- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Kekoreaan
Suku Cia Cia Di Sulawesi Menggunakan Aksara Korea Sebagai Bahasa Mereka
TS
rwu777
Suku Cia Cia Di Sulawesi Menggunakan Aksara Korea Sebagai Bahasa Mereka
Quote:
Ada sebuah kota di Sulawesi yang ternyata masyarakatnya punya tradisi unik dalam berkomunikasi.
Masyarakat ini ada di Kota Bau-Bau, Kepulauan Buton, Sulawesi Tenggara.
Mereka menggunakan Bahasa Cia-cia saat berkomunikasi kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, saat menulis masyarakat di sini menggunakan huruf Korea atau yang disebut dengn aksara Hangeul.
Bahasa Cia-cia atau Bahasa Buton Selatan ialah sejenis Bahasa Austronesia.
Pada tahun 2009, bahasa ini menarik perhatian dunia ketika Kota Bau-Bau menerima tulisan Hangul Korea untuk dijadikan sistem tulisan Bahasa Cia-Cia.
Dulu, penulisan Bahasa Cia-Cia menggunakan sejenis abjad Arab yang tidak memakai tanda untuk bunyi vokal atau disebut arab gundul.
Tapi, sistem penulisan yang tidak tepat membuat bahasa asli daerah ini nyaris punah.
Banyak kalimat atau kata yang tidak bisa ditulis.
Jika bahasa Cia-cia ditulis menggunakan aksara Arab gundul, akan berbeda makna setelah diucapkan.
Hanya dengan aksara Hangeul Korea semua bunyi itu bisa ditulis.
Hal ini bermula dari hubungan kerja sama antara Pemerintah Kota Bau-Bau dan Kota Seoul, ibu kota Korea Selatan.
Suku Cia-cia yang tinggal di pulau Buton sebagian besar bermata pencaharian petani, sebagiannnya lagi nelayan.
Meskipun belum banyak terjadi modernisasi, tapi nama-nama jalan, nama sekolah, atau instansi pemerintah lainnya ditulis dengan aksara Hangeul.
Plang-plang jalan di kota Bau-Bau banyak yang memakai abjad Hanguel.
Bahasa Cia-Cia dengan huruf Korea masuk dalam kurikulim pendidikan sebagai muatan lokal.
Huruf ini dipelajari mulai dari tingkat SD hingga SMA.
Bahkan, beberapa guru dari Korea didatangkan langsung ke Bau-Bau untuk mengajarkan huruf Haenggul.
Sejak saat itulah nama Cia-Cia populer di Korea.
Beberapa siswa, guru, masyarakat Cia-Cia, serta pihak Pemerintah kota Bau-Bau pun pernah diundang langsung ke Korea untuk mempromosikan kemampuan menuliskan huruf Hanggeul dalam bahasa Cia-Cia.
Dalam sebagian besar sejarahnya, rakyat Korea selalu menulis dengan aksara China (Hanja). Karena bahasa tutur kedua bangsa ini berasal dari keluarga yang berbeda, bahasa Korea tidak bisa secara tepat diungkapkan dalam aksara China.
Walau tidak nyaman, namun di abad pertengahan kaum bangsawan Korea (yangban) tetap mendukung penggunaan hanja secara teguh.
Raja Korea Sejong adalah seorang pemimpin sekaligus ilmuwan, dan pelopor budaya. Melalui upaya keras bertahun-tahun, ia meneliti unit dasar Bahasa Korea menggunakan kemampuannya sendiri tentang kebahasaan dan akhirnya berhasil menuangkannya dalam bentuk aksara Hangul.
Masyarakat ini ada di Kota Bau-Bau, Kepulauan Buton, Sulawesi Tenggara.
Mereka menggunakan Bahasa Cia-cia saat berkomunikasi kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, saat menulis masyarakat di sini menggunakan huruf Korea atau yang disebut dengn aksara Hangeul.
Bahasa Cia-cia atau Bahasa Buton Selatan ialah sejenis Bahasa Austronesia.
Pada tahun 2009, bahasa ini menarik perhatian dunia ketika Kota Bau-Bau menerima tulisan Hangul Korea untuk dijadikan sistem tulisan Bahasa Cia-Cia.
Dulu, penulisan Bahasa Cia-Cia menggunakan sejenis abjad Arab yang tidak memakai tanda untuk bunyi vokal atau disebut arab gundul.
Tapi, sistem penulisan yang tidak tepat membuat bahasa asli daerah ini nyaris punah.
Banyak kalimat atau kata yang tidak bisa ditulis.
Jika bahasa Cia-cia ditulis menggunakan aksara Arab gundul, akan berbeda makna setelah diucapkan.
Hanya dengan aksara Hangeul Korea semua bunyi itu bisa ditulis.
Hal ini bermula dari hubungan kerja sama antara Pemerintah Kota Bau-Bau dan Kota Seoul, ibu kota Korea Selatan.
Suku Cia-cia yang tinggal di pulau Buton sebagian besar bermata pencaharian petani, sebagiannnya lagi nelayan.
Meskipun belum banyak terjadi modernisasi, tapi nama-nama jalan, nama sekolah, atau instansi pemerintah lainnya ditulis dengan aksara Hangeul.
Plang-plang jalan di kota Bau-Bau banyak yang memakai abjad Hanguel.
Bahasa Cia-Cia dengan huruf Korea masuk dalam kurikulim pendidikan sebagai muatan lokal.
Huruf ini dipelajari mulai dari tingkat SD hingga SMA.
Bahkan, beberapa guru dari Korea didatangkan langsung ke Bau-Bau untuk mengajarkan huruf Haenggul.
Sejak saat itulah nama Cia-Cia populer di Korea.
Beberapa siswa, guru, masyarakat Cia-Cia, serta pihak Pemerintah kota Bau-Bau pun pernah diundang langsung ke Korea untuk mempromosikan kemampuan menuliskan huruf Hanggeul dalam bahasa Cia-Cia.
Dalam sebagian besar sejarahnya, rakyat Korea selalu menulis dengan aksara China (Hanja). Karena bahasa tutur kedua bangsa ini berasal dari keluarga yang berbeda, bahasa Korea tidak bisa secara tepat diungkapkan dalam aksara China.
Walau tidak nyaman, namun di abad pertengahan kaum bangsawan Korea (yangban) tetap mendukung penggunaan hanja secara teguh.
Raja Korea Sejong adalah seorang pemimpin sekaligus ilmuwan, dan pelopor budaya. Melalui upaya keras bertahun-tahun, ia meneliti unit dasar Bahasa Korea menggunakan kemampuannya sendiri tentang kebahasaan dan akhirnya berhasil menuangkannya dalam bentuk aksara Hangul.
Quote:
Sumber:
http://travel.tribunnews.com/amp/2016/08/24/cia-cia-buton-sulawesi-inilah-satu-satunya-suku-di-indonesia-yang-fasih-bahasa-korea
Diubah oleh rwu777 10-12-2017 13:06
0
5K
Kutip
30
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan