Media IndonesiaAvatar border
TS
Media Indonesia
Penggunaan Obat Antiinflamasi Nonsteroid Harus Bijak


OBAT-OBATAN analgetik dianggap tidak cukup untuk mengatasi rasa nyeri. Dalam beberapa kasus dibutuhkan obat antiinflamasi nonsteroid atau lebih dikenal dengan non-steroidal anti-inflamatory drugs (NSAID).



Sayangnya, meskipun bermanfaat untuk meredakan rasa nyeri, NSAID mempunyai efek samping, di antaranya dapat menyebabkan kelainan kardiovaskular, gagal ginjal, bahkan pendarahan lambung.



Oleh karena itu, penggunaan NSAID harus dilakukan selektif dengan memperhatikan faktor risiko pada pasien.



"Kita tidak boleh sembarangan. Kita harus dengan bijak menilai keadaan pasien sebelum memberikan NSAID," kata Herman Wihandojo dari Rumah Sakit (RS) Mitra Keluarga Bekasi Barat dalam seminar bertajuk A Current Perspective on pain Control with NSAID's di Auditorium RS tersebut, akhir pekan lalu.



Pemakaian NSAID secara terus-menerus, ujarnya, tidak dianjurkan. Selain itu, penggunaannya harus diikuti pantauan ketat dari dokter. Ia menjelaskan awalnya obat-obatan NSAID yang bersifat nonselektif digunakan secara luas sehingga meningkatkan angka kematian pada pasien. Namun, belakangan telah ditemukan generasi NSAID terbaru yang memiliki sifat selektivitas serta memiliki efek samping yang cenderung ringan.



"Walaupun dikatakan selektif, tidak benar-benar 100% aman karena masih mungkin terjadi efek samping dan reaksinya berbeda-beda pada setiap individu," tutur Herman.



Risiko komplikasi



Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko efek samping atau menghindari terjadinya komplikasi, sebelum memberikan NSAID, dokter harus memperhatikan sejumlah faktor risiko yang dimiliki pasien, di antaranya ada atau tidaknya riwayat penyakit lambung pada pasien. Selain itu, faktor usia tua.



NSAID, sambung Herman, juga dapat meningkatkan risiko komplikasi jantung dan pembuluh darah, terutama pada pasien yang memiliki gangguan jantung dan pembuluh darah. Ada atau tidaknya kelainan hematologi patut juga diperhatikan.



Ia juga mengungkapkan NSAID umumnya digunakan untuk pasien dengan penyakit kronis seperti autoimun ataupun kanker. "Kita harus melihat pasien ini sakit sekali karena apa. Apa penyakit dasar yang membuat pasien merasa nyeri. Misalnya karena rheumatoid arthritis (radang, rasa nyeri, kaku, dan bengkak pada sendi karena penyakit autoimun), mau tidak mau kita berikan NSAID. Namun, berapa lama dan faktor risikonya harus kita pertimbangkan," papar dia.



Di Indonesia, tutur Herman, baru ada dua obat NSAID yang dapat digunakan yaitu jenis etoricoxib dan celecoxib. Namun, belum ada penelitian yang membandingkan jenis mana yang lebih sedikit efek sampingnya. Bagi golongan pasien berisiko, Herman mengajurkan sebaiknya dipertimbangkan pemberian obat pereda nyeri yang bukan NSAID.



Turunkan efek opioid



Pada kesempatan yang sama, Harjanto Effenfi menyampaikan rasa nyeri sangat mengganggu pasien. Oleh karena itu, pain management (manajemen nyeri) banyak dikembangkan. Tidak terkecuali di bidang ortopedi dan traumatologi, khususnya untuk mengurangi rasa nyeri pascaoperasi.



"Pascaoperasi sering terjadi kerusakan jaringan dan inflamasi sehingga pasien butuh obat pereda nyeri," ujarnya. Ia lebih jauh menjelaskan pemberian obat pereda nyeri dapat menurunkan efek opioid yang biasa digunakan dalam anestesi. Saat ini, ujar Harjanto, telah dikembangkan manajemen nyeri dengan metode multimodal analgesia atau pemberian beberapa macam obat yang mekanismenya berbeda-beda. "Tujuannya untuk mengurangi pemakaian opioid," imbuhnya.



Jika menggunakan NSAID, Harjanto menekankan agar dokter memperhatikan tingkat nyeri pasien. Apabilanya nyeri ringan sebaiknya diberikan NSAID dengan dosis rendah, misalnya parasetamol yang efek sampingnya sangat rendah.



Direktur RS Mitra Keluarga Arina Yuli Roswiyati menambahkan pain management menjadi salah satu elemen penting dalam standar penilaian akreditasi rumah sakit. Pasien dengan keluhan nyeri, terutama nyeri kronis, harus mendapatkan penanganan yang tepat.



Oleh karena itu, dalam rangka sosialisasi manajemen nyeri dan meningkatkan kompetensi para dokter, RS Mitra Keluarga Bekasi Barat menyelenggarakan seminar dan workshop bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia dan Perhimpunan Dokter Umum Indonesia dengan topik A Current Perspective on pain Control with NSAID's.



"Seminar ini bertujuan membantu penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan bagi para dokter," ujar Arina. (H-2)






Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...jak/2017-11-29

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Anemia Bikin IQ Anak Rendah

- Separuh TKI Lewat Jalur tidak Resmi

- Pijaran Api Terus Terlihat di Puncak Kawah

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
615
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan