Media IndonesiaAvatar border
TS
Media Indonesia
Nestapa Janda Pengungsi Rohingya, Berakhir di Pangkuan Sindikat Perdagangan Manusia


JANDA dan sebatang kara, Umme Kulthum, 21, berharap bisa memulai hidup baru di Bangladesh. Namun sejak melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya dari tindakan brutal aparat keamanan Myanmar, ia justru dimangsa sindikat perdagangan manusia.



Ia menjadi korban dari apa yang oleh kelompok bantuan dan pejabat gambarkan sebagai momok perdagangan manusia yang terus berlanjut yang menargetkan pengungsi.



Perempuan dan anak-anak yang merupakan mayoritas dari lebih 600.000 muslim Rohingya yang telah melarikan diri dari kejaran militer Myanmar ke negara tetangga Bangladesh. Banyak dari mereka hanya membawa pakaian di badan.



Diimpit kebutuhan hidup di tempat baru di dekat perbatasan tanpa prospek kerja, para pengungsi berjuang menjalani apa pun yang bisa mereka lakukan untuk bisa bertahan hidup. Banyak yang telah menjadi korban perdagangan manusia, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).



Kulthum adalah salah satu dari korban itu. Ia kehilangan suaminya dalam kekerasan etnis yang merobek-robek Negara Bagian Rakhine, Myanmar, tahun ini.



Terpisah dari orangtua dan anak-anaknya selama perjalanan ke Bangladesh, dia didatangi oleh seorang pria Rohingya setelah tiba di Kutupalong, sebuah kamp raksasa yang menampung ratusan ribu pengungsi.



Si pria menawarkan diri untuk menikahinya dengan menawarkan masa depan yang lebih cerah dari kemelaratan kamp dan kesempatan untuk membuang jauh kenangan buruknya.



Tapi pasangan itu tak kunjung menikah. Sebaliknya, Kulthum--bukan nama sebenarnya--mengatakan bahwa dia dibawa ke rumah bordil. Di sana ia dicekoki methamphetamine dan dipaksa berhubungan seks dengan tujuh orang pria setiap hari.



Belakangan ia sadar bahwa si pria yang berjanji untuk menikahinya telah dibayar 8.000 taka (Rp1,3 juta) sebagi imbalan telah membawanya ke rumah bordil itu.



"Saya sangat takut, tapi sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi," ujarnya di distrik perbatasan Cox's Bazar. "Saya dijual untuk menjadi pramuria," ujarnya sambil menangis mengingat cobaan tersebut.



IOM mencatat gadis-gadis muda khususnya berisiko menjadi mangsa perdagangan manusia. Lembaga ini mendokumentasikan banyak kasus pengungsi yang terpikat dengan janji pernikahan atau pekerjaan di kota-kota besar. Namun mereka ujung-ujungnya dipaksa terlibat prostitusi.



"Dalam satu kasus, sejumlah gadis remaja, yang dijanjikan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Cox's Bazar dan Chittagong, dipaksa melakukan pramuriaan," kata IOM dalam sebuah pernyataan pekan ini.



Jaringan perdagangan manusia telah berkembang seiring populasi pengungsi yang telah meningkat dan mereka menyebar luas di kamp-kamp. Bangladesh telah menempatkan unit kepolisian teratasnya, Batalyon Aksi Cepat, ke Cox's Bazar untuk menindak pelaku perdagangan manusia.



"Para pedagang manusia tidak berdiam diri, mereka menargetkan perempuan dan anak-anak, terutama mereka yang datang sendiri," ujar kepala batalyon di Cox's Bazar, Mayor Ruhul Amin. (AFP/OL-3)


Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...sia/2017-11-17

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Belasan Penyidik

- Mahfud Tegaskan Sikap Politik KAHMI

- DPP Golkar Bahas Kasus Novanto Pekan Depan

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
456
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan