gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
Perfilman Indonesia 2017 : Terjebak Nostalgia



Tahun 2017 hampir usai. Catatan manis ditorehkan perfilman nasional tahun ini. Horor mendominasi perfilman nasional dengan sensasi media sosial muncul di kuartal terakhir tahun ini. Seperti apakah keadaan perfilman Indonesia tahun 2017?

Klik gambar untuk menuju sumber gambar

Statistik

Menurut situs filmindonesia.or.id, ada 110 judul film nasional yang tayang di bioskop tahun ini. Genre horor berkontribusi sebanyak 25 judul. 10 film terlaris Indonesia tahun ini meraih
23.953.602 penonton secara keseluruhan. Angka ini menurun 12,10% dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 27.251.045 penonton. Dari jumlah penonton, Pengabdi Setangarapan Joko Anwar menjadi pemenang dengan 4.206.103 penonton. Dengan asumsi harga tiket sebesar Rp37.000 / lembar, kemungkinan pendapatan kotor yang diraih film garapan sutradara kelahiran 3 Januari 1976 ini mencapai sekitar Rp155,63 miliar.


Dominasi horor

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, Pengabdi Setan garapan sutradara Joko Anwar menjadi juara tahun ini dengan 4,2 juta penonton selama 48 hari penayangannya di bioskop Indonesia (28 September - 15 November 2017). Angka ini memang merupakan penurunan sekitar 38,7% dari rekor yang tercetak di tahun 2016 oleh Warkop DKI : Jangkrik Boss Part 1. Namun, pencapaian ini membuktikan bahwa film horor yang dikemas dengan baik dan oleh orang yang tepat akan mampu membuahkan kesuksesan tanpa mengorbankan kualitas. Film yang merupakan versi baru dari film berjudul sama buatan tahun 1980 ini bahkan akan diputar juga di beberapa negara lain seperti Malaysia dan Polandia.
Kualitas film yang mempopulerkan tren “Ibu” ini dibuktikan dengan pencapaian di Festival Film Indonesia 2017 pada 11 November silam. Dari 13 nominasi yang didapat, film ini memenangi 6 nominasi, yaitu Pengarah Sinematografi Terbaik, Pengarah Artistik Terbaik, Penata Efek Visual Terbaik, Penata Suara Terbaik, Penata Musik Terbaik, dan Pemeran Anak Terbaik.
Keberhasilan Pengabdi Setan menjadi film horor terlaris tahun ini melengkapi catatan apik genre yang satu ini sepanjang 2017. Menurut situs filmindonesia.or.id, 3 dari 5 film Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak tahun 2017 adalah film horor. Pada 2016 silam, tidak ada satu pun film horor yang masuk 5 besar bahkan 10 besar sekalipun. Film horor terlaris 2016, The Doll, bahkan hanya sanggup menyedot setengah juta penonton dan bertengger di posisi ke-15. 5 besar film terlaris tahun lalu semuanya adalah film komedi, dengan satu film komedi bercampur thriller di posisi ke-5.
Dengan 4.2 juta penonton pula, Pengabdi Setan secara resmi menjadi film horor terlaris sepanjang sejarah perfilman Indonesia. Rekor sebelumnya dicetak oleh Danur : I Can See Ghosts, hanya 6 bulan sebelumnya. Dengan jumlah penonton sebanyak itu, rasanya rekor ini akan sulit dipatahkan hingga beberapa tahun ke depan.
Film ini merupakan proyek impian Joko Anwar sejak dulu. Konon, ia butuh waktu 10 tahun untuk meyakinkan Rapi Films agar ia bisa membuat kembali film ini.

Adaptasi

Seperti tahun-tahun sebelumnya, cerita adaptasi dari novel laris masih menjadi andalan beberapa produser Indonesia dalam meraup penonton. Tahun lalu, My Stupid Boss karya chaos@work diadaptasi ke layar lebar dengan Bunga Citra Lestari dan Reza Rahadian sebagai bintang utama. Film ini meraih 3,05 juta penonton dan keluar sebagai juara ketiga dalam perolehan penonton tahun lalu. Tahun ini, ada Moammar Emka's JAKARTA UNDERCOVER yang merupakan adaptasi dari novel yang berjudul sama karya Moammar Emka. Lalu ada pula After School Horror 2 dari novel karya Nana Praptini, Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Darmono, Petak Umpet Minako karya @manhalfgod, Filosofi Kopi the Movie 2 : Ben & Jody karya Dewi Lestari, Danur : I Can See Ghosts karya Risa Saraswati, Critical Eleven karya Ika Natassa, dan Ayat-ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El-Shirazy.
Tak hanya novel, film asing dan cerita dalam jaringan pun juga dibuatkan versi film nasionalnya tahun ini. Pada Juni, muncul Sweet 20 yang merupakan adaptasi film Korea Selatan tahun 2014 berjudul Miss Granny. Bulan November, Keluarga Tak Kasat Mata yang berawal dari sebuah thread di forum SFTH Kaskus dirilis ke layar lebar.

Terjebak Nostalgia

Bernostalgia kadang-kadang bisa menyenangkan dan memberikan perasaan bahagia dalam sanubari kita. Itu pula yang mungkin ada di benak sineas dan produser film IndonesIa setahun ke belakang. Saat ini, sedang muncul sebuah tren di industri perfliman nasional. Film-film lawas, tentu saja yang sukses besar di masanya, dihadirkan kembali dengan konsep baru zaman kini. Ada tiga formula yang digunakan dalam meraih pendapatan dengan menggunakan nostalgia penonton : Remake, Reboot, dan sekuel yang dirilis baru beberapa tahun kemudian. Ada Apa Dengan Cinta 2 yang rilis 2016 lalu menggunakan formula ketiga. Film pertamanya, Ada Apa Dengan Cinta? dirilis awal Februari 2002 silam dan menjadikan Cinta dan Rangga idola remaja se-Indonesia dan menciptakan tren membacakan puisi. Penggemarnya harus rela menunggu selama 14 tahun guna menunggu bagaimana kisah Cinta dan Rangga akan berujung.
Setelah tahun lalu, kisah humor Warkop DKI dihadirkan dalam format baru dan meraih kesuksesan besar, beberapa film lawas juga dihadirkan kembali dengan menggunakan formula pertama tahun ini. Sebut saja Jomblo (2006), Hantu Jeruk Purut (2006), Jailangkung (2001), dan Gita Cinta dari SMA (1979). Semua film tersebut, kecuali Gita Cinta dari SMA, disutradarai oleh orang yang sama dengan film pertamanya. Jailangkung versi 2001 maupun 2017 sama-sama disutradarai oleh Rizal Mantovani dan Jose Purnomo. Gita Cinta dari SMA diubah judulnya menjadi Galih dan Ratna yang merupakan karakter utama film ini.
Pengabdi Setan menggunakan formula kedua yang agak berbeda. Premis yang digunakan tetap sama : Teror dan gangguan supranatural yang dialami sebuah keluarga setelah kematian sang ibu. Namun, karakter dan alur cerita sedikit dimodifikasi. Sebagai contoh, ada karakter nenek yang tidak ada di film tahun 1980.
Sementara itu, film yang menggunakan formula ketiga adalah Ayat-ayat Cinta 2. Film pertamanya rilis 2008 silam. Namun, tren ini bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Di Amerika Serikat, beberapa film lawas juga dibuatkan versi barunya.

Prediksi tren tahun 2018
Untuk tahun 2018, penulis memprediksi bahwa genre horor masih akan mendominasi perfilman nasional mengingat tahun ini telah muncul beberapa film horor dengan kualitas yang mumpuni. Produser masih akan menilai horor sebagai tema yang menjanjikan. Terlebih, masih ada novel bergenre horor yang belum dijadikan film. Tema drama remaja juga masih akan populer.


Demikian thread dari saya kali ini. Film bukan hanya menjadi salah satu sarana hiburan bagi masyarakat. Tetapi juga menjadi alat untuk menyebarkan nilai dan pesan, merekam suatu tren dan hal yang populer di suatu masa, dan menjadi cara untuk menyampaikan kritik. Terima kasih telah membaca dan semoga hari Anda menyenangkan.


Referensi I
Referensi II
Referensi III
Referensi IV
Referensi V
Referensi VI
Referensi VII
Referensi VIII
Referensi IX
Referensi X
Referensi XI

Apresiasi dari Kaskuser








Diubah oleh gilbertagung 13-12-2018 09:04
0
16K
92
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan