskop dibuka lagi di Arab Saudi mulai 2018

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
19.9K
128
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan