Media IndonesiaAvatar border
TS
Media Indonesia
Ade Firman Hakim Menghargai Kerja Sama lewat Teater


AKTOR multitalenta, Ade Firman Hakim, 29, khawatir dengan banyaknya anak muda saat ini, khususnya generasi milenial, yang kurang menaruh minat pada seni dan budaya Indonesia. Dia pun merasakan banyak perubahan semenjak dia menggeluti seni teater.

"Kalau seni berhubungan dengan bagaimana kita mengenal budaya kita sendiri. Dengan adanya sosial media dan cepatnya arus informasi dari luar dan sebagainya, banyak sekali pemuda yang lupa dengan budaya mereka. Di dalam teater ini saya bisa lebih menghargai budaya, menghargai kerja sama. Lewat teater kita juga bisa menjadi pemuda yang mengenal jati diri kita," ujar Firman ketika ditemui di Jakarta, Kamis (26/10).



Dia juga mengakui seni seperti pertunjukan teater harus dikemas dengan kekinian agar lebih dapat dinikmati anak muda. Seni teater, tutur Ade, saat ini berkembang dan diperkaya dengan tampilan visual dan musik. Begitu pun pementasan yang akan dia mainkan pada 10-19 November bersama dengan Teater Koma dengan lakon berjudul Sie Jin Kwie, Melawan Siluman Barat.



Ade mengandaikan lakon tersebut mirip dengan cerita serial Game of Thrones yang tengah digandrungi anak muda saat ini. "Generasi muda sudah punya pangsa hiburan tersendiri, tetapi bagaimana cara kita menjangkau mereka. Mungkin orang lain mengaitkan seni teater lebih ke politik atau apa. Kalau saya mengkaitkan dengan cerita yang tengah digandrungi anak muda, seperti petualangan ini mirip Game of Thrones, walaupun visualisasinya beda, anak muda akan jatuh cinta," papar pria yang mendapatkan nominasi sebagai commendable film supporting actor dalam Bandung Film Festival atas perannya menjadi transgender dalam film Bidah Cinta itu.



Para seniman muda, tutur Ade, juga harus membantu mempromosikan dan menginformasikan pertunjukan seni dengan memanfaatkan media sosial sehingga anak muda tertarik. Selain itu, Ade menyarankan, ketika menyaksikan pertunjukan seni contohnya teater, pemirsa jangan hanya menyaksikannya. Namun, sebisa mungkin mencari informasi sehingga paham pesan yang akan disampaikan melalui pertunjukan tersebut. "Mereka (anak muda) akan lebih aware ketika menonton biasanya kita membaca terlebih dahulu buku yang diberikan. Di dalamnya berisi penjelasan singkat mengenai pertunjukan tersebut. Kita harus baca itu. Jadi tahu konsepnya seperti apa," imbuh Ade.



Cerita teater menurut pendapatnya juga sering berkorelasi dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan, kritik ataupun fenomena politik dan sosial yang terjadi. "Menurut saya, dialog-dialog dari para tokoh bisa disangkutpautkan dengan berbagai fenomena yang ada di masyarakat bisa politik, kehidupan sehari-hari, sosial, dan sebagainya. Kekuatannya ada pada naskah," pungkas Ade.



Kekeluargaan

Ade menuturkan pada awalnya dia penonton seni teater sampai akhirnya tertarik terjun menjadi pemain teater. Banyak yang dia dapatkan dari teater, khususnya Teater Koma.



"Belajar dari Pak Nano (Nano Riantiarno, sutradara Teater Koma), karena saya mulainya dari abang nona, apa sih bedanya main teater sama film. Beliau bilang medianya saja. Teater mengajarkan banyak hal, rasanya seperti keluarga. Dari aku enggak bisa cuci piring dan mengepel dan aku kalau di teater dapat jadwal piket. Kekeluargaannya memang sangat terasa yang jarang aku dapatkan di luar," tutur dia. (H-5)






Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...ter/2017-11-03

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Beyonce Bergabung dengan The Lion King

- Anggun Masuk Top 15 Terlaris Asia

- Sapardi Djoko Damono Cara Melawan Pikun

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
468
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan