Gue duduk di pinggiran sebuah sungai kecil. Di depan gue, senja pun merona. Langit tampak jingga kemerahan.

Gue bertanya pada diri gue sendiri. Apa perbedaan antara dia dengan sang senja?

Lalu gue menjawab, tak ada..

Bagi gue, dia sama seperti senja. Yang selalu menerangi hari gue, juga terus menghangatkan diri gue dalam dekapnya. Tapi layaknya sang senja, ada kalanya gue tak selamanya bisa bersamanya. Mungkin gue masih bisa memandanginya setiap hari tapi sekarang, mustahil buat gue untuk mengharap sinar dan keindahannya lagi.



Perkenalkan, gue adalah seorang laki-laki yang saat ini berusia jauh lebih tua dari Bastian Steel. Cerita ini bersetting di sebuah kota yang berada di bagian selatan ujung pulau Sumatera. Saat cerita ini berawal, gue masih berada di fase seorang remaja, tepatnya di kelas 2 SMA.

Untuk mempermudah kalian mendapatkan feel cerita, gue akan sedikit memberi ilustrasi tokoh, termasuk gue sendiri. Gue tergolong remaja berpostur menjulang untuk ukuran orang Indonesia. Tinggi gue 183 cm dengan berat badan 60 kilogram. Ga jauh beda dengan suding iqro. Rambut gue lurus belah tengah dan sedikit kusut biar terlihat rebel. Untuk muka, hmm.. tau Kurt Cobain? Tau kan? Nah.. dia vokalis band Nirvana, ga ada mirip-miripnya sama sekali sama gue.

Oke, tak usah berlama-lama.. langsung saja masuk ke cerita. Gue ucapkan selamat datang untuk semuanya. Nama gue Junot, inilah cerita gue..